Malam.
Bahkan ketika semuanya terlihat sama di malam hari, kota besar tak pernah mati. Entah ada yang bersenang-senang, banting tulang, maupun melipir tanpa tujuan. Yang jelas, selalu ada kehidupan.
Dan dalam kehidupan sendiri, selalu ada kebaikan dan kejahatan. Kedua hal tersebut bahkan tak pernah bisa terpisahkan.
••••
"Gimana barang yang kami kirim sebelumnya? Memuaskan bukan?" ujar seorang berpakaian formal yang kini sedang berbincang di sebuah restoran.
Lelaki tua itu mengangguk sembari tersenyum senang, "Dari segi kualitas dan harga, kalian memang tak pernah mengecewakan. Ya, apalagi jika tidak ada kendala dalam waktu pengiriman yang dijanjikan, saya akan membayar lebih untuk kalian."
••••
"Pengejaran ini harus segera dituntaskan, bagaimana pun mereka telah menguasai segala bidang kehidupan" ujar seseorang yang duduk di bagian tengah.
"Benar semuanya semakin sulit sekarang, mereka benar-benar bermain rapi"
"Bahkan ketika biasanya semua kasus memiliki desas desus mengenai siapa yang pelakunya, tidak ada satu pun rujukan pada kasus ini, semuanya terasa samar"
"Apalagi melacak website dan akun mereka, hampir gila rasanya"
••••
"Gimana? Sekarang harus kemana?"
"Sebentar" jari laki-laki itu bergerak lincah diatas keyboard, matanya dengan tajam mengawasi layar monitor dihadapannya.
"Belok kanan, nanti akan ada sungai disana. Status aman, tidak ada cctv ataupun keamanan lainnya."
"Serius kan? Awas ada mobil kayak kemarin lagi" cibir satu orang lainnya.
"Nggak ada, udah cepet buang kesana"
••••
Bugh
"Nggak usah repot-repot nipu kita! Lo nggak tahu siapa gua?!" Laki-laki dengan kaos tanpa lengan itu menendang orang dihadapannya tak berperasan.
Bugh
Bugh
Bugh
"Hahaha, cuma gitu yang bisa lo lakuin di keadaan genting kayak gini? Kemana nyali lo? Oh, udah abis waktu nipu gua ya!" ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman, tangannya mengusap ujung bibir yang sempat terkena pukulan. Mengingat ia terkena pukulan oleh orang lemah dihadapannya, membuat laki-laki itu kembali naik darah.
Bugh
"Aww! Sshhh" rintih seorang yang sudah tak berdaya.
"Kalau gue bisa bunuh lo, gue nggak akan mikir dua kali buat bunuh lo sekarang" ujarnya. Kemudian dua orang berjaket jeans datang membawa sebuah kunci mobil dan hoodie.
"Ini bos"
"Lo beresin sekarang, jangan lupa buang dia di tempat yang aman" laki-laki itu langsung melesat pergi kearah mobilnya tanpa peduli dengan kejadian yang akan terjadi selanjutnya.
Dengan kecepatan penuh, mobil itu melintasi kota yang tengah ramai di beberapa sudutnya. Tak peduli akan ada orang yang terluka, ia hanya ingin kembali ke rumahnya. Seseorang yang selalu membuatnya ingin pulang dan berlari untuk melepas semua keresahan.
Segelap langit malam, sesunyi suasana di ujung perkotaan, begitulah hidupnya berjalan. Tak pernah ada titik terang yang mengahampiri untuk memberi kepastian. Ia hanya berlari dalam sebuah lingkaran yang mengekang, dan membuatnya kembali pada satu pusaran.
Ketika sebuah cahaya putih datang, kelam hidupnya membuat semua terasa abu-abu. Otaknya beku, jalan pikirannya buntu.
Cinta atau kehidupan.
Itulah pilihan di gengamannya sekarang.
Akalnya menyuruh pergi, tapi tinggal selalu dibisikan oleh hati. Entah berapakali ia berkelok tajam untuk mengindari bencana, yang jelas kini kemampuannya tak lagi sama.
Semua ini tentang gelapnya malam yang selalu ditakuti banyak orang. Ketika semua kebaikan dan kejahatan tak mudah untuk dibedakan.
YOU ARE READING
Ti Nychta
ActionWhen plunder becomes a way of life for a group of men in society, over the course of time they create for themselves a legal system that authorizes it and a moral code that glorifies it