Tangan Jauza melambai dengan semangat kepada Dicha yang baru turun dari mobil Fakhri.
"Daaah... See you Dicha..." ucap Jauza dengan suara cemprengnya.
Dicha membalas lambaian tangan Anna. "Kalian langsung pulang jangan ngelayab udah malem, thank you fakh" ucap Dicha. Fakhri hanya tersenyum dan mengangguk.
Jauza mengangguk. Dicha pun masuk ke dalam dan Fakhri menutup kaca jendela mobilnya sebelum kembali menjalankan mobilnya.
"Heum.." ucap Jauza dan menhela napasnya. Ia mencebik juga mengembungkan pipinya.
"Kenapa?" Tanya Fakhri.
Jauza menggeleng.
"Mas.." ucap Jauza tiba-tiba yang langsung di jawab gelengan oleh fakhri.
"Emang apa?" Tanya jauza galak.
"Kamu masih belum mau pulang" jawab Fakhri tanpa melihat Jauza. Membuat jauza kembali bersandar di kursinya dan semakin mencebik gemas.
Jauza melirik pada Fakhri dengan wajah memelasnya.
"Engga.. besok kamu kuliah pagi""Iya.. tapi mama sama papa ngga pulang hari ini.." rengek Jauza manja
"Kan ada bi naya"
"Bi naya ngga ada.. lagi pulang kampung" ucap Jauza
"Yaudah kamu tidur aja dirumah." Jawab Fakhri dan ia pun membelokan mobilnya. Nampak sekali bahwa fakhri cukup mahir dalam mengemudi.
"Jahat!" Rajuk Jauza dan melempar pandangannya keluar jendela.
Fakhri hanya membiarkan saja, ia tetap pada keputusannya. Tentu saja sebelum Jauza kembali memaksanya.
"Mas aku laper.." ucap Jauza.
Tangan Fakhri mengambil kantung plastik di kursi belakang, ia mengeluarkan roti dan memberikannya pada Jauza.
Jauza yang kesal pun mengambil lalu melemparnya.
"Issh!" Ia kembali membuang pandangannya. Kali ini ia mulai menangis dengan diam. Air matanya jatuh begitu saja. Isakan kecilnya pun mulai terdengar dan mencuri perhatian Fakhri.
"Za.. kalau hari libur juga aku anter kan kamu kemana aja. Besok kamu kuliah jam setengah delapan loh.." ucap Fakhri. Jauza sama sekali mengabaikannya.
Fakhri masih mencoba untuk meluluhkan Jauza. "Za.. Jauza.."
Tetap saja Jauza tidak memperdulikannya.
"Tuh kumat deh kaya anak kecilnya.."
"Emang aku anak kecil" saut Jauza ketus.
Fakhri menggaruk sedikit pelipisnya. Saat seperti ini, ia selalu merasa bimbang.
"Yaudah kita makan dulu abis itu pulang ya..?" Tawar Fakhri
"Ngga usah pulang aja!" Rajuk Jauza.
Dengan penuh kesabaran Fakhri meminggirkan mobilnya. Ia merubah duduknya menghadap Jauza yang masih dalam posisi ngambeknya.
"Heh.." rayu Fakhri
Jauza tetap tak mau menoleh.
"Iya yaudah.. aku minta maaf. Sekarang kamu mau kemana?"
"Aku tuh ngga mau pulang! Takut tau dirumah gede sendirian. Kamu ngga tau sih." Jawab Jauza yang suara isakannya terdengar.
Fakhri menghela napasnya. Ia tak kesal apalagi marah. Sudah terlalu biasa bagi fakhri menghadapi Jauza yang dia kenal sudah hampir sembilan tahun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Macarolove
Roman d'amourMeski nampak bodoh bagi sebagian orang, Namun memimpikan kisah cinta mu semanis drama picisan atau sebiru novel romansa bukanlah suatu dosa. _ J.Z Altha