siapa

14 0 0
                                    



-Viola pov-

"Aku berubah"

Aku sangat terkejut dengan penampilanku saat ini.

Rambut yang semula warna pink karna ku cat kini berubah menjadi warna perak keabu-abuan,  tanganku dengan kuku-kuku yang dicat cantik kini berubah menjadi tangan mungil, dan telingaku...


Ya ampun..
Telingaku menjadi runcing panjang seperti seorang fairy.

Pakaianku..kemana pakaianku, kenapa aku sekarang mengenakan pakaian lusuh seperti ini.

Tanpa disadari, karna aku terlalu sibuk memperhatikan penampilanku, ternyata sedari tadi banyak orang-orang yang memandangku.
Betapa malunya diriku.

Namun, tiba -tiba aku merasakan sebuah tangan memegang tanganku kemudian menarikku membawaku berlari kemudian bersembunyi di sebuah gang kecil.
"Darimana saja kau?aku mencarimu kemana-mana sejak pagi" ucap seorang gadis dengan nada khawatir sekaligus panik.

"Aku?"balasku dengan wajah bingung.

"Tentu saja"

"Aku hanya....."

"Sudahlah, sekarang lebih baik kita segera menuju toko"ucap gadis itu.

"Toko?" Aku bingung, toko apa?

"Hey...aku tau kau malas menunggu toko, tapi tidak lucu kau tiba-tiba lupa toko roti tempat usaha keluarga kita"balasnya.

Kemudian ia segera menarikku, namun aku segera menepisnya. Karna, bagiku 'siapa dia?'

"Kau siapa?" Tanyaku.

"Hey..aku ini kakakmu sendiri Lifa"
"Sudah cukup bercandanya, kita harus segera ke toko, jika tidak ayah akan memarahi kita nanti!"

"Ba..baiklah" akhirnya aku hanya bisa mengikutinya. Tapi, mungkin dengan begini aku bisa menemukan jawaban tentang dunia aneh ini.

~O~

"Dari mana saja kalian?"tanya seorang pria paruhbaya berkumis memakai celemek yang penuh dengan noda putih tepung.

"Euh...ka..kami hanya sedang mencari udara segar saja ayah" balas Lifa sambil menyengir, sedangkan Viola hanya melamun kebingungan.

"Baiklah. Sekarang kalian segera pergi ke dapur memanggang roti. Tapi, sebelum itu ayah ingin berbicara denganmu dulu Viola" titahnya.

Kemudian Lifa segera bergegas menuju dapur, sambil melewati Viola ia berbisik "habislah kau.. sudah kubilang untuk tidak pergi keluar desa".

"Viola kemarilah ayah ingin bicara!"
Akhirnya Violapun hanya bisa menurut. Entah apa yang terjadi pada dirinya.

"Sudah ayah katakan berapa kali untuk tidak pergi keluar desa. Kenapa kau terus saja membantah"

Viola bingung, ia hanya bisa diam sambil menunduk.

"Ini untuk yang terakhir kalinya"
'Ayah takut kau diambil kembali dari ayah' lanjutnya dengan nada yang rendah.

"Aku hanya ingin melihat dunia luar"

Brug

Bena sang ayah memukul meja dengan kepalan tangannya yang kuat.

Viola pun terkejut kemudian hanya diam membeku.

"Maafkan ayah. Jangan ulangi lagi"
Kemudian Bena segera berlalu menuju dapur.

Violapun hanya mengangguk lemah.

"Sebenarnya siapa diriku ini?"






the destiny of ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang