"Dan, tungguin gue dong, lo apa-apa sih ninggalin gue gitu" ucapku pada Dani, salah satu temanku -huh sebenarnya aku malas sekali mengakuinya sebagai temanku- yang sifatnya itu loh, bossy banget.
"tungguin bisa ga sih, kalau ga, gue ga bakal bantuin lo deketin si Nia" ancamku. Gimana ga nyebelin, situ yang minta bantuan eh malah sini yang ditinggalin.
"iyaa, bawel banget sih lo, sini cepetan lelet banget sih jadi cewek. pantesan ga laku-laku" jawabnya sambil berhenti berjalan. Kemudian aku berlari kecil untuk menyusulnya. Kami pun mulai melangkah bersama.
Well, awal pertemuan kami sebenarnya sangatlah membuatku terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut gondrong ini mencegatku di kampus. Aku kaget setengah mati karena merasa tidak punya masalah apa-apa dengannya. Ternyata oh ternyata, dia meminta bantuanku untuk memak comblangi dia dengan salah satu temanku yang bernama Nia. Tidak bisa kulupakan bagimana wajahnya dulu saat dia mengutarakan maksudnya itu. HAHAHAHA wajahnya persis seperti kepiting rebus, ngomongnya berbelit-belit, seperti kaset rusak yang terus mengulang-ngulang kata-katanya. Ternyata dibalik perawakannya yang garang itu, dia masih mempunyai sisi pemalu dan tidak percaya diri. Dani adalah salah satu teman satu kampusku, yang berbeda fakultas denganku. Dia dua tahun lebih senior daripada aku. Dia juga salah satu anggota senior Mapala - mahasiswa pecinta alam - di kampusku. Pantas saja parasnya seperti bad boy, sering keluar masuk hutan ternyata.
Sedangkan Nia adalah salah satu teman satu jurusanku, seangkatan denganku. Kami berteman akrab, malah bisa disebut sahabat. Berbeda denganku yang setengah tomboy ini, Nia seratus persen girly. Pertemuan Nia dan Dani yang secara tidak sengaja bertemu di taman kampus itulah yang membuat Dani jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nia.
Dani ingin mendekati dengan Nia, tetapi dia sendiri tidak tahu bagaimana cara mendekati Nia, yang dia tahu hanyalah mendaki gunung, maka dia meminta bantuanku untuk mengenalkan mereka lebih jauh.
Sebulan aku mengenal dia, selama itu pula aku telah melancarkan taktik untuk mendekatkan mereka. Hingga saat inilah yang selama ini ditunggu-tunggu. Yap. Dani menembak Nia.
Tidak bisa kucegah tawaku yang membayangkan jika Dani sekarang sedang grogi, si kaku dan bossy ini lagi deg-degan toh pantes tegang gitu hihihihi.
"Heh apa lo ketawa cekikikan gitu" sergah Dani yang mendapatiku tengah cekikikan sendiri.
"Ga apa-apa, hehehe, cuma lucu aja liat lo yang biasanya garang bisa grogi gitu. Udah lah santai aja pasti Nia bakal nerima lo kok, selama ini perkembangan hubungan kalian baik kok." ujarku mencaoba menenagkan Dani.
"Amin deh..." Dani hanya menjawab seperti itu, waduh udah parah ni groginya.
"Ya udah, sana pergi, dia nungguin lo di resto lantai 3. Inget ya, santai aja men, kalau lo kaku dan grogi gitu malah bisa ngerusak rencana yang udah gue susun ini. Oh yaa, inget ya, lo punya utang sama gue kerena ini. Hahahaha" kataku sampil meninju pelan bahunya.
"Oke siap bos. Makasih ya buat bantuannya selama ini. Makasih juga buat dinner romantis yang udah lo siapin. Jangan sungkan-sungkan buat minta bantuan ke gue.." jawabnya sambil menepuk nepuk lembut kepalaku.
Lalu dia pun pergi ke lantai 3 dengan menggunakan lift di Mall ini, akupun segera pergi keluar dari salah satu Mall populer di Jakarta ini. Senyum terurai jelas dibibir dan mataku. Tugasku sudah selesai menghantarkannya ke sin setelah tadi meyiapkan dinner mereka. Rasanya sungguh senang bisa membantu orang lain, bisa membuat orang lain bahagia. Walaupun kebahagiaanku sendiri belum kurasakan...
Saat aku berjalan keluar, tak sengaja aku melihat-nya. Dia yang menorehkan banyak warna di hatiku. Yang mengajariku berbagai hal. Apa yang dilakukannya di sini? Bukankah seharusnya dia tidak di Jakarta? Apakah itu benar dia? Ah.. Sudahlan mungkin aku hanya salah lihat. Karena aku hanya melihat dia dari belakang, hanya menatap punggungnya. Aku menggelengkan kepala lalu melanjutkan perjalananku untuk ke kosku.
--------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Makcomblang Kesepian
RomanceHuaa, karena pernah membantu salah satu temanku bisa berpacaran dengan sahabatku, sekarang aku di kenal sebagai makcomblang di kalangan temannya-temannya. Dan yang meminta bantuanku kebanyakan cowok! Karena teman satu jurusanku tidak tahu tentang ha...