Chapter O2

5.2K 571 82
                                    

Sakura tersenyum tipis, puas hati melihat kotak bekal setengah jadinya yang tampak manis. Hanya tinggal diisi tiga potong nigiri dan beberapa potong tomat apel maka karyanya akan sempurna.

Tangan Sakura yang apik mulai kembali bekerja untuk menyelesaikan bento rumahannya. Meski akhir-akhir ini Sasuke terbilang jarang makan makanan buatan tangannya karena semenjak hamil mereka jadi sering membeli di luar, atau memakai jasa delivery, tapi Sakura yakin lidah suaminya pasti akan tetap menerima makanannya dengan senang hati.

Setelah semua selesai, Sakura segera menutup kotak bekal tersebut dan memasukkannya ke dalam tas kanvas di atas meja. Sakura kemudian bernapas lega, melirik jam di dinding dapur mereka yang sudah memetakan angka setengah dua belas siang. Masih ada waktu lima belas menit lagi untuk bisa memberikan kotak bekal ini pada Sasuke.

Mengganti kilat pakaiannya menjadi lebih pantas kemudian mengaplikasikan pelembab bibir sewarna peach yang tidak begitu kontras dengan warna bibir aslinya, Sakura tersenyum malu-malu di depan cermin. Sial. Mengapa mendadak perasaannya menjadi seperti remaja kasmaran begini?

Seingatnya ia berubah menjadi jarang memedulikan penampilannya lagi semenjak ia berubah status menjadi istri sah Sasuke Uchiha. Alih-alih dirinya terlalu sering berwajah polos di depan sang suami, mau pagi, siang sampai malam pun, Sasuke akan tetap mengatakan jika dirinya memang cantik.

Ah, ya ampun.

Memikirkan itu Sakura rasa seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya. Saat matanya menangkap refleksi dirinya sendiri di cermin, warna kemerah-merahan mulai menjalar di bagian pipi sampai telinganya. Sakura segera memalingkan wajah, meninggalkan kamar dengan tawa, tak mau terlalu lama berdiam diri sambil terus mengingat kata-kata manis suaminya.

Setelah mengecek lagi isi dari tas kanvasnya dan memastikan tak ada yang tertinggal, Sakura berjalan menuju pintu keluar. Ia lebih dulu mengganti sandal rumah dengan sepatu flatshoesnya. Sakura menepuk jidat. Melupakan ponselnya yang masih tersambung dengan kabel charger di samping televisi. Astaga. Bagaimana mungkin ia melupakan salah satu benda penting itu?

Tak mau buang banyak waktu, Sakura berlari kecil kembali masuk ke dalam rumah sambil menyelimuti perut dengan satu telapak tangannya, meski begitu, ia masih terus memperhatikan langkah agar tetap berada dalam zona aman. Membuka aplikasi chat untuk mengirim pesan pemberitahuan singkat pada Sasuke.

Selamat siang,
Aku akan pergi ke tempatmu sekarang, untuk mengantar makan siang.

Sakura menggigit bibir, tersenyum bak gadis yang sedang mabuk cinta di dalam bus saat membaca beberapa kali pesan yang ia kirim pada Sasuke. Entah kenapa hatinya seperti merasakan tidak ada yang pas dengan kalimatnya. Mau diurungkan juga tidak bisa. Pada akhirnya Sakura hanya menunggu beberapa menit sampai ponselnya kembali berbunyi. Sedikit mengernyit, mengetahui ada jarak lima menit pesannya baru dapat balasan.

Sasuke
Dengan siapa ke sini?
Naik apa?

Sakura segera mengetik balasan lagi.

Bersama anak-anak.
Bus.

Setelah pesan itu terkirim, tak ada lagi balasan yang Sakura dapat. Membuat senyum lebarnya ketika membayangkan seperti apa wajah Sasuke saat melihat pesannya luntur seketika. Lima belas detik sekali bahkan mata Sakura tak luput dari layar ponsel, tapi balasan tak kunjung juga didapatnya. Ia mencoba berpikir positif, mungkin suaminya masih bekerja sampai tak sempat membalas pesan.

BrooklynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang