ii

579 63 63
                                    




"I don't know when was the last time I saw you,

  Feels like it's been too long."



[her] Tidak ada yang berubah dengan dirinya. Atau karena aku terbiasa melihatnya di TV, tapi wajah polosnya di belakang sorot kamera itu memang tidak banyak berbeda dari yang kuingat, kecuali pada saat terakhir aku melihatnya, bertemu dengannya, di sini, pada satu malam, sehari setelah ulang tahunku: dua tahun lalu.

     "Apa kau cukup hangat?"

     "Tempat ini tidak terlalu dingin, jadi cukup hangat untukku tanpa perlu mengenakan syal," jawabku, tersenyum menatap raut lembutnya.

     Bekerja beberapa waktu denganku membuatnya mengerti bahwa aku lebih mudah merasa dingin dibanding orang lain. Itu adalah pertanyaan yang sama setiap kali aku datang ke ruangannya, di basement gedung agensi, di mana dia akan menyalakan AC lebih dingin karena dia tidak tahan panas.

     "Baiklah," ujarnya, melipat kedua lengan di atas meja. "Bagaimana kabarmu?"

     "Seperti yang kau lihat. Aku baik. Begitupun denganmu, benar 'kan?"

     "Hm." Dia mengangguk samar. "Aku kemari beberapa waktu lalu, belum lama ini."

     "Kapan? Kau tidak menghibungiku belum lama ini, kurasa, atau hanya aku yang lupa kapan terakhir kali kau mengubungiku?"

     "Tidak. Waktu itu kau sedang di radio. Jadi aku tahu kau sedang sibuk, jadi kuputuskan untuk tidak menghubungimu."

     Aku tidak tahu siaran yang mana yang dia maksud tapi aku memang datang ke beberapa siaran radio, satu atau dua bulan lalu, untuk berbicara tentang lagu yang baru kurilis bekerja sama dengan salah satu produser.

     "Kau mendengar siaran radionya?"

     "Hm. Aku mendengarkanmu di sini," jawabnya.


[him] "Sepertinya kau lebih banyak merilis lagu belakangan ini, meski tanpa music video ataupun album, tapi senang sekali mendengar lebih banyak karyamu diputar di radio. Benar 'kan?"

     Itu salah satu topik yang kuingat dari siaran yang kudengar di salah satu radio di mana dia datang untuk berbincang santai tentang lagu barunya.

     "Benar, dan aku senang aku bisa membagi lebih banyak karyaku kepada pendengar. Aku berterima kasih juga kepada rekan-rekan produser yang banyak membantuku, sebuah penghargaan bisa bekerja sama dengan orang-orang hebat seperti mereka."

     "Ah, kau pun sama hebatnya. Aku penggemarmu dari pertama kau debut, dan melihatmu sekarang, benar-benar seperti melihat metamorfosis ulat kecil menjadi seekor kupu-kupu yang indah."

     "Benarkah? Terima kasih, terima kasih banyak."

     Dia debut lebih dulu daripada aku, sebagai solois dan bernaung di agensi yang sama denganku. Karirnya tidak berjalan mulus, sebagaimana yang banyak orang ketahui tentangnya, dan tahun terakhirnya menyisakan kosong.

     Dan itu bermula dari kesalahanku. Kesalahan dari masa laluku, yang dengan tidak beruntung terkuak saat aku sedang membantunya promosi album terakhir yang dia rilis. Ada sesuatu yang dengan menyakitkan mengganjal dalam tenggorokan setiap mengingatnya, tidak peduli berapa lama waktu telah terlewat sejak hal buruk itu datang seperti gelombang besar yang menggulung impian kami; impianku, impiannya, juga rencana-rencana yang telah tersusun besar di hadapanku.

     "Kapan kau akan merilis lagu barumu?" aku bertanya. "Seperti yang kau katakan dalam siaran waktu itu, kau bilang kau akan merilis lagu baru tidak lama lagi."

See You in 5 [song fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang