shit, umpatku dalam hati.
ini umpatan pertama yang secara tidak langsung aku lontarkan di pagi yang cerah tanpa awan ini. well, aku tidak akan mengumpat kalau saja handphoneku tidak mati karena kehabisan baterai sampai tidak bisa menjadi alarm untukku. hari ini kelas pagi dan aku masih berlari tergesa-gesa menuju pintu depan.
"mama, aku berangkat!" pamitku.
mama yang sudah paham aku terlambat tidak menyahuti dan hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Tuhan, tolong jangan biarkan aku ketinggalan bus kali ini, mohonku dalam hati.
sesampainya di halte, aku melihat bus perlahan-lahan mulai menutup pintunya. aku pun berusaha berlari secepat the flash sambil berteriak, "pak, tunggu!"
syukurlah, batinku setelah berhasil masuk ke dalam bus. ah, sebentar, sepertinya tadi ada seseorang yang menahan pintu bus untukku. aku pun mengedarkan pandangan sampai manik mataku bertemu dengan manik mata coklat yang indah. sempat tersihir sebentar, aku pun mengamatinya dari atas sampai bawah. sepertinya dia beberapa tahun di atasku. penampilannya menarik, dia seperti model selebgram yang biasa diendorse berbagai macam barang. kaos hitam polos, jaket bomber warna army, jeans slim-fit hitam, fannypack hitam-putih, dan sneakers hitam-putih yang sepertinya belum pernah dicuci sejak pertama kali dia beli. sederhana, tapi keren.
tunggu, kenapa aku jadi menilai penampilannya?
dia terlihat bingung dan ketika mata kami bertemu kembali, dia menyunggingkan senyum–agak–canggungnya padaku. aku balas senyumannya sambil berbisik tanpa suara, "terima kasih."
setelah limabelas menit berlalu, perjalanan membosankan ini akhirnya berakhir juga. aku pun turun dan berlari menuju kelasku. ya Tuhan, setelah ini pasti aku akan jadi tengkorak berjalan.
========================================
kelasku baru tuntas jam 4 sore. bus selanjutnya baru akan berangkat jam 5, jadi mau tidak mau aku harus menunggu di halte. ah, kalian tidak tahu betapa bencinya aku menunggu, tapi apa boleh buat?
masih setengah jam lagi menuju jam 5. aku bosan bermain handphone dan memutuskan untuk menyegarkan mata dengan mengedarkan pandangan ke sekeliling. untuk kedua kalinya di hari ini, netraku terpaku pada netra coklat dengan pandangan lembut nan menyejukkan di sisi halte sebelah sana.
aku selalu tahu semesta suka memberi kebetulan-kebetulan tidak terduga dalam permainannya, tapi kalau sudah dua kali kejadian, apa itu masih bisa disebut dengan kebetulan?
bus akhirnya datang. penuh sesak, seperti biasa. mungkin karena jam pulang kantor. aku harus mengalah pada banyak orang dan memutuskan untuk berdiri saja.
"teh, mangga duduk di sini aja," ujar seseorang yang menepuk pundakku.
aku menoleh dan wow, "oh, iya. nuhun, kang."
itu pria yang tadi! kenapa ya pria tampan kalau berbuat baik aura tampannya semakin bertambah?
wait, what the fluff was just going on inside my mind, batinku berusaha mengelak.
========================================
sudah seminggu sejak pertemuan—tidak disengaja—ku dengan pria bus tempo hari. dia semakin sering menawarkan tempat duduk, menjaga barangku dari belakang kalau kami sama-sama tidak dapat tempat duduk, menahan pintu kalau aku kesiangan, dan hal-hal cukup manis lainnya untuk ukuran stranger.
selama seminggu itu pula kepalaku dipenuhi dengan dirinya. kami bahkan tidak pernah berkenalan, apalagi bertukar kontak. tapi, kenapa pikiranku selalu tertuju padanya? bahkan tidak jarang suhu tubuhku tiba-tiba memanas ketika pemikiran tentang dia terlintas. ya Tuhan, apa lagi ini?
"hey, kamu kenapa?"
"hah, memangnya aku kenapa?" sahutku balik bertanya.
"muka kamu merah semua, dan—" temanku memegang keningku— "wah, kamu juga panas."
"hah? aku baik-baik aja, kok!" ujarku meyakinkan.
"ayo, ceritain! kamu kenapa?"
kalau sudah teman dari orokku yang bertanya, aku sudah tidak bisa berkelit lagi. aku pun menceritakan semuanya tanpa kecuali.
"satu kesimpulan yang aku tarik," temanku berkata sambil tersenyum tipis.
aku mengangkat alis, menunggu jawabannya.
"kamu jatuh cinta."
"nggak, nggak. kamu pasti bercanda. gimana ceritanya aku jatuh cinta sama orang yang nggak aku kenal?"
"love at first sight doesn't have mercy on you, sadly."
"oh my god, i'm screwed."
"yo, chill, girl. kamu bisa ajak dia kenalan kalau kamu mau. cinta itu memang suka nggak pandang bulu, tapi semakin kamu denial, semakin kepikiran kamu dibuatnya. so, take it easy."
hhhhh, cinta, ya? atau mungkin aku masih sekadar suka? hhhh, nggak tahu, deh!
========================================
satu tahun kemudian
hari-hariku berjalan normal seperti biasanya, kecuali pria bus yang tidak pernah lagi menampakkan dirinya. kalau kalian tanya, apakah aku sudah kenalan? jawabannya, belum. nyaliku tidak sebanyak itu.
hari ini hari minggu dan hari minggu berarti hari bermalas-malasan. aku hanya menonton televisi di ruang keluarga sambil mengunyah snack. sampai ada gelombang suara yang mengubah fokusku.
"ASTAGA, ITU 'KAN PRIA BUS YANG AKU TEMUI SETAHUN YANG LALU!" teriakku tanpa sadar.
Ya Tuhan, itu benar-benar pria bus setahun yang lalu. pria bus-ku. dia sekarang debut sebagai penyanyi! aku bahkan tidak tahu dia pernah mengikuti ajang pencarian bakat terkenal itu. astaga, aku 'kan belum kenalan. . .
Surabaya, 31st October 2019
hi!!! i'm back!!! my first bahasa short story uwu! nggak tau kenapa nulis ini pake bahasa tapi kayaknya emang lebih dapet feelnya kalo pake bahasa ya? maaf kalo aneh soalnya ditulis sambil terkantuk-kantuk ☹️ oh, iya, short story ini terinspirasi dari sini! hehehehe
betapa beruntungnya mbak-mbak yang sering se-bus sama jungwoo :( hope you like it! xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
The Universe of Thoughts
Short StorySomeone's mind is as deep as the ocean and as wide as the universe. Or maybe it's deeper? And wider? So, let's explore my mind, shall we? p.s: mixed ina-eng