Prolog

32.2K 569 12
                                    

Huek.... huek...

Suara muntahan seseorang terdengar dari rumah sederhana di pinggir kota. Seorang wanita paruh baya yang sedang memasak sarapan di dapur bergegas menghampiri seorang wanita muda yang berada di kamar mandi.

"Kamu kenapa, nak?" tanya sang Ibu, menatap anaknya dengan raut wajah khawatir.

"Entahlah, Bu, mungkin aku masuk angin. Sudah beberapa hari ini aku lembur terus," jawab sang anak setelah mencuci mulutnya dari sisa muntahan.

"Ya sudah kalau begitu hari ini kamu nggak usah berangkat kerja aja, Ran. Lebih baik kamu istirahat di rumah," saran sang ibu kepada anaknya yang bernama Rani. Ibu berjalan kembali ke dapur dan membuatkan teh hangat untuknya.

"Nggak bisa, bu. Sekarang toko lagi ramai pelanggan," tolak Rani, mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Tubuh Rani masih terasa lemas setelah memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan.

"Memangnya karyawan di toko cuma ada kamu, Ran? Masih ada Ayu dan Puput kan?" tanya Ibu, menyerahkan secangkir teh hangat pada Rani.

Rani menerimanya dan mengucapkan terima kasih sebelum menjawab pertanyaan sang Ibu. "Ayu sudah dua hari ini nggak masuk kerja, Bu, adiknya masuk rumah sakit," jelas Rani. "Kasihan Puput kalau hari ini aku juga nggak masuk kerja."

Ibu menghela nafas panjang. Beginilah nasib orang kecil seperti mereka. Walau tubuh sedang sakit harus tetap bekerja keras demi mencari sesuap nasi.

"Insya Allah aku baik-baik saja, Bu," kata Rani, menenangkan.

Saat ini Rani bekerja di toko handphone yang berada di depan sebuah pusat perbelanjaan. Toko handphone tempat Rani bekerja tak pernah sepi pengunjung karena sekarang handphone merupakan barang yang menjadi kebutuhan semua orang. Tak jarang Rani harus lembur untuk melayani pembeli yang datang ke toko.

"Ya sudah, tapi jangan dipaksakan kalau kamu nggak kuat kerja," ujar Ibu, mengizinkan.

"Iya, Bu," sahut Rani, tersenyum kecil.

Rani Anggraini. Wanita muda berusia 22 tahun ini harus bekerja keras demi menghidupi dirinya dan sang Ibu. Apalagi semenjak Ibunya divonis menderita kanker hati, Rani harus bekerja lebih keras lagi untuk membiayai pengobatannya. Walau dokter mengatakan kondisi kesehatan sang Ibu semakin membaik setelah dilakukan operasi dua bulan yang lalu, tapi hal itu tak membuat sang Ibu sembuh total dari penyakitnya.

"Rani berangkat dulu, Bu," pamit Rani usai menyelesaikan sarapannya. "Ibu hati-hati di rumah. Hubungi Rani kalau Ibu merasa nggak enak badan," lanjutnya memberi pesan.

"Harusnya Ibu yang bicara seperti itu," sahut sang Ibu. "Hati-hati di jalan dan jangan pulang terlalu malam," tambahnya kemudian.

"Iya, Bu. Assalamu'alaikum," Rani mencium tangan sang Ibu sebelum keluar dari rumah.

"Wa'alaikumsalam."

oOo

Seorang pria bertubuh tinggi, tegap dan berwajah tampan khas orang timur tengah berjalan memasuki gedung kantor WIJAYA CORP. Kehadirannya menarik perhatian orang-orang yang berada di dalam gedung untuk sekedar menyapa atau menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan kepadanya. Pria itu tak menanggapi sapaan mereka. Dia terus berjalan kearah lift khusus Direksi yang akan membawanya menuju ruangannya di lantai teratas gedung ini.

"Pagi, Pak," sapa seorang wanita muda dari balik meja kerjanya ketika pria itu tiba di depan ruangannya.

Pria yang memiliki tatapan setajam elang itu hanya mengangguk membalas sapaan Selfi, sekretarisnya. Dia memasuki ruangan CEO Wijaya Corp diikuti Selfi di belakangnya.

"Apa jadwal saya hari ini?" tanyanya setelah duduk di kursi kebesarannya.

"Pak Reza ada meeting dengan klien dari Singapura untuk membahas kontrak kerjasama yang baru saat jam makan siang nanti," jelas Selfi dengan lancar.

"Hanya itu?" tanya Reza, memastikan.

"Iya, Pak," sahut Selfi.

"Baiklah, kamu boleh keluar sekarang," perintah Reza dengan raut wajah datarnya. Dia kemudian meraih tumpukan map di atas meja dan mulai mempelajarinya.

Selfi menunduk hormat sebelum melangkah keluar meninggalkan ruangan bosnya.

Reza Pratama Wijaya. Pria berusia 27 tahun ini merupakan anak pertama dari pasangan Arif Wijaya dan Raya Utami. Dia menjabat sebagai CEO Wijaya Corp menggantikan Papanya yang memilih pensiun dini.

Wijaya Corp merupakan perusahaan properti yang memiliki cabang hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Berkat tangan dingin Reza, perusahaan keluarga Wijaya ini berhasil mengembangkan bisnisnya hingga ke benua Asia dan Eropa.

oOo

MARRIED WITH MY SON'S DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang