Chapter 1: The Mental Breakdown

758 31 6
                                    

Langkah kaki perempuan itu berderap cepat menyusul pria yang telah berada cukup jauh darinya. Hak tingginya membuat dia agak kesulitan berlari. Walaupun ia seorang model yang seharusnya sudah terbiasa, tetap saja terkadang sepatu berhak tinggi menyusahkannya. Sebisa mungkin ia berteriak agar pria itu mendengarnya.

"Adam, tunggu! Aku bisa menjelaskan semuanya!"

Tapi sang pria, Adam Noah Levine, terus berjalan menyusuri basement, menuju mobil mewahnya yang terpakir di sana. Tidak menghiraukan ketika namanya diteriakkan. Hubungannya selama satu tahun dengan Behati Prinsloo, perempuan cantik yang amat ia cintai, sudah berakhir bagi Adam.

Akhirnya Behati dapat menyusul Adam, tepat sebelum Adam masuk ke dalam mobil Ferrari merahnya.

Behati menahan tangan kekar Adam. Membuat gerakan Adam terhenti. "Adam, tolong. Aku bisa menjelaskan ini. Ini semua salah pa-"

"Cukup. Semuanya sudah selesai, Behati. Hubungan kita berakhir sampai di sini," potong Adam sebelum Behati melanjutkan kata-katanya. Sudah hampir empat kali Adam mendengar perkataan serupa dari Behati. Adam benar-benar sudah muak.

"Tidak! Aku tidak mau ini berakhir. Please, Adam, dengarkan dulu penjelasan dariku. Dia yang memintaku melakukan itu dengannya. Blake yang memintanya. Sungguh!"

"Ia yang memintamu, lalu kau turuti begitu saja, seakan aku bukan apa-apa! Yak, cukup. Aku muak denganmu. Aku muak melihatmu bercumbu dengan pria-pria lainnya, juga berbagai macam alasanmu. Kau sedang mabuk, kau tidak sengaja, dan sekarang, kau bilang Blake yang memintanya. Berkali-kali aku memberimu kesempatan, aku terus menyayangimu, berkali-kali juga kau menyia-nyiakannya! Jadi, aku rasa kita cukup sampai di sini. Selamat tinggal."

Tak peduli namanya dipanggil terus oleh Behati, Adam masuk ke mobilnya, menyalakannya, dan siap untuk meninggalkan tempat itu.

Namun Behati tak menyerah begitu saja, ia menghalangi mobil Adam dengan tubuhnya. Adam tak peduli, malah menginjak pedal gas yang membuat Behati langsung menyingkir dari depan mobil Adam. Ia hanya dapat melihat mobil Adam berlalu meninggalkan basement.

Adam yakin kali ini keputusannya tepat. Ia dan band-nya sedang check sound untuk tampil suatu acara, Adam yang hendak mengambil sesuatu di dressing room tak sengaja melihat Behati yang ikut bersamanya sedang berciuman dengan Blake Shelton, teman sesama coach-nya di The Voice. Dan tentu saja, tanpa busana. Bukan satu atau dua kali Adam memergoki Behati seperti itu. Ironis, hampir semua pria yang tidur dengan Behati adalah teman Adam. Mulai dari penyanyi sepertinya sampai aktor. Berkali-kali Behati bilang itu kecelakaan atau salah paham. Adam selalu memberikan kesempatan untuknya dan mencintai Behati sepenuh hati. Menemaninya ke salon, mengajaknya makan malam romantis, berlibur bersamanya di pantai, membelikan apa pun yang dimintanya, selalu mendukung karir Behati sebagai model Victoria's Secret. Tapi Behati membalasnya dengan dengan perselingkuhan—pengkhianatan.

Adam sadar Behati tidak pernah sepenuhnya mencintai Adam. Behati hanya menggunakan Adam sebagai alat untuk menaikkan namanya di dunia entertain. Behati hanya ingin uang Adam untuk membelikannya segala baju, aksesoris, bahkan sebuah mobil mewah. Adam telah sungguh-sungguh dimanfaatkan.

Barulah ia sadar betapa bodohnya ia selama ini.

Rasanya Adam ingin sekali meledak. Lagi-lagi, ia merasakan rasa sesak di dadanya yang seperti ini. Jane-cinta masa SMA-nya dulu, Anne, dan sekarang Behati. Semua wanita yang ia cintai itu hanya membuat Adam sakit, karena di antara mereka tidak ada yang pernah benar-benar mencintainya.

Adam kemudian berhenti di garasi rumah mewahnya. Keluar dari mobil, ia segera masuk ke mansion-nya, dan mengambil tiga botol bir dari kulkas dapurnya sebelum naik ke atas dan berbaring di ranjang kamar.

Ia menutup mata hazelnya. Mencoba melupakan apa yang terjadi pada dirinya. Tapi ia tahu, pasti tak akan semudah itu. Sesudah ini, Adam akan diburu oleh paparazzi mengenai kabar kandasnya hubungan Adam dengan Behati. Sudah resiko seorang Adam Levine sebagai vokalis Maroon 5 untuk menghadapi itu semua.

Adam menghela nafas, lalu membuka tutup botol bir dan meneguknya. Bir memang selalu membuat pikirannya tenang.

Because You're Different (Adam Levine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang