part 9

8 1 0
                                    

3 bulan kemudian-

"Kir, hari ini ini kamu terakhir kerja kan". Bunda bertanya saat sedang menyiapkan sarapan buat ayah.

" Iya bun". Jawab rada -rada kecewa sebenarnya.

"Loh, kok terakhir bunda". Tanya ayah yang sedang menyantap sarapan.

" Iya, loh yah. Kirana kan enggak boleh terlalu capek, dan gitu biar aja dia rumah, lagian dia kerja kan berdiri aja di sana, layani customer, terus beres- beres etalase pakaian kalau udah di berantakin customer. Kasian kirana ayah!!!. "

" Hmmmm, gitu. Iya juga sih nak".

" Ya, udah deh. Kirana berangkat dulu y bun."

" Eh, enggak bareng suami mu nak?! ".

" Enggak bun". Jawab dengan nada malas.

" Udah ayuk, sama an aja kota perginya, ".

" Ih, ogah deh. Mendingan naik angkot".

"Di tawarin sok nolak. "

" Engak-enggak aku mau sendiri, ooo iya aku lagi pengen sesuatu nih boleh lah ya".

" Haaaa, sesuatu apa dek"?

" Aku lagi ngidam es krim cornetto, dah gitu Manisan salak, nasi padang. Ntar malam beliin ya, boleh lah ya"

" Haaa, banyak x pun permintaan nya, belum lagi bunda nyuruh aku beli in kamu susu, vitamin ibu hamil, CDR lah. Kamu lagi minta ini minta itu".

Kata-kata Ardi pagi itu sangat lah tidak nyan di kuping, dengan wajah yang masam dia berkata seperti itu, bahkan di depan ayah dan bunda. Sehingga Bunda pun pada akhir nya naik tensi dengar kata-kata dia seperti itu.

" Apa maksud mu ardi?? Dia istri mu, sedang mengandung anak mu.! Kamu enggak bisa turutin kemaunya. Wajar aja yang dia minta banyak, dia lagi hamil."

Dengan nada tinggi bunda bicara seperti itu, biasa nya bunda selalu membela dia, tapi x ini seperti nya bunda benar - benar kecewa.

" Ya, aku bingung aja bun, uang nya dari mana?? "

"Alah, itu bukan alasan Ardi. 
Kemana semua uang kamu, gaji kamu ke mana?? " Masih kamu bantu juga ibu mu tidak tau di untung itu. Dia punya suami, suruh suaminya kerja. Jagan taunya minta ke kamu. Kamu itu sudah ada istri bentar lagi ada anak. Y Allah.... "

" Sudah lah, bunda. Bunda yang tenang, ingat tensi bunda naik ini. " Bujuk ayah seraya membawa bunda ke kamar.

" Sudah, kamu tunjuk kan belang mu, hhhmmm bagus lah, setidaknya bunda tidak lagi membela mu." Dengan kasar aku membuang muka dan lalu begitu saja pergi meninggalkan dia, yang masih terdiam berdiri dengan tatapan kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang