Joy sejak tadi sibuk mengelilingi kamarnya, mengeluarkan pakaian dari lemari super besarnya, dan melemparkan pakaian tersebut ke tempat tidur. Ntah sudah seperti apa bentuk kamarnya itu. Tapi Joy tak peduli. Malam ini Papi mengatakan mereka akan makan di luar, dan keluarga Kun juga ikut bersama mereka. Tentu saja Joy harus tampil maksimal, secara ada Kun gitu loh! Mana boleh Joy kelihatan gak on fleek di hadapan sang pangeran Kun. Joy masih sibuk mencari dress yang cocok untuk dipakai malam ini hingga tak sadar kalau pintu kamarnya sudah terbuka diiringi dengan masuknya seorang wanita bertubuh mungil."Ya ampun Joy! Ini kamar apa kapal pecah?" Ucap wanita itu sambil memungut beberapa pakaian yang sudah terhempas ke lantai. Joy yang terkaget dengan latahnya hampir nyusruk ke dalam lemari.
"Mbak Irene! Ngagetin ih! Untung ga nyusruk beneran. Mbak bantuin dong aku pusing nih gaada baju buat acara nanti malem."
"GAADA BAJU?!" Wanita yang dipanggil Irene itu cuma bisa mengelus dada saja sambil melanjutkan aktivitasnya yaitu mengambil baju-baju yang terlempar ke lantai. Irene itu anak dari sekretaris papi Joy. Tapi kedua orangtua Irene sayangnya harus berpulang terlebih dahulu karena kecelakaan pesawat. Karena Irene anak satu-satunya dan tidak punya keluarga lain, jadinya papi Joy pun merawat Irene dengan memberi bantuan biaya untuk melanjutkan kuliah, serta memberi tempat tinggal. Sebenarnya sih papi mau angkat Irene menjadi anak, tapi Irenenya yang gak mau, mungkin masih kepikiran orangtuanya.
Joy itu nempel banget sama mbak Irene, mungkin karena mami Joy juga sudah berpulang sejak Joy masih SD, jadinya Joy kurang merasakan memiliki figur wanita dewasa yang bisa bimbing Joy. Saking nempelnya Joy sama mbak Irene sejak mbak Irene tinggal serumah sama keluarga Joy, sampai sampai kakak kandung Joy alias Mas Chanyeol merasa terlupakan dan terbuang. Irene sih fine fine aja Joy nempel terus sama dia. Soalnya dia juga senang bisa ngerasain punya adek, apalagi Joy itu lucu dan menggemaskan, meskipun kadang malu-maluin sih.
"Mbak, Joy bagusnya pakai dress yang ini atau yang ini ya?" tanya Joy sambil menunjukkan dua dress berbeda.
"Yang putih aja, Joy. Siapa tau kamu mau langsung dinikahin sama Kun-mu itu"Joy spontan aja mesem mesem sendiri. Sok malu malu gitu sambil senyum. "Mbak ada ada aja deh. Aku aja masih SMA masa udah dinikahin sih?"
"Ya mana tau, Joy? Lagipula kamu sama Kun kan udah sering dipasang-pasangin dari kecil. Siapa tau papi-mu mau ngeresmiin"
"Amin deh"
"Loh? Kok amin? Kamu tuh masih kelas satu SMA kok malah senang dinikahin?"cerca Irene. Dia sudah geleng-geleng kepala melihat kelakuan Joy yang makin senyum-senyum sendiri.
"Mbak iki piye, toh? Sudah jelas jelas Joy ditawari rejeki seperti itu, ya mana mungkin nolak lah! Uhuy! pernikahan dini sama bebeb Kun" Sekarang Joy malah joget gak jelas di depan cermin. Membayangkan diri menjadi pengantin Kun.
Irene udah mulai enek nih melihat kelakuan Joy. Dalam hatinya cuma ngumpat "Anak jaman sekarang, biologi aja belum sampai tahap reproduksi, udah mau kawin!". Padahal dia tuh tadi cuma bercanda mau ngegodain Joy, eh malah Joy-nya terbawa kehaluan.
Joy tiba-tiba berhenti berjoget di depan cermin dan berbalik menghadap Irene, lalu menatap Irene heran. "Mbak kok masih nyantai aja? Emangnya gak ikut nanti?"
"Mbak gak enak ah, Joy. Ini kan acara keluarga, masa mbak ngikut sih? Lagipula mbak masih ada tugas matkul yang harus diselesein"
KAMU SEDANG MEMBACA
Day 1
FanfictionJoy yang dari kecil sudah punya rasa sama Kun, tentu saja senang bukan main waktu tau kalau mereka bakal dijodohin. Tapi reaksi Kun yang sama sekali tidak terbaca bikin Joy jadi bingung. Ikuti perjalanan Joymanda Pradhika mengarungi masa-masa SMA ny...