Bab 2

4.2K 262 39
                                    

Sakura tak henti-hentinya membuat sensasi yang luar biasa di mata para sahabatnya. Terbukti melihat Naruto yang terus-terusan tertawa tanpa suara di samping Sai dengan menggandeng tangan kekasihnya.

Sedangkan Hinata dan Sai yang berjalan dengan Naruto yang menjadi dinding penghalang mereka hanya mendengus.

Mereka saat ini tengah berada di salah satu mal terbesar di kota. Terpaksa mengikuti Ino yang katanya akan pergi ke salon langganannya yang ada di sini. Dan karena hari ini mereka semua lagi tidak ada kerjaan, alhasil mereka ikut ngintil pada Sasuke dan Ino.

Oh, asal kalian tahu jika ini adalah hasutan dari Haruno Sakura. Lagi.

Akhirnya mau tak mau Sasuke mengijinkan mereka.

Dan seperti dugaan Naruto dan Sai. Sakura selalu membuat acara kencan Sasuke menjadi mimpi buruk untuk lelaki itu. Terutama Ino yang harus menahan wajah kesalnya.

"Sas, kita ke Timezone, yuk. Gue pengin main, nih." seru Sakura di samping Sasuke sambil menggoyangkan lengan lelaki itu. "Udah lama banget kita gak main, kan?"

Sakura ingat terakhir kali dia dan empat sahabatnya bermain di tempat itu. Saat sebelum Sasuke bertemu dengan Ino.

Sai dan Naruto yang mendengarnya lantas memekik dan anak semata wayang Namikaze itu langsung menyahut, "Gue sih, yes."

Sai mengangguk dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Dia akan meminta Sasuke untuk membelikan saldo kartu miliknya yang tinggal dua puluh ribu rupiah.

"Gue yes juga."

Sasuke tanpa pikir panjang langsung mengangguk. Entah kenapa jika yang meminta itu Sakura, seperti di hipnotis, dirinya seperti sulit untuk menolak. Walau dalam keadaan bersama dengan calon tunangannya, ia sama sekali tidak keberatan. Bahkan ia sering terlibat dalam pertengkaran akibat dari dirinya yang selalu membela Sakura.

Ino yang melihat anggukan Sasuke lantas langsung menyela dengan wajah kesal menatap empat orang di depannya itu, "Kalau kalian mau ke sana, ya ke sana aja sendiri. Sasuke ke sini tuh nganter gue ke salon. Bukan jadi baby sitter kalian. Ngerti!"

Ino melirik Sakura sinis, "Apalagi lo. Selalu bikin kacau. Heran gue."

Sakura yang mendapat kalimat itu lantas mulai tersulut emosi. Memang benar adanya bahwa dia selalu membuat kencan mereka kacau balau, dan dia memang sengaja melakukan hal itu. Tapi gak usah ngegas juga dong!

Sakura membuka mulutnya guna untuk menjawab ucapan Ino, namun suara Hinata lebih dulu menyahut, "Sasuke aja santai. Kenapa jadi lo yang sewot? Toh juga kalau Sasuke kagak mau juga gak masalah. Kita bisa jalan sendiri."

Hinata menarik tangan Sakura membuat tubuh gadis itu reflek melayang karena tarikan Hinata yang lumayan kencang. Sai dan Naruto pun ikut mengikuti Sakura dan Hinata di belakang.

"Kita duluan, Sas. Ntar gue WA kalau kita udahan." ucap Sai dengan senyum lebar sebelum berlalu bersama sahabatnya.

Entah kenapa saat mendengar jika Sasuke tidak bisa bersama dengan mereka membuat hatinya senang.

Mungkin Sai susah gila jika berpikiran seperti itu. Padahal mereka bersahabat dan selalu bersama dari masih dalam proses pembuahan sel telur hingga sebesar ini.

Sasuke menghela napas berat lalu menatap Ino yang sedang memasang wajah marah. Masih dengan menatap kepergian para sahabatnya. Jika sudah begini, ia tidak bisa berkata apa-apa karena yang menjadi penegak hukumnya adalah Hinata.

Sasuke juga tidak tahu kenapa Ino jadi bertingkah seperti anak kecil.

Lelaki itu menghela napas lagi. Benar-benar merepotkan.

🍅🍒

"Gue gak tahu kenapa Sasuke mau di jodohin sama nenek lampir itu." ujar Naruto sambil mengarahkan shotgun ke layar besar di depannya. Saat zombie-zombie itu muncul dari balik tembok, dia dan Sai menembaknya dengan lihai hingga semua zombie itu mati seketika.

Naruto dan Sai meloncat dengan sorak yang memekakkan telinga. Seperti telah memenangkan ratusan juta dolar di sebuah pertandingan besar. "Yooo...! Para lampir udah mati!" teriak Naruto kencang.

Sakura memutar bola matanya malas, "Sai," lelaki itu menoleh beberapa detik sebelum kembali memainkan permainan itu lagi, "Minta saldo lo dong."

Pasalnya, Sakura dan Hinata sudah menunggu kurang lebih dua puluh menit tapi dua lelaki itu tidak kalah juga.

Hinata mau menunggu Naruto karena dia memang ingin ikut main juga. Ia menunggu permainan mereka kalah dan menggantikan posisi Sai dan bermain dengan kekasihnya.

"Tunggu kita selesai main ya, Sayang."

Sakura meringis jijik mendengar panggilan Sai dan mencubit lengan dengan otot keras lelaki itu. Namun ia mengesampingkan itu karena dirinya sudah tidak sabar untuk main Dance Dance Revolution.

"Kagak mau! Lo berdua kalau udah main ginian se-jam, taik! Sini kartunya." paksa Sakura.

Sakura merogoh saku celana Sai dari saku belakang hingga depan membuat Sai merinding dan tertawa mencak-mencak karena geli.

Namun bukan sepenuhnya hal itu yang membuat Sai merinding, tapi sentuhan Sakura yang seperti sengatan listrik untuk tubuhnya. Padahal hal seperti ini sudah wajar dan biasa karena mereka bersahabat sudah hampir dua puluh tahun dan sentuhan abal-abal ini harusnya tidak membuatnya tegang.

Harusnya.

Dan sekarang, Sai justru merasakan getaran aneh melingkupi hatinya melihat wajah merengut Sakura yang anehnya begitu menggemaskan di matanya.

Sialan! Demi Tuhan, Sai ingin sekali menggigit gadis ini saat ini juga.

"Ayo, Sai."

Bahkan suara cempreng Sakura yang memanggilnya seakan terdengar seperti panggilan manja yang di ucapkan gadis itu. Dan sekarang, suara amukan Sakura bagaikan melodi cinta yang menggetarkan hati dan otaknya.

Sepertinya, Sai mengalami gangguan sindrom kebucinan akut dadakan.

Naruto dan Hinata yang melihat interaksi antara Sai dan Sakura dari sudut matanya mendengus. Lelaki itu bahkan melupakan game-nya. Namun Naruto senang karena ia akan menyelesaikannya dengan kekasihnya.

"Sai! Elah! Tahu ah gelap!"

Sai terkesiap saat ia tak melihat bola mata Sakura lagi. Gadis itu berbalik dan hal itu membuat Sai langsung menahan tangan Sakura. Menggenggamnya.

Sakura berbalik, melihat wajah Sai yang terlihat begitu amat sangat aneh dari biasanya. Apalagi tadi saat dirinya terus-terusan memanggil dan menepuk-nepuk pipi lelaki itu. Namun yang Sakura dapat justru tatapan mata yang membuat dirinya berdegup kencang dan risih.

Sakura bukan tipe gadis yang tidak peka terhadap apapun, apalagi peka terhadap tatapan dan sentuhan yang berbeda dari lawan jenisnya. Sakura tahu jika Sai yang entah sejak kapan mulai memiliki perasaan--yang enggan untuk Sakura sebutkan--pada dirinya.

Dan hal itu entah kenapa justru membuat Sakura takut jika itu beneran terjadi.

"Apaan!?"

"Duh sewot amat, Neng." Sai masih menahan tangan Sakura saat gadis itu mencoba untuk melepaskan tangannya. "Ya udah, iya. Ayo gue anter, sekalian isi saldo juga."

Sakura mengangguk malas dan berjalan lebih dulu setelah melepaskan tangan Sai. Sedangkan Sai mengacak rambutnya sendiri dan membuang napas kasar begitu merasakan penolakan secara terang-terangan dari Sakura.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Creepy Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang