Forget

135 1 0
                                    

Aku mengantarkan dirinya sampai ke mobilnya, ia mengingatkan-ku agar besok bangun pagi pagi, aku tak mengerti mengapa tetapi ia suruh-ku seperti itu dan saat aku bertanya padanya ia hanya bilang ‘lihat saja esok’ menyebalkan bukan tetapi ya, aku harus mengikuti apa yang ia katakan. Aku melambaikan tangan padanya, ku tatap mobilnya yang kian detik kian menghilang di hadapanku akhirnya aku putuskan untuk masuk kedalam kost-an karena keadaan diluar semakin dingin.

Waktu senja semakin datang itu artinya aku harus bersiap-siap untuk berkerja ya aku berkerja di salah satu restoran yang mahalnya bukan main tetapi rasanya sangat enak itu kata para pelanggan yang datang ke restoranku maksudku restoran tempat aku berkerja. Aku datang kira kira jam 7 malam untuk berkerja, aku berkerja disana sebagai karyawan yang mengantari pesanan makanan bersama motor butut yang tak terlalu butut ya masih bisa di pakai-lah untuk mengantarkan makanan di sekitar kota new york.

Aku berangkat menuju restoran mewah tempat aku berkerja menggunakan kakiku maksudku jalan kaki haha. Sesampainya disana aku menganti pakaianku dengan pakaian pekerjaanku lalu menuju ke atasanku.

“Mr apa ada pesanan yang saya harus antarkan?” ucapku hati-hati karena bosku yang bernama Mr. Joy yang di kenal sebagai atasan yang cukup galak dan berwibawa.

Ia mengatakan bahwa aku harus mengatarkan hanya satu persanan makanan tetapi yang banyaknya bukan main, agar di antarkan ke salah satu hotel di new york yang jaraknya tak jauh dari restoran tempat aku berkerja.

Aku membawa 8 dus yang isinya berisi makanan makanan yang dipesan oleh pelanggan, sepertinya makanan ini semu untuk pesta dadakan, aku berjalan sembari membawa setengah dus menuju kelantai 3 dan kamar tersebut bernomor 156 ‘tok..tok..tok’ aku mengetuk pintu hotel tersebut tak lama keluar sosok wanita paru baya “bu ini pesanan makanannya, maaf ini baru sebagian dan sebagiannya nanti saya ambil” celetukku hati hati. “iya tak apa apa taruh semua ini disini dulu, lalu kamu kembali ke bawah dan bawa sebagian dusnya” saran ibu-ibu tersebut dan sepertinya ia berkata sembari mengulas senyuman di wajahnya walaupun aku tak lihat karena sedari tadi aku hanya menunduk, tak berani untuk menatap dirinya. Aku kembali ke bawah untuk membawa beberapa dus yang tak sempat ku bawa.

Aku membawa sekiranya 4 dus yang sudah dipesan oleh pelanggan tadi lalu kembali masuk ke dalam hotel menuju ke-kamar bernomor 156. Aku kembali mengetuk kamar tersebut, tak lama setelah itu keluarlah ibu-ibu tadi “ini bu, sebagiannya dan ini tagihannya” ucapku menaruh dus dus kemudian memberikan secarik kertas yang berisi tagihan.

Ibu itu masih memandangi diriku yang terus menunduk, ia tampaknya memperhatikan sesuatu yang melekat ditubuhku, wajahku sedikit mendokak dan mataku terbelalak saat melihat dia maksudku ibu-ibu yang memesan pesanan tersebut, ternyata ia adalah mom pattie-ibu justin-, tetapi mom pattie sepertinya tak mengenali diriku, mungkin ia lupakan dengan diriku karena sudah terlalu lama kami tak bertemu atau mungkin begitu banyak perubahan fisik pada diriku aku. Aku tahan bulir bulir air mata yang sudah di penghujung dan siap meluncur namun sebelum itu terjadi aku segera cepat cepat mengambil uang tagihan dan kembali ke restoran.

Setelah pekerjaanku selesai dan waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, aku kembali kost-an-ku sambil berjalan kaki. Aku meyusuri kota new york sembari melihat lihat sekitarnya dan begitu banyak pohon mistletoe dan itu semua mengingat-kan-ku pada memori dengan justin saat diriku masin berada di kanada, aku sangat ingat sekali saat ia dan diriku menulis ‘M&J will always together’ di pohon mistletoe dekat pekarangan rumah lamaku, lalu bermain salju tepat dibawah pohon mistletoe, dan masih banyak memoriku dengan justin. Tak bisa dipungkiri aku sebenarnya sangat menyukai justin tetapi bukan sebagai sahabat atau semacamnya melainkan melebih seorang sahabat atau kakak tetapi yang sangat di sayangkan pada saat itu ternyata ia telah menaruh hatinya pada gadis cantik yang kaya bernama catlin beadles, aku sangat senang saat itu, saat mendengar berita tersebut maksudku senang di hadapan justin tetapi jika tak ada justin, aku menangis aku sedih ternyata cintaku tak terbalas ternyata cintaku bertepuk sebelah tangan dan rasanya itu-sangat-sangatlah menyakitkan.

Ku rapatkan mantelku karena diginnya kot ini yang kian waktu kian banyak salju, aku masih tetap setia menyusuri jalanan kota new york untuk sampai di depan kost-an-ku, aku melirik jam yang melingkar di tangan kiri-ku sebentar kemudian kupercepat jalanku agar sampai di kost-an karena waktu sudah menujukkan setengah dua-belas malam. Kini kakiku sudah tepat menginjak lantai rumah kost-an kemudian aku putuskan untuk menganti baju dengan piyama ku cek hp-ku sejenak oh-yaampun 4 pesan masuk dan itu semua dari jessica, ku tatap kosong layar hp setelah itu aku membuka pesan tiap-pesan.

Kubuka Pesan Pertama darinya yang berisi ‘besok kau harus menemani diriku untuk beli baju dan ke salon’ oh yaampun jess aku tau tapi tak usah sebegitunya untuk mengingatkan diriku, batinku.

Kubuka Pesan Kedua ‘hey, menggapa tak balas pesanku? oh-yasudalah tak apa tapi ingat besok kau harus bangun pagi pagi karena besok aku akan menjemputmu tepat jam 8 tepat di mana semua mall buka;)’ Oh-tuhan jessica mengapa kau bawel dan cerewet sekali tetapi aku sangat beruntung memiliki sahabat yang begitu perhatian akan diriku.

Kemudian Pesan Ketiga ‘hey kau tau, aku abis mendapatkan sesuatu berita yang sangatlah heboh di twitter dan ini menyangkut idolaku, justin bieber :D’ Justin? Apa? Mengapa dengan dia? Semoga sesuatu yang buruk tak terjadi padanya.

Dan yang terakhir ‘besok kau harus dengar berita tentang justin bieber dan kau harus siap mendengar ocehanku, persiapkan dirimu dan kupingmu ya :D’

 Oke besok aku harus membuat kupingku panas mendengar ocehan yang mulutnya lontarkan, tetapi aku suka sekali jahil padanya, seperti ketika ia sedang berbicara panjang lebar lalu setelah selesai ku tanya dia ‘kau tadi sedang berbicara tentang apa?’. Ia pasti sudah kesal sangat bahkan dan biasanya ia mengistirahatkan mulutnya sejenak untuk menjelaskan sekali lagi padaku haha tetapi walaupun seperti itu ia tak pernah marah padaku karen ia tahu aku sedang bercanda dengannya. Waktu sudah semakin malam ku-putuskan untuk mengistirahatkan tubuhku dan mataku sejenak dalam beberapa jam.

Kurasakan suara jam weker-ku berbunyi dan berdering, ku coba tanganku untuk meraih jam tersebut lalu ke-tekan tombol snooze kemudian aku coba membangunkan tubuhku dari kasur dan beranjak turun dari kasur, ku lihat jam weker-ku ternyata baru jam 6 pantas saja jessica belum menghampiri diriku biasanya dia sudah berada di depan kost-an-ku lalu menekan klakson-nya sekeras mungkin untuk membangunkan diriku dari tidur lelap bersama mimpi yang tak ingin aku lewatkan.

Aku menuju kamar mandi sesekali ku tolehkan mataku ke layar hp tetapi hasilnya nihil tak ada pesan ataupun telfon yang masuk dari jessica. Selesai mandi dan ganti baju, lalu kuputuskan untuk menelfon jessica.

“jessicaa! Kau sedang dimana?” teriak-ku pada jessica.

“aku sedang di mobil, kau tunggu saja di dalam kost-an-mu itu dan jangan lupa buatkan-ku coklat panas, karena di jalanan sangat dingin” perintah jessica padaku.

Aku hanya menganguk-kan kepalaku “ya, itu sudah pasti tetapi apa kau sekarang pakai mantel?” aku mencoba mengingati dirinya, aku tahu pasti dia lupa memakai mantel karena tergesah-gesah memang itulah kebiasaan dirinya lupa memakai mantel saat tergesah-gesah.

“iya aku lupa memakai mantel hhh.. ku pinjam mantelmu ya ?” ku-dengar ia menghela nafas panjang, ku mencoba menerawang lemariku untung sajalah masih ada mantel bagus berwarna putih dan memiliki bahan berbulu halus.

“baiklah cepat ya membawa mobilnya, aku tak mau menunggu lama lama” kataku.

“ya. Bye” ia menutup perbincangan, begitu denganku.

Ku tujukan kaki-ku menuju dapur, ku panaskan air hingga mendidih lalu kubuatkan jessica coklat panas, sejurus kemudian terdengar suara klakson mobil jessica, ku menuju depan rumah sembari membawa coklat panas untuk jessica ku buka-kan pagar untuk jessica lalu kami berdua masuk ku taruh coklat panas di atas meja tamu kemudian ku jalankan kaki-ku menuju kamar untuk mengambil mantel putih berbulu untuk jessica.

“Ini untuk mu” kataku mengulurkan mantel tersebut untuk jessica.

“hmm..terimakasih” kata jessica sembari meneguk coklat panas yang aku buatkan dan mengambil mantel-ku dengan tangan kanannya.

“jadi hari ini kita akan kemana?” kataku.

“oke hari ini kita akan pergi ke butik untuk membeli beberapa baju lalu pergi ke toko khusus untuk belieber, disana banyak perlengkapan belieber dan setelah itu kita akan ke salon” “hmm.. oke, lalu berita apa tentang justin bieber?” ucapku tersenyum musam, aku tau ini pasti berita buruk bagiku.

Love from the old best friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang