Sederhana namun istimewa. Ruangan dengan rak buku dan tembok yang berhias ornamen bertema luar angkasa itu, adalah awal dari cerita ini.
"Aku akan selalu mengingatmu, Bulan." Seseorang berbisik dalam mimpi bocah berusia 8 tahun bernama Arkana Mahendra Putra. Arkana sangat menyukai hal hal fiksi dan mitologi nordik, yang dianggapnya menarik dengan segala misteri didalamnya
"Arka.. Arka!" Seseorang memanggil dengan suara samar, Arka membuka mata perlahan, lalu duduk diatas kasur yang empuk nan lembut itu, memegang kepala berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi. Ooh ternyata cuma mimpi .
"Arka.. Cepat bangun dan bersiap lalu habiskan sarapanmu dimeja makan, sudah ibu sediakan sarapan spesial untukmu hari ini." Itu adalah ibunda Arka yang begitu perhatian pada anak bungsunya. "Iya bu.." Sahut Arka dengan wajah lesu usai bangun tidur
"Aku akan selalu mengingatmu, Bulan." Tiba - tiba melintas dipikiranya. "Oh ya, gadis dimimpiku itu siapa?, lalu kenapa dia memanggilku bulan?" Arka bergumam didepan makananya.
Jarum jam terus bergerak menunjukan pukul 06.45, Arka segera bersiap dan berangkat ke sekolah mengendarai sepeda dengan warna gradiasi biru dan putih favoritnya.
Udara segar terasa diseluruh kota, tidak terlihat kabut polusi yang diakibatkan kendaraan bermotor. Selain karena kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan terutama udara, kendaraan bermotor juga telah dilengkapi dengan teknologi terbaru sehingga kadar karbon dioksida yang dihasilkan 75% dapat dinetralkan langsung menjadi gas yang bersih.
20 menit perjalanan Arka sampai disekolah. Bel tanda jam pelajaran dimulai berbunyi 5 menit yang lalu, dengan cepat Arka memarkirkan sepedanya dan dengan tergesa - gesa menuju ruang kelasnya. "Maaf bu, saya terlambat." napas Arka tersengal - sengal. "Tak apa Arka, silahkan duduk, lain kali jangan diulangi ya." Guru yang baik itu tersenyum pada Arka. Arka pun mengucapkan terima kasih lalu duduk di tempat favoritnya yaitu kursi paling depan dekat jendela. Pelajaran disekolah berlangsung selama 6 jam, Arka terlihat sangat senang hari ini pembelajaran berlangsung menyenangkan baginya.
"Hai Arka, tumben kamu telat pagi ini, biasanya kamu yang paling rajin dikelas." Seorang gadis teman sekelas Arka menyapa sepulang sekolah.
"Iya nih, akhir akhir ini aku bermimpi sesuatu yang aneh."
"Aneh?apakah itu mimpi buruk?"
"Buruk? Tidak juga.. Tapi entahlah"
Obrolan mereka membuat Arka semakin penasaran dengan apa yang dialaminya.
Hari demi hari berlalu, tak ada hal aneh yang dialami Arka tiga hari belakangan.
"ini hari minggu, kamu tidak punya rencana untuk pergi kesuatu tempat." Ibunda Arka memulai percakapan
"Tidak bu, lebih baik aku dirumah saja"
"Yakin? kalau begitu ibu mau pergi ke kantor dulu, jaga dirimu baik baik yah."
"Iya bu."
Hari minggu ini adalah hari yang cukup panjang. Arka hanya berbaring diatas kasurnya berharap ia tertidur dan dapat melanjutkan mimpi yang dia alami.
"Arkaa.. main yuk!" Terdengar dari luar rumah teman temanya memanggil namanya.
"Haduuh ada apa sih?"
"Main yuk"
"Main kemana?"
"Bersepeda di sekitar sini aja kok."
Arka segera keluar , dengan sepedanya dan bersepeda bersama teman - temanya yang ceria itu.
Angin terus berhembus, matahari berada tepat diatas kepala, mereka berteduh dibawah pohon bambu dengan jerami yang bertumpuk layaknya sebuah kasur yang nyaman, beberapa temanya sibuk dengan smartphone tebarunya, beberapa hanya rebahan biasa dengan tangan dibelakang kepala termasuk Arkanna pun demikian.
"Hei,menurutmu apakah awan mempunyai rasa manis?" Aldi bertanya penasaran dengan wajah polosnya.
"maksudmu apa Aldi? bukankah awan tidak bisa dimakan?" Yuda berkata sambil tertawa karena perkataan Aldi.
"Entahlah tapi pernahkah kalian membayangkan? bahwa awan terlihat seperti gumpalan arumanis raksasa yang melayang? suatu hari nanti, aku ingin mencicipi awan dan memastikan apakah rasanya enak atau tidak."
Seluruh teman - temanya tertawa, bahkan yang semula terfokus pada game online juga ikut tertawa. Suasana berubah menyenangkan karna cerita konyol Aldi.
Aldi adalah anak berusia 9 tahun, 1 tahun lebih dewasa dari Arka, dia selalu bercerita akan impianya yang konyol dan selalu berhasil membuat teman temanya tertawa.
Sementara Yuda, dia sangat sensitif, tapi hatinya baik, bahkan dia adalah orang yang paling tahu permasalahan yang dialami teman temanya.
Jam tangan Aldi menunjukan pukul 16.00. Mereka kembali bersepeda menuju lautan setelah berbincang - bincang.
Lautan indah menawan dengan pasir putih dan pulau kecil yang menyerupai tebing menjulang tinggi beberapa meter kearah lautan.
Arka tersenyum tipis, mengingat masa kecil yang indah bersama keluarganya di pantai itu. Membuat benteng, istana pasir, bahkan membuat kolam dengan membuat lubang besar dengan air yang timbul dari dalam tanah. Sungguh indah pada masanya.
"Hei tunguu!!" Arka berteriak usai melamun
"kamu ngapain aja?" Yuda bertanya
"Enggak kok.."
Sejak hari itu, Ia mulai menyukai lautan, bahkan teman temanya paham. Apabila Arka tidak berada dirumah, pasti ia sedang berada dipantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spiral Dimension
FantasyIngatan dan mimpi yang saling berkaitan kadang menghantui pikiran seorang remaja laki - laki berusia 16 tahun bernama Arkana Mahendra Putra Pertanyaan demi pertanyaan muncul seiring bertambahnya umur Arka, nama panggilan kecilnya. Hari...