Lisa's POV
Aku bangun dan merasakan panas di pipiku. Aku sedikit membuka mata dan menyadari bahwa sinar matahari sudah mengenai wajahku. Aigoo.
Jam berapa ini?
Aku mengerang ketika melihat jam di meja nakasku. Sudah jam 7:45 pagi. Aku tidak harus pergi kerja, bukan karena aku sudah dipecat atau aku mengirim surat pengunduran diri kepada bosku yang kasar, tidak. Karena ini hari Minggu.
Sudah seminggu sejak hari itu. Hari itu aku tidak akan lupa karena sekarang aku tahu seperti apa sebenarnya sikap CEO. Kalau dipikir-pikir, dia tidak pantas mendapatkan apa yang dia miliki sekarang. Dia tidak pantas mendapatkan segalanya. Wanita kasar itu! Aish.
"Aww." Kataku ketika menabrak pintu. Aku sedang berusaha membukanya dengan mata setengah tertutup.
Aku pergi ke dapur dan membuka kulkas. Aku melihat bak kimchi persegi seperti biasa. Dan air, air, air. Sial! Hanya ada air dingin!
Aku membuka lemari dapur tetapi semuanya kosong. Shit! Sekarang aku menyadari bahwa aku belum pergi ke toko bahan makanan selama seminggu karena untuk memberitahumu, aku sangat stres dalam pekerjaanku. Aku jarang makan di sini di tempatku.
Aku menjadi sadar dalam segala hal yang aku lakukan. Sebagai contoh, aku akan melakukan pemotretan sepanjang hari kemudian mengeditnya setelah sehari. Sambil menatap laptopku, aku selalu bertanya pada diri sendiri apakah itu sempurna, tetapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa lagi. Aku tidak bisa memikirkan pesan yang mendalam seperti yang biasa aku lakukan. Itu karena kata-katanya.
Aigoo. Aku tidak boleh membiarkan dia atau pikiran itu merusak hariku, karena hari ini, aku akan beristirahat, makan dan tidur.
Aku pergi mandi. Setelah itu, aku memilih pakaian untuk dipakai. Yah, celana dan baju lengan panjang bisa dipakai dan sepasang sepatu kets. Aku berhasil mempersiapkan diri hanya selama 20 menit dan sekarang, aku siap untuk pergi. Aku pergi keluar.
"Aku berharap aku punya mobil lagi." Aku berbisik pada diriku sendiri.
"Aku yakin kau belum sarapan dan kau akan pergi ke toko untuk membeli bahan makanan." Seorang pria tua berkata.
Aku tersenyum begitu melihatnya. "Halo, pria botak. Kau menebaknya dengan benar."
Aku melihat wajahnya yang kesal. "Aku lebih suka dipanggil tua daripada botak."
Aku tertawa lalu melihat istrinya, Mrs. Yang keluar dari rumah mereka. "Hei Lalisa, bagaimana kabarmu? Aku sudah beberapa minggu tidak melihatmu."
"Halo, Mrs. Yang. Ya, aku berangkat pagi-pagi sekali." Ucapku. Kami berbicara di setiap sisi jalan. "Oh, aku akan pergi ke toko bahan makanan karena kemarin sudah gajian. Apa yang kau ingin aku belikan untukmu? Untuk Mr. Yang aku tahu itu penumbuh rambut. Dan untukmu?"
Mr. Yang mengerutkan kening. "Yaaah! Kau sama sekali tidak punya sopan santun, hah?"
Aku mendengar wanita tua itu tertawa. "Jangan repot-repot, sayang. Beli saja barang-barang untukmu sendiri. Dan oh, ngomong-ngomong. Aku dengar kau menjual mobilmu bulan lalu? Kau bisa menggunakan sepeda ini." Dia menunjuk sepeda di samping rumah mereka.
"Woah. Benarkah? Oke. Aku akan menggunakannya!"
"Kau bisa menggunakannya untuk beberapa waktu, sampai kau membeli mobil nanti." Dia berkata dengan manis. Oh. Aku akan senang memiliki nenek seperti dia.
"Terima kasih!" Aku berteriak ketika aku mengendarai sepeda.
Tokonya berjarak 2 km dari apartemenku, jadi ada baiknya membawa sepeda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow - JENLISA (ID) GxG ✔
Fanfiction[DALAM PROSES REVISI] Aku memilikimu, kau memiliki aku. Itu sudah sempurna. Cinta bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kita tertawa, kita menangis, kita tersenyum. Bagaimana jika setelah semua waktu yang kita habiskan bersama tiba-tiba lenyap at...