i

1.1K 88 0
                                    





" I'm nearby, wanna meet up? "


See you in five
Let's meet at that place we used to go a lot
. . .
I went there not too long ago
and I thought of us



[him] Langkahku terhenti ketika pandanganku tanpa sengaja, atau entah secara naluriah, terarah pada kanopi kafe bergaris kuning-biru itu. Kombinasi tidak biasa sebuah kedai kopi yang kebanyakan berwarna gelap atau pastel atau kombinasi keduanya.

Dan maksudku, aku benar-benar berhenti; memandang tempat itu dari seberang jalan di titik aku berdiri saat ini, bergeming, dengan satu-satunya hal yang melintasi benak hanyalah pertanyaan: Apakah dia sedang di rumah?

Kuraih ponsel dari dalam saku mantel dan membukanya cepat. Jariku menggeser kontak hingga sampai pada nama yang berada di daftar bawah, tersenyum getir pada kenyataan bahwa nama itu pernah menjadi satu yang berada di daftar teratas kontak yang sering kuhubungi.

Percakapan panjang yang masih tersisa saat aku menekan namanya seperti sekejap membawaku pada memori yang kuharap berakhir dengan cara yang lebih baik. Iya, dengan cara yang lebih baik.

Saat aku menegakkan wajah, tatapanku mengarah pada bangunan yang menjulang tidak begitu jauh di belakang kafe. Tempat dia tinggal selama beberapa tahun terakhir.

Apakah dia sedang sibuk?

Akhirnya kutekan tanda panggil pada kontaknya dan ada desir sama yang selalu muncul setiap aku mencoba menghubunginya. Semoga panggilanku kali ini berhasil.

"Kau, ada apa?"

"Hai, lama tidak bertemu denganmu. Apa kau sedang sibuk?"

"Aku sedang di rumah. Kau di sekitar sini?" Pertanyaan itu terlontar, kurasa, karena aku selalu menghubunginya untuk alasan yang sama.

"Hm, kebetulan aku lewat di dekat coffee shop biasanya, jadi aku menelepon, seandainya kau juga tidak sedang sibuk, bisakah kita bertemu? Jika kau tidak keberatan meluangkan waktumu untuk turun dan berjalan kemari, aku akan menunggumu."

"Oh, tentu saja." Dia menjawab tanpa terdengar ragu sama sekali. "Aku akan ke sana dalam sepuluh menit."

"Datanglah dalam lima menit," candaku.

"Ya!"

"Hahaha ...."

"Aku akan datang mmm— pukul lima lebih seperempat. Atau 10 menit lagi. Kau tidak apa-apa 'kan?"

"Datanglah. Aku akan menunggu di sini."

"Baiklah. Sampai bertemu."

"Sampai bertemu."

Menutup sambungan kami, aku pun memasukkan kembali ponsel ke dalam saku mantel. Kemudian, merapatkan pakaian karena angin yang berembus pelan dan dingin, akhirnya kulangkahkan kaki menyeberangi jalan menuju kafe.

[her] Sebenarnya, bukan hal yang luar biasa saat melihat namanya muncul di layar ponsel. Hanya terasa ... seperti teman lama yang entah berapa waktu tidak bertemu, yang kupikir akhirnya sudah lupa padaku atau terlalu sibuk dengan kehidupannya sendiri seperti diriku, tapi ternyata dia masih mengingatku.

See You in 5 [song fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang