Part 5 | The Blues

72 48 9
                                    

Terlihat dari dalam kaca mobil sebuah rumah mewah berwarna putih dihiasi pagar emas yang mengkilat, di sekelilingnya terdapat berbagai macam pepohonan hijau yang menyejukkan.

Kolam ikan dengan air mancur di tengah nya menghiasi suasana rumah indah nan mewah itu.

Taman luas yang di penuhi berbagai macam bunga berwarna-warni menjadi tempat persinggahan kupu-kupu yang melintas.

Kayla melihat dua orang penjaga sedang membukakan pintu gerbang utama mempersilahkan mobil mereka masuk.

Mobil itu berhenti tepat di depan pintu, Candra turun dari mobil lalu membuka garasi mobil untuk mengambil barang-barang milik kedua putrinya itu.

Kayla turun dari mobil disusul dengan Sabrina untuk membantu Chandra membawa barang-barang mereka.

"Biar kita aja, pa." Ucap Sabrina seraya mengambil koper di tangan Chandra.

Welcome Lady..

Suara yang terdengar lemah berasal dari depan pintu, Kayla dan Sabrina menoleh kearah sumber suara itu berasal.

Disana berdiri seorang wanita tua berkulit putih dengan matanya yang terlihat sayu, ia memegang tongkat kayu di tangan kanannya untuk menopang beban tubuhnya agar tetap bisa berdiri.

"Omaaa Lista..." Seru Kayla dan Sabrina Bersaman.

Lantas kedua gadis itu langsung berlari menuju Lista, mereka memeluk Lista dengan sangat erat untuk menghilangkan rasa rindu yang mendalam.

Kayla berdiri disebelah kanan dan Sabrina di sebelah kirinya, masing-masing memegangi tangan Lista dengan lembut.

"Oma harusnya pakai kursi roda, Oma gak boleh kecapean." Ucap Kayla.

Lista tersenyum tipis pada Kayla lalu membelai kepalanya perlahan.

"Oma udah gak sabar pengen liat kalian."

"Biar papa kalian aja yang bawa, kalian ikut Oma."

Lista meraih tangan Sabrina lalu menariknya untuk masuk ke dalam rumah diikuti oleh Kayla yang berjalan di belakang mereka, meninggal kan Chandra yang tengah menurunkan barang bawaan mereka.

Kayla dan Sabrina memutar Kepala mereka memperhatikan sekeliling rumah yang dipenuhi berbagai macam barang mewah, kilauan warna emas membuat mata mereka berbinar.

Perempuan berusia tujuh puluh tahun itu membawa mereka berdua ke kamarnya, kamar Lista sangatlah sederhana, ranjang kayu yang tidak di ganti mungkin sekitar lima belas tahun yang lalu.

Lukisan tua yang terpajang di dinding, dan boneka manekin yang masih berada di sudut sedang membelakangi mereka, semuanya masih berada dalam posisi yang sama.

Lista menyuruh mereka berdua untuk duduk di ranjang tua miliknya sementara dia melangkah kan kakinya menuju rak buku kecoklatan yang berada tepat di samping ranjangnya.

Berbagai macam buku terpajang di sana, Sabrina yang sedari tadi memperhatikan buku-buku itu baru tersadar jika semua buku itu bertemakan sejarah.

Namun, ada satu buku yang membuatnya tertarik, warna keemasan yang menghiasi sampul buku itu dan judul yang membuat Sabrina semakin penasaran.

Cinta darah, Sabrina yang gemar membaca langsung bangkit dari duduknya untuk mengambil buku tersebut.

"Jangan!"

Lista yang menyadari pergerakan Sabrina langsung melarangnya menyentuh buku itu.

Kayla menoleh dan Sabrina langsung menghentikan aktivitasnya lalu menurunkan tangannya kembali.

We Are All The Best Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang