part 4 | Cogan

85 51 12
                                    

(Satu tahun berlalu.)



Alam sedang bersahabat, tetesan hujan terakhir jatuh tepat di atas batang kayu tua dan suasana berubah seketika menjadi cerah.

Bangunan yang menjulang tinggi sebagai icon di kota itu indahnya bukan main, ditambah suasana klasik di sekitarnya yang di poles seperti bangunan kuno yang cantik.

"Akhirnya kita sampe di paris." Pekik seorang gadis ber rambut pirang.

dua orang gadis baru saja turun dari taxinya, tinggi mereka hampir sama.
Salah seorang gadis memiliki rambut hitam pekat bergelombang.

Dan satunya lagi gadis berambut pirang yang memiliki tahi lalat kecil persis di bawah sudut bibirnya kirinya. Ketika dia tersenyum, mungkin bunga pun akan layu di buatnya.

"Iya, gue seneng banget." Ucap seorang gadis berambut hitam pekat bergelombang.

Kayla dan Sabrina, mereka baru saja sampai di Paris untuk menemui kedua orang tuanya.

Memang bukan yang pertama kali, sebelumnya mereka berdua juga mengunjungi kedua orang mereka, namun sekarang itu berbeda.

Mereka berdua bukan hanya sekedar mengunjungi, namun akan menetap disana untuk melanjutkan pendidikan.

Sabrina menggenggam tangan Kayla, lalu menariknya sambil berlari mengelilingi daerah champ de mars.

"Gue mau foto di menara eiffel." Pekik Kayla seraya berlari di belakang Sabrina.

"Gue mau ketemu cowok ganteng." Ucap Sabrina lalu melebarkan senyum.

Kayla hanya tersenyum sambil menggeleng kan kepala, bagaimana tidak? Sifat Sabrina tidak berubah sama sekali.

Langkah kaki mereka terhenti setelah melihat sebuah menara besi yang di bangun di champ de mars.
Mata mereka berbinar melihat menara eiffel yang berdiri kokoh di sana.

"Rin, fotoin gua dong."

Kayla mengasingkan kamera kecil yang sedari tadi menggantung di lehernya.

"Sini, udah itu giliran gue ya ...." Ucap Sabrina seraya mengambil kamera di tangan Kayla.

Kayla memutar bola matanya malas. "Iya-iya."

"Siap-siap ya ...."

Cekrek.

"Nih udah, lo cape gak? Gue beli minuman dulu yah, lo tunggu aja di taman." Ujar Sabrina seraya menunjuk kursi taman yang kosong di sebrang sana.

Kayla mengangguk pelan seraya melangkah kan kaki ke arah taman, menyadari ponsel nya bergetar sontak ia membuka resleting ransel yang melingkar di pinggangnya lalu merogoh tas itu untuk mencari ponselnya.

'Duhh, dimana yah handphone gue?' Umpat nya dalam hati.

Kayla terfokus pada ranselnya untuk mencari ponsel yang sedari tadi berbunyi. Tanpa ia sadari, seorang pria depannya tengah berjalan ke arahnya.

Bugh...

Tubuh mereka bertabrakan, sweater putih yang pria itu kenakan kini berubah warna menjadi agak kecoklatan akibat coffee yang ia bawa tumpah tepat di bagian perutnya.

Sedangkan Kayla meringis kesakitan karena dahinya tergores gelang besi yang dikenakan oleh pria itu.

"Ouh shit! Lo punya mata gak sih?"

Kayla tertunduk diam, ia bingung harus berbuat apa. Meskipun ia ingin melawan namun ia menyadari bahwa ini adalah kesalahannya.

"Sorry, ini salah gue, gua bakal cuciin sweater Lo." Ucap Kayla gelagapan

We Are All The Best Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang