Yakuza

5.3K 230 5
                                    

Gedebug

Terdengar suara orang bertabrakan.

Terlihat seorang gadis mengenakan seragam sekolah terduduk di atas jalan aspal. Mimik wajahnya terlihat meringis kesakitan sambil menepuk-nepuk telapak tangannya yang lecet pada tangan yang satunya.

Di depannya, berdiri tegap seorang pemuda bertubuh tinggi besar memakai setelan jas hitam melekat pas di tubuhnya yang atletis dengan rambut hitam pekat mencuat melawan gravitasi. Matanya masih tertutup kacamata hitam yang bertengger mantap di hidungnya yang mancung. Kulitnya putih, seakan tak memiliki darah di dalamnya seperti seorang Vampir. Wajahnya terlihat tampan; sangat tampan rupawan seperti seorang super model yang berada di dalam majalah dewasa.

Gadis itu mendongak marah menatap mata pria yang masih berdiri kokoh di hadapannya.

"Kau buta ya?" Katanya kesal.

Pemuda itu hanya mengernyitkan alisnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Perlahan gadis itu bangkit tanpa melepaskan sedikitpun pandangannya dari pemuda itu.

"Apa kau juga tuli?" Katanya. Tiba-tiba pemuda itu menarik kasar kerah seragam gadis di hadapannya, sehingga ia sedikit terangkat ke atas karena tubuhnya yang mungil dan memaksanya harus sedikit berjinjit.

Matanya terbelalak kaget, tubuhnya bergetar hebat di rasuki rasa takut yang amat sangat. Ia tahu, seharusnya ia menjaga cara bicaranya pada orang asing yang baru ia kenal tapi mulut kotornya tidak bisa sebaik itu saat kekesalannya memuncak.

Oke, hari ini begitu banyak hal yang terjadi. Ia baru saja diomelin gurunya karena telat membayar iuran sekolah, belum lagi tadi malam ia baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai pelayan kafe, moodnya belum membaik sampai saat ini, saat seseorang menabraknya hingga terjatuh dan membuat telapak tangannya lecet.

Terlihat mata sekelam malam tanpa bintang, berkilat tajam seperti mata pedang dibalik kacamata hitam yang sedikit tersinari oleh matahari. Gadis itu menelan ludahnya susah payah berusaha menekan getaran hebat di tubuhnya, berusaha menghilangkan rasa takutnya yang semakin besar, keberaniannya yang tadi menjadi tameng seakan hilang bagai debu ditiup angin. Mata itu begitu mengerikan.

"A-Apa yang ..." ucapannya terputus ketika pemuda itu menghembuskan nafasnya yang segar beraroma mint dengan kasar di wajahnya yang putih kemerahan.

"Beraninya kau mengataiku buta dan tuli." Desisnya, giginya gemeletuk. Lagi, gadis itu menelan ludahnya untuk yang kesekian kalinya. "Akan kupastikan kau," pria itu menunjuk tepat di hidungnya. "Tidak akan lepas dari penderitaanku! Takdir akan membawamu padaku." Lanjutnya, kemudian pemuda itu melepaskan cengkramannya pada kerah seragam gadis itu dan sedikit mendorongnya hingga dia terhuyung ke belakang. Pemuda itu berlalu setelahnya dan memasuki sebuah mobil mewah berwarna hitam.

Sial!

Gadis itu masih tertegun mencerna apa saja yang baru terjadi. Dia masih terkejut dengan ancaman pria gila tadi, membuat bulu kuduknya merinding.

"HUWAAA!!" Teriaknya frustasi, mengabaikan orang-orang di sekelilingnya yang mulai menatapnya aneh. "Mulut sialan! Tidak cukup kah penderitaanku ini yang sudah dimarahi Kurenai-Sensei? Sehingga harus ditambah lagi dengan ini." Ucapnya dengan raut wajah penuh khawatir. Ia menyisir rambut merah mudanya dengan jari-jari lentiknya kebelakang.

"Oke, aku baru saja bertemu dengannya kan?" Katanya sambil melanjutkan jalannya, "dia tidak akan bertemu lagi denganku kan?" Lagi, dia berbicara seperti orang gila pada dirinya sendiri, "tentu saja!" Dia tersenyum kikuk menanggapi ucapannya sendiri. "Aku tidak akan bertemu lagi dengannya. Dia bilang apa tadi? Takdir? Takdir tidak akan berpihak pada orang aneh gila sepertinya." Gadis itu tersenyum dan berjalan memasuki gang kecil dan terlihat kumuh menuju rumahnya.

M Y  Y A K U Z ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang