{1}

7 0 0
                                    

Rintikan hujan membahasahi gedung yang aku tempati saat ini. Entah apa arti dari hujan ini, apakah setiap rintikan hujan ini menggambarkan suasananya hatiku yang sedang kacau? Atau ada maksud lain dari turunnya hujan ini?

Namaku Maura Devina Adeline . Biasanya aku dipanggil Maura atau Vina. Aku berdiri menatap hujan yang terus lewat didepan mataku. Sambil memegang laptop dan beberapa tugas mata kuliah, diriku masih menatap rintik air hujan yang terus turun dari langit. Tatapan kosong selalu menghampiriku hingga kadang aku menggeleng berharap tak ada yang merasuki-ku.

Hujan semakin deras dan aku sangat lelah berdiri selama tiga puluh menit menunggu hujan reda untuk pergi ke gedung perpustakaan diseberang sana. Harapan ku tak kunjung dikabulkan oleh sang pencipta.

Aku menyiapkan diriku untuk terjun menerobos rintikan hujan. Namun sebuah tangan menahan ku agar aku tak terjun diantara rintikan air hujan itu. Aku menoleh dam mendapati siapa yang menahan tanganku ini. Tentunya aku tak mengenal laki-laki dihadapanku ini. Aku melihat tangannya bergerak menyodorkan payung yang ia pegang kepadaku.

"Jangan buat dirimu sakit, pakailah payung ini!"

Aku menerima payung itu, namun ia sudah lebih dulu pergi menerobos hujan sebelum aku mengucapkan terima kasih dan menanyakan namanya. Aku tersenyum menatap punggung laki-laki itu, kaus hitam yang ia pakai sudah basah kuyup namun ia tetap berlari menuju gedung perpustakaan. Padahal laki-laki itu sudah berlari sekencang kilat namun ia tetap terguyur air hujan. Aku tak dapat membayangkan bagaimana jika aku berada diposisi laki-laki itu , baju ku akan basah dan sangat basah sebab aku tak pandai berlari.

Ku buka payung merah muda dan kupakai untuk menerobos hujan. Aku bertanya-tanya apakah laki-laki itu malu memakai payung hujan atau ada alasan lain mengapa ia memberikan payungnya padaku. Aku tersenyum , yang jelas suasana hatiku lebih ceria.

Aku menghela nafas, akhirnya aku sampai di gedung ini. Ku tutup payung merah muda itu dan ku lap dengan sapu tanganku, lalu memasukkan payung itu kedalam tas ku. Aku berjalan masuk keruang perpustakaan, namun sebelum aku melangkah masuk, aku menoleh kepada kerumunan para mahasiswa.

Ku hampiri mereka, tak butuh waktu lama aku berteriak meminta tolong untuk mengangkat laki-laki itu menuju ruang kesehatan. Ya... orang itu adalah laki-laki yang tadi memberiku payung.

- - - -

"Apa kamu mengenalnya?" Tanya seorang petugas kesehatan padaku.

"Tidak bu , saya adalah orang yang pernah ia pinjami payung selebihnya saya tidak tahu siapa laki-laki ini, boleh saya tanya mengapa dia bisa pingsan ya?"

Wanita berjas putih ini membuka kacamatanya, "Dia hanya masuk angin, karena keadaannya kurang sehat dan ia menerobos hujan sehingga ia pingsan,"

Aku mengangguk paham , masih tak mengerti alasan laki-laki ini meminjami ku payung , padahal ia sedang sakit.

"Ehmmm... bisakah saya meminta tolong padamu?" Aku pun mengangguk tanda setuju dimintai tolong.

"Saya harus pergi rapat sebentar  karena jam jaga saya sudah habis dan juga hujan terus mengguyur sehingga petugas setelahnya terjebak hujan, bisakah kamu menjaga laki-laki ini sebentar sampai petugas selanjutnya datang?"

"Baik bu," jawabku.

Wanita itu berjalan keluar pintu ruang kesehatan, "Baiklah, terima kasih ya,"

Aku duduk di kursi petugas ruang kesehatan atau UKS sambil membaca riwayat pasien.

"Devano Adji Pratama," Aku membaca nama laki-laki itu dengan suara pelan namun masih bisa didengar.

Hujan yang tak kusyukuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang