Chapter 4

70 12 1
                                    

Waktu istirahat akhirnya datang juga, Joy beserta dua dayangnya (re: Ten dan Jennie) langsung gercep ke kantin. Tujuan mereka itu satu, yaitu ambil tempat duduk strategis tepat di depan booth Hokben. Iya, kantinnya ada booth Hokben, ada Starbuck dan KFC juga. Maklum lah, ini sekolahan anak borju. Tempat duduk di depan Hokben itu tempat yang paling enak, selain karena bisa ngeliat ke semua arah, di situ juga paling deket sama AC dan wastafel, makanya itu tempat yang paling jadi incaran.

"Jen, itu tuh ada yang udah gerak ke meja kita." Ten heboh sambil narik Jennie dan Joy. Mereka pokoknya gak boleh kalah cepet.

Tepat saat orang itu menaruh teh botolnya di meja, saat itu juga Jennie melemparkan diri dan mendudukkan pantatnya di kursi meja tersebut. "Gue duluan yang duduk sini, sorry."

"Seenaknya aja lo! Emang ini sekolah bapak lo apa?!" Orang yang mejanya direbut itu nyolot karena tidak terima.

"Emang sekolah bokap gue!" Iya, bapaknya Jennie yang punya yayasan, jadi secara teknis ini emang sekolah bapaknya Jennie. Orang tadi sudah hampir membalas lagi, cuma ditarik mundur sama temannya yang mungkin lagi males berdebat.

Setelah ikut duduk di meja keramat dan memberi tahu pesanan makanannya agar dipesankan Ten, mata Joy kembali menangkap sosok Kun. Mungkin benar kata orang-orang, kalau lagi jatuh cinta, ke mana mata memandang, pasti yang dilihat pujaan hati saja. Masalahnya pujaan hati yang dipandang ini, lagi asik ngobrol di meja kantin dengan wanita lain. Joy jadi terbakar api cemburu.

"Jen, lo kenal cewek yang lagi ngobrol sama Kun itu ga?" Joy menoel lengan Jennie sambil menunjuk samar-samar ke arah meja Kun.

"Gak kenal, beb. Kayanya bukan alumni dari SMP kita. Soalnya gue gak pernah liat."

"Sebel gue liatnya. Daritadi tuh gue perhatiin kayanya Kun bareng dia mulu." Joy bersungut sambil melintir-melintir tisu.

"Udah mulai posesif nih ya calon istri," Ejek Jennie yang langsung dihadiahi tatapan maut dari Joy. "Temen sekelas kali, Joy. Tuh tanya si Doy coba. Kan dia sekelas sama Kun."

Kebetulan Doyoung yang diomongin lewat di depan meja mereka. Joy langsung melambaikan tangan ke arah Doyoung. "Doy, Doy, rene o."

Doyoung langsung duduk bareng Jennie dan Joy sambil memasang muka curiga. "Joy, kayaknya gue perlu tegasin ya. Kita ini sepupuan loh. Kalo lo suka sama gue, tolong dipendam aja, gue gak mau menimbulkan perpecahan keluarga."

Joy sama Jennie sama-sama memasang muka cengo. Bingung mau jawab apa, soalnya mereka gak ngerti maksudnya omongan Doyoung.

"Gak usah pura-pura bingung! Gue tau ya, tadi pagi pas upacara, lo lirik-lirik gue kan? Gue nyadar loh, Joy. Sekarang lo modus mau ngajak gue makan bareng, kan? Cih!" Doyoung masang muka sombong sambil melipat tangannya di dada. Jennie tiba-tiba ngerasa mual gitu ngeliat kelakuan Doyoung. Kalo Joy lagi bersyukur Ten belum bawain pesenan minumannya Joy. Kalo udah, mungkin isi gelas udah berpindah ke kepala Doyoung, biar dia nyadar.

"Heh, Doy! Kalo gue emang mau menjalin hubungan terlarang sama sepupu, gak bakal sama lo juga kali! Tadi pas upacara tuh gue ngeliatin Kun, bukan lo! Lo aja yang kegeeran," Doyoung yang malu, pura-pura sibuk garuk kepala. "Gue manggil lo bukan mau ngajakin lo makan bareng, tapi mau nanya. Siapa cewek yang duduk bareng Kun itu?"

"Ngomong dong dari tadi! Biar orang gak salah paham."

"Doy, jangan bikin gue obrak abrik rumah lu ya!" Ancam Jennie yang daritadi sudah emosi melihat Doyoung.

"Santai dong Jennie, itu cewek yang sama Kun namanya Sooji. Paling pinter di kelas gue, trus sering belajar bareng sama Kun," Joy bersuara dalam hati, oh Kun, apakah aku harus menjadi jenius seperti Albert Einstein agar aku pantas bersanding denganmu? "Kenapa nanyain cewek itu, Joy? Takut Kun direbut yaaaa?"

Terkutuklah Doyoung dengan mulut tanpa filternya yang bikin Joy makin terbakar cemburu. Untung Jennie itu ride or die chingu, jadinya langsung tau kalau Joy butuh pembelaan. "Ngapain juga Joy mesti takut? Meskipun dari segi otak Joy kalah saing, dari segi selain itu Joy menang telak kok!"

Joy agak bingung, ini Jennie muji apa ngehina. Tapi gak apa apa, setidaknya dia tau Jennie got her back. Ten akhirnya datang membawa pesanan makanan mereka, Ten melihat ke arah Doyoung dengan pandangan tak suka. "He, Cungkring! Ngapain you duduk sini? Slot buat cowo di geng ini cuma satu! Dan udah I isi."

"Ih, siapa juga yang mau gabung geng you? I tuh dipanggil sama Joy. Sekalian ajalah I makan di sini. Pelit banget sih, padahal kursinya kosong juga," Sungut Doyoung.

"You you pada gak usah berantem deh, udah makan aja, gak usah berisik." Jennie akhirnya melerai keduanya, karena dia mau makan dengan tenang.

Baru saja mereka mulai makan sebentar, sudah ada gangguan lagi. Kali ini dari meja kakak sepupunya Joy, Taehyung dan Jimin, iya, emang keluarga besarnya Joy itu banyaknya sekampung, di mana-mana ada. Jimin terlihat tertawa sambil memanggil Joy, "Joy, ada yang mau kenalan nih!"

Suara Jimin yang cempreng itu membuat beberapa siswa melihat ke arah mereka. Joy akhirnya perhatiin meja tempat Jimin, ada Taehyung yang ketawa ngakak sambil geleng-geleng bersama temannya yang lain, dan ada satu orang yang terlihat menundukkan kepala.

"Ganteng gak, mas?" Jawab Joy dengan gak tahu malunya.

"Ganteng, dek. Mirip artis korea." Kini giliran Taehyung yang menjawab sambil ketawa gede.

Joy sok-sokan ngibasin rambut gitu. "Kalo gitu, boleh kenalan deh!"

Mendengar Joy, Jennie jadi gak mau kalah. Dia ikut-ikutan kibas rambut, "Jennie juga dikenalin dong, mas Taehyung."

"Ten juga dong, mas Taehyung," ikut Ten dengan gaya gak kalah menjijikkannya. Taehyung, Jimin, dan teman-temannya udah ngakak sambil mukul-mukul meja.

"Nih namanya Taeyong." Jimin merangkul bahu seseorang yang duduk di sebelahnya. Joy jadi merhatiin Taeyong itu. Dalam hati sempat nyebut ganteng juga. Akhirnya dia dadah-dadah deh ke arah Taeyong, yang pastinya diikutin sama Jennie dan Ten.

Doyoung cuma mengernyit ngeliatin trio lambe.

"You you semua nggilani. I mau pindah meja aja, malu." Ujarnya sambil angkat kaki dari meja. Joy tanpa sadar mulai mengedarkan pandangan ke arah meja Kun tadi, tapi sayangnya Kun dan Sooji sudah tidak di situ lagi.

"Kun ngeliat gak ya tadi? Gue takut dia salah paham, deh. Padahal gue kan cuma bercanda," keluh Joy.

"Ngimpi banget lo disalah pahamin sama Kun." Ujar Ten sambil menyeruput frappuccino nya.

Joy langsung ngeliat ke Jennie, minta pembelaan.

"Siapa tau Kun itu tipe-tipe cold guy kaya di novel. Di depan dia kaya gak peduli tapi di dalam hati dia kepikiran Joy terus," bela Jennie. "eh btw, lo masih sama Lisa, blay?"

Joy melihat perubahan dari raut wajah Ten waktu Jennie menanyakan soal Lisa. Lisa itu dulu adik kelas mereka waktu SMP dan udah pacaran sama Ten sekitar dua tahun lebih. Ten tiba-tiba jadi murung.

"Bingung gue, Jen. Lisa akhir-akhir ini aneh. Jadi jarang ngabarin gue. Gue ajak ketemuan, ada aja alasannya. Katanya mau fokus UN. Dulu pas gue UN, gak kaya gini padahal."

"Ten, jangan-jangan Lisa punya gandengan baru?" Pertanyaan Joy bikin Ten makin cemberut.

Jennie yang kasian melihat Ten akhirnya mengusulkan mereka ke SMP lama mereka buat memata-matai Lisa nanti saat pulang sekolah.

"Jangan hari ini, gue gak bawa mobil. Besok aja pas pulang sekolah gimana?" Sergah Ten. Akhirnya Joy dan Jennie sepakat buat ikut Ten memata-matai Lisa besok.



Day 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang