Eps 1 : Nina dan Jiro

30 0 0
                                    


Seorang cowok dengan tinggi 170 cm menatap cermin di depan mata yang memantulkan bayangannya. Dia menyeringai puas dengan penampilan barunya. Penampilan yang dia impikan sejak dulu. Cowok itu adalah cowok yang berniat memulai kehidupan SMA-nya dengan langkah baru.

Nina

Namanya Kim Jiro. Ada banyak orang yang meledek nama si cowok. Mereka bilang, namanya terdengar seperti "zero" dan imej itu sesuai dengannya. Dulu, dia selalu menjadi kacung preman di sekolah, membawakan mereka ini dan itu, dijadikan pelayan mereka. Jika pekerjaan Jiro dinilai tidak memuaskan, mereka akan mendaratkan tendangan di perutnya. Dulu, tubuhnya sangat kecil, kulitnya putih pucat, dan rambutnya seperti batok kelapa. Orang lain bilang wajar saja jika dia ditindas dengan penampilan culunnya itu. Belum lagi, Jiro tidak pandai olahraga. Jangankan melawan, otot saja tidak ada.

Saat itu, tidak ada yang berinisiatif menolongnya walaupun banyak saksi.

Setiap hari, Jiro melewati hari demi hari di SMP dengan perasaan cemas. Setiap hari, uang sakunya habis dan ibu Jiro selalu mengeluhkan sifat borosnya, padahal uang saku Jiro habis karena dipalak preman sekolah. Dia tak berani curhat pada ibunya. Dia juga tak berani curhat pada guru lain. Para preman itu anak-anak pejabat setempat dan sebagian adalah anak pemilik yayasan sekolahnya. Tiga tahun masa SMP-nya lalu berakhir.

Setelah upacara kelulusan, dalam perjalanan pulang, dia ditarik ke sebuah taman terdekat oleh preman sekolah lain. Mereka menyangka, Jiro adalah teman preman sekolahnya dan ingin balas dendam. Mereka melucuti pakaiannya hingga tersisa celana pendek dan kaos dalam. Mereka menertawakannya dan menyuruh Jiro mengeong seperti kucing. Mereka melemparkan plastik berisi teokkboki bekas ke tanah dan menyuruhnya memakannya. Ketika menolak, mereka menendang punggung Jiro.

Saat itu, Jiro merasa kecewa pada dirinya sendiri. Kenapa dia terlahir seperti ini? Dia tidak pernah punya teman. Mereka mendekatinya hanya karena ingin menyuruhnya ini dan itu. Mereka hanya ingin memanfaatkannya saja. Nilai pelajaran dan olahraga Jiro pas-pasan. Tidak ada yang bisa dibanggakan darinya. Dia selalu berada di dalam kamar dan internetan, mengagumi tokoh-tokoh pahlawan fiksi yang dia tonton.

Haruskah dia begini terus? Haruskah dia menjadi pecundang?

Sampai akhirnya, dia diselamatkan seseorang ketika ditindas di sebuah taman. Dia adalah cowok yang terkenal dengan nama "Noname Hero". Dia adalah cowok yang terkenal di kota sebagai cowok paling kuat dan selalu mengalahkan preman-preman sekolah. Dia tidak punya geng dan bergerak sendirian. Tidak diketahui pasti dia berasal dari sekolah mana dan siapa nama aslinya.

Sebagian preman mengenali sosok Noname Hero dan berusaha melumpuhkannya, tapi cowok berambut hitam itu lebih unggul. Dengan tangkas, dia menahan serangan dan memukul kepala beberapa orang.

Noname Hero menoleh pada Jiro sambil berkata, "Cepat pergi dari sini!"

Air mata Jiro jatuh. Dia menangis, mengambil seragam sekolahnya yang tececer dan berlari pergi. Namun, Jiro tidak benar-benar melarikan diri. Dia bersembunyi di balik pohon besar dan menyaksikan bagaimana Noname Hero berhasil membuat preman-preman sekolah lain itu bertekuk lutut.

Wajah yang tampan, tubuh yang atletis, gerakan yang tangkas, dan keberanian yang tidak main-main.

Saat itu, hati Jiro tersentuh. Dia mengidolakan sosok yang berdiri gagah di seberangnya dan bertekad akan berlatih keras supaya bisa menjadi sepertinya. Setelah itu, Jiro menghabiskan hari-harinya untuk berlatih taekwondo, mengangkat beban, dan berada di tempat gym seharian.

Kemudian, secara kebetulan, ayah Jiro dipindahtugaskan ke luar kota. Dia pun pindah dari kota Daegu ke Incheon. Dia menutup kenangan buruknya selama tinggal di Daegu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NinaWhere stories live. Discover now