Flash back on
" Kamu tahu dari awal tante memang menyukaimu hanya karna kamu adalah teman Aji. Tidak lebih Nana. Tante harap kamu mau mengerti dan berkenan meninggalkan Aji. Kamu juga tidal perlu menghilang sekaligus dalam sekejap mata dari kehidupan dan pandangan Aji. Atau tidak, nanti Aji akan curiga ada sesuatu yang terjadi jika kamu langsung pergi dan menghilang " tante Diana ibu Aji menjelaskan dengan nada rendah dengan penuh harap dan menggenggam kedua telapak tangan dingin Nana.
" Tante memang menginginkan agar Aji segera menikah dan mengakhiri masa lajang nya dan berkeluarga , tapi tante juga sudah menyiapkan calon untuk Aji dari dulu Nana. Nina adalah calon istri yang sudah disetujui oleh keluarga besar kami dan juga mereka pun juga sebaliknya. Bahkan kami sudah merancang semua ini jauh sebelum Aji bertemu dan mengenal kamu Nana" genggaman tangan Dian kian mengerat. Nana juga tahu jika genggaman erat ini berarti pengharapan yang besar terhadapnya. Meski genggaman itu berarti pengharapan sebuah perpisahan untuknya
"Tante ingin kamu berpisah dengan Aji tolong lepaskan dan hapus hubungan yang sudah kalian jalani ini. Mungkin awalnya sakit sayang, tapi tante yakin selanjutnya tante akan sangat-sangat berterima kasih sama kamu sayang" Sayang. Panggilan yang manis. Bahkan sejak dulu ia berusaha dengan keras agar mendapat pengakuan jika dirinya memiliki sesuatu dengan sang putra tapi bagaimana ia bisa mengucapakan kata itu hanya jika ia memiliki suatu keinginan dari Nana dan itu bahkan sebuah perpisahan. Seperti kopi. Pahit tapi nikmat. Bagaimana bisa menghapus begitu saja semua hubungan kami. Kisah kami bukanlah ditulis diatas kertas biasa yang digores dengan pensil atau pena biasa yang jika ada sesuatu yang ingin kami hapus akan hilang dengan mudahnya dengan tipe x atau penghapus biasa. Sulit.
Kisah kami ditulis diatas kertas takdir.
"Jadi, tante harap kamu bisa mengabulkan keinginan pertama ini. Tante minta pada kamu tolong kepada kamu Nana. Tolong!?. Bisakah tante percaya jika Nana bisa menjadi perempuan yang kuat dan ikhlas demi tante, Ibu dari pria yang kamu cintai Nana?" Apakah akan ada permintaan yang lain dan bisakah aku?.
Nana tetap membisu dan menahan setiap kata dan juga air mata yang siap terucap jika lebih lama lagi Diana tetap disana. Tapi syukurlah. Setelah mengucapakan setiap kata bagai duri tersebut ia lantas berdiri dan beranjak dari kursi cafe La Love dan pergi meninggalkan Nana sendiri sebelum meninggalkan sebuah kecupan diatas puncak kepala gadis itu.
Flash back offAkting hari pertama luar biasa. Aku bahkan masih bisa tersenyum saat mengingat inilah kenangan yang ingin aku buat bersama Aji sebelum akhirnya kami berpisah dan melupakan. Tentu saja tanpa sepengetahuan Aji. Sebuah kenangan manis yang mungkin saja bisa membantuku melewati masa pahit setelah perisahan kami. Jangan bepikir aku wanita yang terlalu ceroboh dengan mengambil keputusan sepihak dengan menerima tawaran tante Diana. Aku bukanlah ratu drama. Tapi semua ini adalah pertimbangan panjang dan tentu saja beberapa alasan yang semakin mendukung semua keputusanku untuk melepaskan Aji.
"Kamu tahu Nana ku sayang?" bisik Aji dekat dengan rungu Nana dengan tangan kekarnya memeluk erat pinggang ramping kekasihnya itu.
"Apa?" Nana mengernyit dan sedikit menolehkan kepalanya menghadap Aji karna merasa geli dengan hembusan hangat nafas sang pria nya. Apakah nanti ia masih bisa menyebutnya sebagai prian nya lagi. Tiba-tiba ia cahaya sendu dan sedih melintasi matanya jika mengingat ini adalah momen indah yang ia buat hanya sebagai pengingat. Sebuah pengingat dimana ia pernah didalam dekapan hangat seorang pria yang membuatnya merasakan indahnya kasih dan cinta.
"Aku Aji Gunawan Sudirja ingin segera bersaksi dihadapan kedua orangtuaku untuk meminta kamu menjadi pelengkap separuh agamaku, menjadi imam untukmu dan kamu menjadi makmum ku bersama anak-anak kita nantinya Nana Andoko binti Andoko Suseto" ucap Aji dengan mantap dan memberikan sebuah kecupan hangat diatas rambut beraroma buah-buahan tersebut.
"Ia aku tahu kita sudah mengucapkan janji setia dihadapan tuhan dan orangtuamu, tapi belum lengkap dengan orangtuaku kan."
Dua insan yang tengah menikmati hangatnya sebuah pelukan masih enggan beranjak meski hujan mulai turun membasahi bumi penghasil emas hitam dan semakin deras.
"Sayang apa kamu sedang menggoda ku ?, sudah mulai lebat hujanya ayo berteduh disana!" Aji menunjuk dengan jari kokohnya kearah sebuah gazebo yang berada ditengah taman. Saat ini mereka memang berkencan ditaman kota Balikpapan.
Hujan. November. Ada dua jenis air yang berbeda turun pada waktu bersamaan dari dua sumber yang berbeda. Satu dari langit yang tinggi dan dua dari mata yang rendah dan hina ini. Seandainya. Jika waktu itu kedua netra indahnya itu tak bertemu juga dengan mata bulatnya bisakah semua luka ini tak perlu ada saja. Bisakah?
"Sayang ada apa ?" Aji. Dari wajah rupawannya tersirat sebuah kekhawatiran terhadap sang kekasih karna air mata yang mulai mengalir deras bersama dengan riuhnya air hujan yang turun juga, membuat dua sepasang suami istri itu kuyup dengan air hujan dan juga air mata milik Nana. Iya, benar. Nana dan Aji sudah menikah. Tapi masih secara siri. Bukannya Aji tak ingin menikahi Nana secara sah dimata hukum negara dan dihadapan dunia termasuk didepan sang ibunda dan eyang nya, orang yang paling menentang keinginannya untuk segera meresmikan Nana menjadi istrinya tapi terhalang dengan restu sang ibunda.
Dan juga sebuah prinsip hidup yang ia pegang dengan erat diiman dan kalbunya untuk menghormati dan meninggikan martabat wanita. Dengan tidak sembarangan menyentuh wanita yang tak halal untuknya. Alhasil, sekali dayung dua pulau terlampaui. Aji mengikat Nana dengan tali pernikahan agar kekasihnya yang sulit sekali menaruh kepercayaan itu tetap berada disisinya sekaligus sebagai sebuah pembuktian sebuah ketulusan cintanya. Bahkan pria gagah nan tampan dan berkulit sawo matang itu membuatkan sebuah dokumen perjanjian untuk melindungi Nana dari dampak pernikhan siri dengannya hingga mereka berdua benar-benar mengesahkan pernikahannya secara legal dimata negara. Salah satu isi dari dokumen perjanjian itu disebutkan Nana berhak mendapatkan 85% dari aset yang dimiliki oleh Aji Gunawan Sudirja jika terjadi sesuatu pada pernikahan siri mereka. Masih ada pembuktian kesungguhan Aji terhadap Nana ia bahkan rela hidup terpisah dengan sang istri selama belum disahkan oleh negara dan ia bahkan belum pernah meminta haknya sebagai suami kepada Nana. Mungkin sudut pandang orang asing Aji adalah pria bodoh yang menyiakan semua kesenangan bersama dengan sang istri. Tapi ia tak perduli. Karena yang terpenting status dihadapan tuhan ia bermesraan dengan Nana secara halal. Dan paling penting Nana nya terikat dengannya dan berada disinya.
Jika bukan karna terhalang restu sang ibunda dan eyangnya ia pasti sudah bebas memiliki Nana luar dan dalam juga tentunya.
" Hei...ada apa?" Aji semakin mengeratkan pelukannya kepada sang kekasih dan terus berupaya membujuk Nana untuk berteduh dari ramainnya rintik hujan yang turun ke bumi.
"Ucapan kamu terlalu manis sayang. Bagaimana bisa aku seberuntung ini memiliki sayangku suamiku sebagai istrimu" Nana juga semakin erat memeluk tubuh Aji dan membenamkan kepalanya didada bidang dan berotot sang suami sedangkan air mata masih mengalir dipipinya yang halus itu.
" Sayang suatu saat nanti jika aku melakukan ataupun mengambil suatu keputusan yang menurut kamu salah maukah kamu suamiku sayang memaafkan istrimu ini ? " Nana selalu menggunakan kata suami dan istri, mungkin suatu saat nanti ia sudah tak berhak lagi menggunakan kata-kata itu lagi. Selagi ia masih bisa mengucapakan kata indah itu, ia akan mengucapkan sebanyak yang ia inginkan dan ia bisa. Ia akan merekam setiap kalimat dan momen romantis yang terucap diantara mereka berdua.
" Nana istriku tercinta apa maksud kalimat pertanyaan mu itu? Kenapa aku merasa kalau istriku ini tengah mengucapkan kalimat perpisahan."
" Suamimu ini akan memaafkan semua kesalahan istriku ini selama kamu tetap berada disisiku. Selamanya." Aji menganggap istrinya tengah melakukan drama menggunakan kata suami istri, jadi ia mengikuti keinginan sang istri.
Bagaimana bisa aku mewujudkan keinginan untuk tetap berada disisimu. Sementara, ibumu seorang yang tuhan pilihkan untukmu menjadi tempat berbakti yang paling utama diantara yang lainnya. Bahkan disebutkan sebanyak 3 kali berturut-turut. Menentang keras hubungan kita. Meski kenyataan bahwa ibu pun tidak mengetahui jika kamu adalah suamiku. Dan ibu hanya tahu jika kita hanya berpacaran biasa. Aku yakin ibumu akan semakin murka kepadaku jika tahu fakta ini. Dan mungkin ibumu juga akan kecewa padamu karna melakukan sesuatu dibelakang punggungnya.
Nana mengambil keputusan hina atas dalih berbakti kepada suaminya dengan mewujudkan keinginan sang mertua. Meski perpisahan sekalipun. Bukannya ia ingin berpisah dari sang suami tapi ada beberapa pemikiran yang ia gunakan sebagai pertimbangan dan tentang sang mertua hanya salah satunya saja.
"Maaf." Nana bergumam pelan dan semakin mengeratkan pelukannya kepada sang suami.
Sementara Aji masih menikmati momen berpelukan romantis dibawah hujan pertama dibulan November tahun ini setelah kemarau panjang tak menganggap serius gumaman istrinya. Angin dingin yang berhembus seperti aliran air yang tenang membuat kedua sepasang mahluk tuhan itu kian saling mengeratkan pelukan mereka.***
Ini adalah tulisan pertama saya. Mohon maklum buat semua typo dan ketidak jelasan cerita. Author juga sangat terbuka terhadap kritik dan saran kalian. Bantu share ya. Leave komen and bintang. InsyaAllah updet rutin selama tidak sibuk bingo.
See you soon.
😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Your HEART for Take Away
RomanceYOUR HEART FOR TAKE AWAY "Tuhan apakah diriku terlalu tamak atau kurangnya rasa syukur ku padamu?" Pertanyaan yang berulang-ulang melintas dalam benakku setiap kegelisahan yang datang menghampiri ku. Rasa takut yang meliputiku kala mengingat ten...