Part 2

47 3 1
                                    

Cetar bersenandung kecil sambil menyetir mobil sport warna merahnya menuju sekolah. Senyum seperti tak pernah pudar dari bibir Cetar yang dioles lipglos. Ditambah kaca mata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya membuat kadar kecantikan Cetar bertambah.

Tin! Tin!

Cetar membunyikan klakson saat berada di depan pos satpam. Cetar menurunkan sedikit kaca mobilnya, dan melepas kacamatanya.

"Woi pak, udah sarapan belum?" tanya Cetar pada pak Rimbo.

"Alhamdulillah sudah, neng," jawab pak Rimbo.

"Bagus deh, jangan mentang-mentang bapak miskin jadi nggak sarapan ya." Cetar tergelak setelah mengatakannya, lalu menancap gas menuju parkiran. Meninggalkan pak Rimbo yang sakit hati akibat perkataan Cetar.

Cetar touch up terlebih dahulu sebelum turun dari mobil.

"Perfect," ucap Cetar sambil memandangi wajahnya di cermin kecil yang selalu ia simpan di tas untuk memeriksa riasannya.

Cetar membuka pintu mobil, hembusan angin langsung menerpanya, membuat helai-helai rambutnya berterbangan.

Siswa-siswi yang melihat kedatangan Cetar terasa terpana, apalagi kaum Adam. Namun Cetar bersikap biasa saja, seolah hal seperti itu adalah makanannya saban hari.

Satu alis Cetar terangkat dan bibir tersenyum setan saat melihat Gio, mantannya yang entah keberapa sedang berduaan dengan seorang cewek berambut sebahu, berdiri di samping motor matic.

Sepertinya mereka sedang bahagia, terlihat dari wajah keduanya yang terlihat bersemu.

Cetar melangkah mendekati keduanya.

"Hey, Gio," sapa Cetar dengan manja pada Gio. Membuat raut sang gadis yang tadinya bersemu merah menjadi tertekuk sebal.

"Eh, hay Cetar." Gio tersenyum ramah pada Cetar.

"Kenalin, ini Resya," ucap Gio, memperkenalkan cewek yang berada di sebelahnya.

"Pacar kamu?" tanya Cetar.

Wajah Resya langsung bersemu kembali mendengar pertanyaan Cetar. "Iya, baru jadian beberapa menit yang lalu," ucap Resya mendahului Gio, karena Gio tak kunjung menjawab.

Mata Cetar langsung melotot. "Baru ditembak? Di parkiran?" tanya Cetar setengah tak percaya.

Resya mengangguk dengan semangat, sedangkan Gio menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum kikuk.

What the hell. Ditembak di parkiran? Hati Cetar merasa miris sekaligus kasihan pada Resya. iewh, sekali. Masa nyatain perasaan di parkiran? Kalau Cetar yang ditembak, sudah pasti ditolak.

Beberapa detik kemudian wajah Cetar kembali sumringah, senyum palsu tercetak jelas di bibirnya.

"Ummm. Gi, tapi nanti kita jadi makan bareng pas istirahat kan?" tanya Cetar pada Gio. Membuat Resya menatap Gio dengan ganas. Sedangkan Gio dibuat bingung oleh pertanyaan Cetar.

"Makan bareng?" tanya Resya.

Cetar mengangguk, "Iya, kemarin Gio bilang mau ngajak aku makan bareng di kantin, dia yang tlaktir," jawab Cetar.

Gio dibuat pusing tujuh keliling oleh Cetar. Padahal ia tak membuat janji apa-apa dengan Cetar kemarin, tapi kenapa tiba-tiba Cetar menagih janji padanya? Sebenarnya, di lubuk hatinya yang terdalam ia belum bisa melupakan  Cetar, ia masih menginginkan Cetar. Pesona Cetar sangat sayang untuk dilewatkan. Apa Cetar mau membuka hati lagi untuknya?

"Eh, iya jadi," ucap Gio sambil tersenyum senang. Melupakan fakta bahwa ia sudah mempunyai pacar, yaitu Resya.

Kedua tangan Resya mengepal. "Ish, semua cowok itu sama!" Seru Resya dengan nada geram.

"Res, dengerin gue dulu---" belum sempat Gio melanjutkan kalimatnya, Resya mengucapkan kata yang membuat jantung Gio berdetak cepat. "Putus!"

Cetar tertawa dalam hati menyaksikan kejadian itu.

Setelah mengatakan kalimat yang sangat sakral itu, Resya meninggalkan Gio yang mematung dan Cetar yang menatapnya dengan tatapan meremehkan.

"Gak papa lah, yang penting ada Cetar, iya nggak?" tanya Gio, sambil menghadap Cetar.

Cetar mengedikkan bahu, lalu berjalan meninggalkan Gio.

"Eh, Cetar! Tunggu!" Seru Gio sambil berlari mengejar Cetar.

Setelah sejajar dengan Cetar, Gio bertanya, "Nanti jadi kan?"

"Jadi apanya?" Cetar balas bertanya dengan nada ketus, tak menoleh sama sekali pada Gio.

"Jadi makan bareng di kantin," balas Gio, dengan wajah yang berseri-seri.

Cetar tak menjawab, tetap berjalan tak menghiraukan Gio yang ada di sampingnya.

Cetar dan Gio menjadi pusat perhatian. Memang, tiap hari Cetar menjadi pusat perhatian, namun kali ini Cetar tak sendirian, ada cowok di sampingnya.

Banyak siswa yang melihat Cetar dan Gio berjalan bersisian merasa iri, pasalnya Cetar sangat sulit jika diajak kemana-mana bareng. Hanya orang-orang tertentu, contohnya yang punya mobil lamborgini, plus ganteng. Yang membuat mereka heran adalah ini Gio, cowok dengan motor matic jadul, dan wajah pas-pasan. Tapi, yang mereka ketahui, Cetar sangat risih akan keberadaan Gio, raut wajah Cetar yang tak ceria seperti biasanya seolah bisa menggambarkan bagaimana perasaan Cetar sekarang.

"Rangga!" Panggil Cetar pada Rangga yang sedang duduk di bangku depan kelas 12 Ipa 3, sambil memainkan ponsel.

Rangga menoleh ke arah Cetar, lalu tersenyum. Memerlihatkan lesung pipitnya.

Senyum Cetar terukir sambil berjalan ke tempat Rangga duduk, dengan Gio yang membuntuti tentunya. Rangga berdiri sambil menunggu Cetar sampai ke posisinya.

"Hay Rangga, lagi ngapain?" tanya Cetar.

"Hay Cetar, biasa, jadi tukang pijit," balas Rangga, dengan ekspresi jahil.

"Ha? Tukang pijit? Rangga sekarang jadi tukang pijit?" tanya Cetar dengan nada heran yang sangat kentara.

Pertanyaan Cetar membuat Rangga terbahak, ditambah ekspresi bingung Cetar yang sangat lucu, "Iya, sekarang Rangga jadi tukang pijit," ucap Rangga. "Pijit hp!" Rangga terbahak lagi setelah mengatakannya.

"Astagaaa, Cetar kira Rangga beneran jadi tukang pijit," ucap Cetar sambil tersenyum geli.

"Ekhem!" Gio berdehem, membuat Rangga menyadari bahwa Cetar tak datang sendiri tadi.

"Dikacangin nih?" tanya Gio, terdengar menyindir.

"Rangga, mau nganterin Cetar ke kelas nggak?"

Rangga dengan senang hati mengangguk, menyetujui permintaan Cetar. Kesempatan, kapan lagi Cetar memintanya untuk mengantar ke kelas? Rejeki nomplok ini mah.

"Gi, mendingan lo balik aja deh ke kelas," ujar Cetar.

"Nanti jadi nggak?" tanya Gio.

"Jadi ngapain yah?" tanya Cetar dengan tenang. Cetar bertanya seolah kejadian di parkiran tadi, tak pernah terjadi.

"Loh, kok nanya sih? Masa lupa? Katanya nanti kita mau makan bareng di kantin pas istirahat," ucap Gio.

"Kapan kita buat janji begitu?"

"Ayo Ga, anterin Cetar ke kelas." Cetar menarik tangan Rangga, untuk mengikutinya.

Gio terpaku di tempatnya. Sebegitu mudahnya sikap Cetar berubah? Tadi di parkiran Cetar sangat manis seperti gula, ngomongnya aku-kamu, tapi barusan pake lo-gue. Apakah hati hanya untuk bahan mainan oleh Cetar? Nasi sudah menjadi bubur, ia juga sudah terlanjur putus dengan Resya. Pasti Resya sudah benci padanya.

LingkarPenulisIndo_
FairuzKosongdualima

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CetarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang