Jiwa pemuda.

25 4 0
                                    

CERPEN BERTEMA SUMPAH PEMUDA

By: Nooveede

KPNT-2144.

         Aku menghembuskan nafasku kesal, membolak-balikan lembar demi lembar kertas HVS yang penuh dengan tulisan-tulisan yang membuatku pusing seketika walau hanya melihatnya dari kejauhan.

Kusandarkan kepalaku pada sofa kulit yang berada diruang tamu, tatapanku masih tertuju pada kertas HVS yang aku pegang. Kucermati setiap paragraf demi paragraf yang tertera pada kertas, mencoba memahami kata demi kata yang tertera dalam tulisan. Kurasakan sofaku bergerak pelan, aku menyingkap kertas yang menghalangi pandanganku untuk melihat siapa yang duduk disebelahku.

"Kamu lagi baca apa Din? kayaknya serius banget." 

Ternyata itu Ayahku, sosok laki-laki yang sangat aku hormati dan aku sayangi. Aku tersenyum kecut, memperlihatkan rasa lelahku padanya. Aku memang sangat manja jika dengan Ayahku, lain dengan Ibuku yang selalu marah-marah ketika aku melakukan kesalahan walau itu sangat sepele, Ayahku selalu berada digaris depan untuk membelaku dan kemudian menasehatiku sampai aku benar-benar paham.

"Ini nih yah, besok kan tanggal 28 oktober hari sumpah pemuda aku ditugaskan untuk membaca sumpah pemuda itu."

"Kenapa kamu cemberut, harusnya kamu bangga dong ditugaskan untuk membaca sempah pemuda besok." Ayahku tersenyum manis, senyum yang selalu aku rindukan ketika aku jauh darinya.

"Nih liat yah"
Aku menunjukan kertas HVS yang sedang aku pegang kearah ayahku.

"Kata Pak kumis itu aku bukan cuma menghafalnya tapi harus benar-benar mengerti isi yang terkandung didalam sumpah pemuda, makanya aku diberi kertas dengan isi sejarah-sejarah sumpah pemuda."

"Hus! kamu nggak boleh gitu sama guru kamu, namanya Pak Kusuma bukan Pak kumis."  Ayah melotot garang kearahku, aku hanya memberikan cengiran khas seorang Dina pertiwi.

"Iya deh Dina minta maaf soalnya temen-temen Dina panggil Pak Kusuma itu Pak kumis yah Dina jadi ikutan"

"Kamu harusnya mencontoh hal-hal yang baik bukan hal yang buruk. Pemuda pemudi zaman sekarang tidak seperti zaman waktu ayah muda dulu, yang masih berjiwa nasionalisme dan memiliki sopan santun dan tata krama yang baik."

Kulihat Ayah mendongakkan kepalanya keatas, nampaknya ayah sedang mengingat masa muda Ayah yang penuh dengan perjuangan panjang. Aku tertegun, mengingat kelakuan anak zaman sekarang yang kebanyakan anaknya memiliki sifat tidak bermoral, ugal-ugalan, memecah-belahkan bangsanya sendiri, geng motor, tawuran, fanatic yang berlebihan dan masih banyak lagi.

Walaupun indonesia sudah merdeka pada tanggal 17 agustus tetap saja menurutku indonesia tetap tidak merdeka sebab selalu dijajah oleh kelakuan bangsanya sendiri.

Aku kembali membaca teks sumpah pemuda dan mengingatnya diotak kecilku ini.

"Jangan hafalkan, cermati dan pahami baik-baik apa itu sumpah pemuda, sejarahnya, perjuangnnya, nilainya, dan semangat para pemuda yang memperjuangkan bangsa indonesia."

Aku menatap Ayah ragu, aku takut tidak bisa melakukan apa yang diperintahkan ayah.

"Jangan ragu, tumbuhkan sikap nasionalisme dalam hatimu. Yakin pada diri sendiri jangan termakan ucapan orang lain yang dapat melemahkan semangatmu."

Ayah mengusap puncuk rambutku pelan, menyalurkan rasa kehangatan dan kelembutan hati Ayah padaku. Aku mengangguk mantap, tersenyum lebar kearah ayah. Kembali aku baca sejarah-sejarah sumpah pemuda dengan teliti dan akan kusimpan didalam hatiku nilai-nilai pratriotisme yang terkandung dalam Sumpah pemuda dan organisasi pemuda lainnya, seperti Trikoro Dharmo, jong sumateranen bond, jong ambon, jong minahasa dan jong celebes.

Sumpah pemuda telah menjadi jiwa dan semangat yang terus terpatri dalam hati dan sanubari para pemuda. Suatu semangat yang dibangun atas dasar cita-cita yang kemudian dibungkus dengan komitmen.

Terjadinya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 itu sendiri menunjukan bahwa pemuda indonesia memiliki potensi, hak, tanggung jawab, karakter, cita-cita dan aktualisasi diri.

Aku sebagai generasi penerus bangsa harus bisa membanggakan negara kesatuan republik indonesia ini. Dengan semangat dan tekad yang kuat aku siap membacakan sumpah pemuda dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Keesokan hari tanggal 28 oktober 2019, cuaca cerah mengawali pagiku. Nasehat Ayah dan Ibu serta ciuman dan pelukan membuat hariku lebih berwarna, aku merasa ada jiwa baru tumbuh didadaku, mungkinkah jiwa pemuda?

Dari kejauhan kulihat para siswa dan siswi berjejer rapi membentuk barisan, mereka siap melaksanakan upacara bendera yang memperingati hari lahir sumpah pemuda.

Jika dulu para pemuda berjuang berjam-jam, berhari-hari, bahkan bertahun-tahun merumuskan Sumpah pemuda ini demi persatuan bangsa indonesia mereka rela mempertaruhkan segalanya. Maka, jika hanya berdiri berjam-jam dibawah terik matahari melawan sedikit lelah untuk mempertaruhkannya. Aku sanggup! Sangat sanggup.

Setelah sesi pembukaan dan pengibaran sang saka dwi warna, aku dengan lantang membacakan Sumpah pemuda dengan semangat.

"Kami putra putri bangsa Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia.
Kami putra putri bangsa Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
Kami putra putri bangsa Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia."

Upacara berjalan dengan lancar, aku telah membaca sumpah itu, artinya aku telah berjanji untuk itu. Tanah airku, bangsaku, bahasaku yaitu satu indonesia. Jiwaku adalah jiwa pemuda, pemuda generasi penerus bangsa yang akan membanggakan tanah kelahiranku. Indonesia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUMPAH PEMUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang