iii

513 56 47
                                    




"These days I miss you a lot

And the us of back then..."




[him] "Jangan lupa syal-mu," kataku mengingatkan dan dia mengerling pada rajut marun di sandaran kursi, menggumamkan terima kasih.

Malam telah pekat, dan setelah obrolan ringan kami tentang banyak hal, kami pun merasa bahwa sudah saatnya untuk berpisah.

"Akan kuantar kau hingga seberang jalan," aku berujar, mengikuti langkahnya menuju meja tempat Byun sedang duduk.

"Kau tidak perlu cepat pulang?"

"Tempatmu tidak jauh. Aku akan mengantarmu."

Melihat kami mendekat, Byun bangkit dari kursinya. "Pulang?"

"Sudah cukup larut, Byun, aku akan datang lagi lain waktu," jawabku.

Pria itu menepuk pundakku pelan sebelum beralih memeluk gadis kecilnya seraya menyerahkan kotak kue padanya. "Bawalah."

"Terima kasih."

Pandanganku sempat mengarah ke dinding di belakang meja Byun dan cukup terkejut menyadari bahwa album vinyl record-ku terpajang di sana. Tanganku terulur menunjuk pada piringan itu. "Ya, kau membelinya?"


[her] Tanganku yang masih memeluk ringan pinggang Byun refleks mencubitnya cepat. Pria itu, tanpa menoleh padaku, mengurai tawa sekilas dan menjawab, "Ah, bagaimana mungkin aku tidak membelinya? Aku penggemarmu juga."


[him] "Kau membelinya? Aku bisa memberikannya padamu," aku berkata pada Byun.

"Bagaimana aku bahkan bisa meminta padamu jika kau saja sibuk, hah? Anggap saja aku penggemarmu," jawab Byun. "Ah, bagaimana jika kau berikan tanda tanganmu saja?"

"Tentu."

"Tunggu sebentar."

Pandanganku mengikuti Byun yang memutari meja bar dan meraih album di rak dindingnya, membawanya padaku berikut sebuah marker hitam.

Aku mengambil alih marker dari tangannya dan kurasakan dia sedikit menahan album itu saat aku menariknya, sempat membuatku sedikit terkejut. "Oh?"

Byun tampak berpikir sebentar kemudian berkata, "Bisakah kau tanda tangani bagian belakangnya saja?"

Menarik keningku, Byun lalu melanjutkan, "O ... aku memajang bagian depan, dan kupikir aku tidak ingin penggemarmu tahu kau pernah kemari, jika kau meninggalkan tanda tanganmu pada bagian itu. Aku ingin tempat ini menjadi tempatmu, yang tetap bisa kau kunjungi kapanpun dengan bebas."

Jawaban Byun membuatku tersentuh. Sungguh, tidak pernah terpikir olehku dia akan menjawab seperti itu.

Mengulas senyum, aku pun menandatangani bagian belakang album dan menyerahkannya kembali pada Byun. "Terima kasih, Byun."

Sekali lagi dia menepuk pundakku. "Kau berhasil. Aku bangga padamu."


[her]   Aku tersenyum mendengar jawaban Byun. Album itu, akulah yang membeli dan memberikannya padanya.

Pada hari album fisik itu dirilis, aku menyempatkan diri pergi ke toko musik dan membelinya. Aku membawanya kemari, memperlihatkan album itu pada Byun dengan senyum yang tidak bisa kutahan.

"Kau lihat, Byun ... dia berhasil. Dia telah bertahan dan berhasil," ujarku pada pria itu.

Mengulas senyum dengan sama lebarnya, alih-alih meraih album itu lebih dulu, Byun memelukku.

See You in 5 [song fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang