0.5 meet

182 24 0
                                    

May 17th, 2008.


Hampir enam bulan kau tidak bertukar kabar lagi dengan Taehyung, kau sungguh bosan menatap layar handphone yang menampilkan akun sns milikmu. Membuka apa saja yang membuatmu terhibur, sampai kau tidak sadar bahwa besok adalah ujian ke tiga untuk kelas terakhir di sekolah dasar. Kelasmu tahun ini.

Ayahmu bilang, kau bisa pindah ke rumah yang lama kembali, tentu saja dengan semua keluargamu. Hati mu sangat senang. Mengharapkan kembali doa-doa yang sempat tenggelam.

○○○

Ini adalah hari kelima sejak kepindahanmu ke rumah lama pada awal liburan. Kau sedang dirumah Jane sekarang, bersama Allice. Melepas rindu yang selama ini tertahan.

"Jane, Allice, dimana kalian akan melanjutkan sekolah?" Tanyamu.

Jane menghembuskan nafasnya pelan. "Sejujurnya nilaiku terlampau cukup untuk melanjutkan sekolah dipusat kota, tapi entah kenapa identitas keluarga tidak mendukung."

Allice menyetujui penjelasan Jane.

"Apa kau tidak mencoba sekolah di forkwork school saja? Kita bisa satu sekolah lagi!" Jawabmu dengan nada yang tinggi, mencoba menyemangati.

"Tetap tidak bisa. Kau sungguh beruntung, bisa masuk kesana karena ayahmu pernah bekerja juga dipusat kota," ucap Allice, kau menatapnya iba. Berakhir dengan memeluk mereka.

"Ya, Allice benar. Kita akan melanjutkan sekolah yang tidak jauh dari sini."

Dan kau sejujurnya tidak begitu tertarik pada sekolah kota sampai kau mati-matian belajar hingga mendapat rata-rata sembilan dalam ujian akhirmu.
Alasanmu melakukannya adalah, agar kau dapat lebih sering bertemu Taehyung, bisa pulang bersama, seperti apa yang sering kau lakukan bersamanya di tahun-tahun yang lalu.

"Aku lupa memberi tahumu."

Kau melepaskan pelukan kalian. Menatap Jane dengan raut kebingungan.

"Besok kau harus datang diperkumpulan remaja. Ada Taehyung juga disana kalau kau ingin tahu."

"Aku tidak peduli dengannya, sialan." Kau memicingkan mata, menatap Jane sengit, yang nyatanya hanya dibalas kekehan keras yang suaranya mengisi seluruh ruang tamu rumah.

○○○

Pagi sekali, kau terbangun. Teringat beberapa barang yang belum sempat di rapikan sejak kedatanganmu enam hari yang lalu. Tumpukan kardus yang meringkuk di sudut kamar memaksamu menghampirinya. Kau membuka dan memilah-milah barang yang akan tetap kau simpan ataupun kau buang. Atensimu tertuju pada buku harian itu. Buku kecil bersampul hijau tertuliskan huruf L.

Buku itu diberikan Taehyung saat umur enam tahun. Bukan hadiah ulang tahun. Saat itu kau bermain lagi kerumahnya, atensimu terfokus pada buku itu, dan bertanya padanya itu milik siapa.

Katanya, "Aku menemukan ini saat di taman, masih baru. Saat ku lihat ke-sekeliling, tidak ada orang yang tersisa selain aku dan ibuku. Maka dari itu kubawa pulang buku itu."

"Terdengar rumit," timpalmu.

Dia menatap dengan lirikan sayu dan tersenyum.

Terlihat sangat tampan!

"Kau memperhatikan buku itu sedari tadi. Jika kau ingin, bawa pulang saja." Jelasnya. Dia mengambil buku itu dan langsung menjatuhkannya di pangkuanmu.

Oh gila, tingkat kepekaan Taehyung saat kecil memang tak tertandingi.

"Thank you, cutie bro!" Jawabmu, terkekeh memikirkan panggilan barumu untuknya. Menggelikan. Reaksinya seperti biasa, hanya tersenyum.

Sejak saat itu kau menuliskan banyak hal. Tentang teman, patah hati, kalimat semangat.

Mengingatnya, membuat hatimu teriris. Betapa baik Taehyung padamu dulu. Kau terus mencoba untuk mengingat memori-memori silam. Tak akan membiarkannya hilang dimakan waktu dan rasa yang semakin rapuh.

"Sepertinya yang punya buku ini memiliki nama awalan huruf L, Tae."

"Lupakan siapa pemiliknya. Makes the meaning of L is Love."

Kau tersenyum mengingat kalimat itu. Ia selalu tau cara membuatmu terbang dan terhempas dalam satu waktu.

○○○

Hari semakin gelap. Kau mencoba berpenampilan baik. Tidak terlalu berlebihan. Mencoba bersikap netral kepada semua orang yang sejak dulu menjadi tetanggamu. Sekarang pukul tujuh malam dan kau belum menemukan sosok Taehyung diantara mereka.

Mungkin sebentar lagi.

Sampai acara akan mulai, sosoknya tak juga muncul. Kau berusaha bersikap tidak peduli tapi itu justru membuatmu semakin ketara karena semua orang disini justru sedang menanyakan keberadaan Taehyung.

Lima menit kemudian dia datang dan berlari dengan terburu-buru. Keringat bercucuran dilehernya.

Ugh, apa yang otak ini pikirkan. Masa pubertas membuat hormon di tubuh tidak sehat.

Ia lalu meminta maaf pada semua orang di ruangan luas itu. Atensinya sempat tertuju padamu sekilas, tak lama ia mengulas senyum, menatap mu tepat dinetra, lalu mengalihkan pandangan ke seluruh ruang dengan senyum yang masih setia dibibirnya.

Sampai kau bertanya pada dirimu sendiri,



















Sudah yang keberapa kali dirimu jatuh hati padanya.[ ]

[ ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
14 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang