Greatfood

32 0 0
                                    

Sebuah senyuman merekah di bibir Mindy. Matanya berbinar menatap notifikasi yang muncul di aplikasi Greatfood. Pesanan Mindy datang. 1 porsi nasi capcay, 1 porsi kwetiau goreng seafood, pangsit goreng dan 2 cup es jeruk sedang menunggu Mindy di basement. 

"Mau kemana Min?" Rea penasaran melihat Mindy buru-buru beranjak dari mejanya.

"Ambil Greatfood" balas Mindy sambil berlalu. Sebenernya ini abang-abang Greatfood agak nyusahin karena nggak mau parkir motor dan anter pesenan Mindy ke front office kantor di lantai 10. Si abang Greatfood malah minta Mindy turun ke parkiran motor di basement. Tapi yaudahlah, Mindy mengalah. Perutnya lapar.

Ting! pintu elevator terbuka. Tapi layar display elevator menunjukkan isyarat naik, bukan turun. Mindy berpikir sejenak, kemudian memutuskan untuk masuk. Gapapalah naik sebentar daripada harus menunggu 2 elevator lain yang mungkin penuh sesak menggangkut orang. Ting! elevator kembali berhenti. Lantai 16. Pintu elevator terbuka. Mindy terkejut melihat siapa yang memasuki elevator. Seorang pria tinggi dengan bahu lebar dan dada yang bidang melangkah masuk.

Ia mengenakan polo shirt berwarna navy bertuliskan "Sky Tech Investment". Oh Mas-mas Sky Tech, Mindy membatin. Entah kenapa polo shirt itu menampilkan siluet tubuh  si Mas dengan begitu indah. Otot bicep si Mas terlihat mengintip di balik lengan kaosnya. Sementara cutting kaos itu sendiri membuat bagian punggung dan dada si Mas terlihat atletis dan sexy, mirip model celana dalam pria. Hah?! apaan sih? Mindy bingung dengan pikirannya sendiri.

Hening. Sementara elevator merangkak naik. "Krrruuuuuukkkk" tiba-tiba suara perut Mindy memecah keheningan. Seketika Mindy menunduk dalam dan berharap si Mas yang berdiri memunggunginya tidak mendengar. Mindy merasa malu dan perutnya tiba-tiba menjadi mulas.

Ting! elevator kembali terbuka di lantai 18. Ada beberapa orang masuk, laki-laki dan perempuan. Mindy tidak tahu jumlah pastinya. Salah seorang diantaranya mengobrol dengan si Mas, sampai "Duuuttthh" perut Mindy melepaskan hidrogen sulfida ke udara.

"Bau njir," seseorang berkomentar dengan suara berbisik.

"Sorry bro, kebanyakan makan ubi kayaknya,"  sahut seseorang yang disambut dengan suara tawa. "Masuk angin tuh, Mas" orang yang lain berkomentar. Mindy mengangkat kepala dengan cepat. Mencoba mencerna situasi. Seseorang berusaha menyelematkannya? Siapa? "Si Mas" Sky Tech kah? Mereka masih tertawa sampai pintu elevator terbuka di lantai 20 dan semua orang keluar. Mindy mengerjapkan matanya tak percaya. Dipandanginya punggung orang-orang tadi yang berjalan keluar. "Makanya nikah Mas, biar ada yang ngurus, jadi nggak masuk angin" lamat-lamat Mindy mendengar seorang wanita berhijab menasehati si Mas sebelum pintu lift tertutup.

Saat pintu elevator tertutup sempurna, Mindy menyadari satu hal, Mindy belum menekan tombol basement. Mindy beggggoooo, Gadis itu menepuk jidatnya sendiri kemudian menekan tombol basement. Elevator mulai bergerak turun, tapi jantung Mindy masih berdetak cepat. Beberapa detik setelah kejadian memalukan itu terjadi, Mindy sudah berpikir untuk mengajukan permohonan untuk mutasi ke cabang perusahaan di luar kota. Bahkan ia berpikir apa sebaiknya resign saja? Khawatir gerombolan orang-orang tadi mengenalinya. Tak sanggup rasanya membayangkan orang-orang akan terkikik di balik punggung Mindy membicarakan kejadian yang memalukan itu di masa depan.

Ting! pintu elevator terbuka di basement. Mindy bergegas menghampiri Babang Greatfood yang sudah menunggu. 

Orderan Greatfood selesai di ambil. Mindy bergegas kembali ke kantor dan menggelar makan siangnya di pantry. Perut gadis itu benar-benar lapar. Dan rasa lapar itulah yang segera menghapus kejadian memalukan tadi dari ingatannya. Chinesefood memang tidak pernah salah, baik porsi maupun rasanya. Aroma nasi capcay membuai hidung Mindy. Gadis itu melahap tiap suap nasi capcay dengan nikmat, sambil sesekali menggigit pangsit goreng. Tak berhenti sampai disitu, setelah nasi capcay tandas tak bersisa, Mindy beralih pada kwetiau goreng seafood yang aromanya tidak kalah menggoda. Kedua mata Mindy sampai terpejam menikmati gurihnya kwetiau yang berpadu udang, cumi dan beragam bumbu dalam mulutnya. Untuk ukuran perempuan, porsi makan Mindy terbilang besar. Tapi ia tidak pernah peduli dengan komentar orang. 

 "Selametan mbak?" komentar OB kantor yang sedang bersih-bersih meja.

Mindy cuma nyengir sambil terus melahap kwetiau. Satu hal yang selalu Mindy syukuri, walau makannya banyak tubuh Mindy terbilang ramping. Padahal Mindy termasuk jarang olahraga. Paling ikut zumba seminggu sekali bareng anak-anak kantor, itupun kalau ingat. 

 "Ganteeeeeeenggggg..." pekik Rea saat memasuki pantry. "Banget!" Yusi menimpali. Kemudian keduanya terlibat dalam percakapan sebuah percakapan yang seru. Mindy berkali-kali mendengar kata ganteng, keren, idaman, bening, dan kalimat pujian lain dari bibir kedua teman kantornya itu.

"Ghibah terus" Mindy akhirnya berkomentar.

"Ih biarin, ghibah baik kok" Yusi menjawab.

"Mana ada ghibah baik" balas Mindy.

"Kalo elu tau juga pasti ikutan ghibahin" Rea menyahut.

"Pada ngomongin siapa sih?"

Tanpa menjawab Rea menyodorkan ponselnya. Membiarkan Mindy memandang sosok rupawan dalam format jpeg yang sudah di zoom sedemikian rupa. "Uhhgghh" Seketika kwetiau yang dilahap Mindy nyangkut di tenggorokan. Yusi menyodorkan es jeruk pada Mindy.

"Kan, saking cakepnya Mindy aja ampe keselek" Rea terkekeh riang.

"Eh siapa tadi Re namanya?"

"Mas Sem" jawab Rea sambil tersenyum. "Itu panggilan sayang, namanya Surya Sembada" Rea menambahkan. Mindy tidak berkomentar apa-apa. Ingatannya kembali pada kejadian di elevator tadi. Dan seketika rasa laparnya hilang entah kemana.

Mindy MirakelWhere stories live. Discover now