Kamu atau aku yang hilang

199 16 1
                                    

Kakak
Jangan seperti orang yang tidak punya agama.

Jangan menyalahkanku jika sampai hari ini pesan yang dia kirim tak pernah berbalas. Sebab dia melukaiku begitu dalam. Pesan yang dikirim memang sederhana, tetapi tajam. Singkat dan menikam.

Dia tak pernah tahu sulitnya berenang kembali ke permukaan, saat tubuh ini nyaris tenggelam sempurna. Sesak bernapas, ketika seluruh beban seolah menyumbatnya. Beratnya tetap hidup, di tengah keinginan kuat untuk menyudahi semua.

Yang kupikir dekat, nyatanya adalah orang yang mampu membuatku sekarat hanya karena sederet kalimat. Mampu membuatku terlepanting jatuh karena secara langsung berkata bahwa aku tak cukup tangguh. Tersungkur nyaris menyerah hanya karena tuduhan berhati lemah. Dia benar-benar hebat karena menjadi orang terdekat yang justru berpotensi besar membuatku terbunuh.

"Berhenti menertawakanku, bodoh! Atau mau aku hukum?"

Lagi, dia tak mendengar. Tetap tertawa dengan keras, mengejek setiap kemalangan yang kuterima dari makhluk bernama manusia. Berlagak tak mendengar, terus saja membuat kegaduhan mengerikan. Menantang untuk diberi hukuman.

Aku merapat pada dinding dengan permukaan kasar, berharap dia mencicit takut, kemudian lenyap tertelan cahaya temaram. Sayang, suaranya justru kian lantang melontarkan hinaan. Membuatku mau tak mau mengambil putusan. Mengikis jarak, lalu kubenturkan kepala dengan kerasnya.

"Pergi!"

Dia tak memedulikan ancamanku. Lagi, kepala ini kubenturkan, dengan harapan dia akan terlempar atau hancur karena kerasnya. Namun, dia tetap keras kepala meskipun mungkin cairan berwarna merah mulai menenggelamkannya.

"Ayo kita lihat. Kamu ... atau aku yang hilang!"

-TAMAT-

RefleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang