Fa

5 0 0
                                    

Saya bener-bener pengen rekrut kamu Han!"  Ujar Ellen entah sudah keberapa kalinya.
Hana dan Ellen kini tengah makan malam di restoran hotel, Ellen yang mengajak dan mentraktirnya. Kini kata-kata itu saja yang diulang oleh Ellen sejak 30 menit yang lalu.
"Saya gak bisa" jawab Hana setelah menghembuskan nafasnya sekali lagi.
"Kasih alasan lainnya selain kuliah kamu itu!"
"Satu-satunya alasan yang saya punya ya itu"
"Hana, saya akan gaji kamu berkali-kali lipat!"
"London bukan kota yang murah juga. Lagi pula hanya tinggal satu tahun lagi dan saya akan mendapatkan gelar."
"Bukannya kamu bilang ingin ke luar negeri?"
"Ya, saya memang ingin, tapi kalau harus mengorbankan kuliah, no thanks"
"Haduh, kamu itu rumit ya?"
Hana hanya terkekeh kecil mendengar kesimpulan Ellen begitu saja. Bagi Hana bukan masalah nominal, tapi rasanya Hana masih memiliki hutang kepada keluarganya yang mengharapkan dirinya lulus dari universitas setelah bekerja keras selama hampir 4 tahun ini. Memang secara andil keluarganya tidak banyak dalam perkuliahannya, tapi bagi Hana restu dan harapan mereka akan kehidupan Hana yang lebih baik ketika kuliah merupakan dorongan terbesar baginya untuk tetap berada di jalur ini. Lagi pula ini bukan pertama kalinya Hana ditawarkan pekerjaan ke luar negeri setelah menemani tamunya yang banyak macamnya seperti Ellen ini.
Ellen kemudian mulai menelfon seseorang dan menjauh dari tempat duduk mereka. Hana hanya tersenyum dan mulai menikmati hidangan kembali setelah bosan mendengar bujuk rayu Ellen untuk ikut dengannya. Lebih dari 20 menit Ellen berbicara dengan orang diseberang sana. Bahkan Hana sudah meminta minumnya di ganti. Hana memperhatikan laju jam tangannya yang seakan melambat menanti Ellen selesai. Ketika selesai Ellen duduk kembali dihadapannya dan tersenyum sumringah menatap Hana.
"Kurasa kamu memang beruntung!"
...
Hana baru saja sampai di rumahnya setelah menandatangani kontrak dengan Warned music British. Setelah kuliah Hana harus bergegas ke Kuningan dimana tempat kantor Warned music Indonesia berada. Sendinya seakan mau lepas dari tempatnya. Hana melempar sepatunya asal dan masuk kedalam rumah sembari mengucap salam. Sekantung plastik berisi makanan juga dibawanya.
"Mba pulang!"seru seorang anak laki laki dari ruang keluarga berusia sekitar 8 tahunan. Dia segera mengambil alih kantung yang di bawa Hana ketangannya dan berlari kedalam kembali sembari mengumumkan makanan apa yang ada didalamnya.
"Udah pulang? Gimana?" Tanya wanita paruh baya yang kini usianya sudah menginjak lebih dari setengah abad. Hana tersenyum sembari menganggukkan kepalanya tanda semua baik-baik saja.

Ibunya, perempuan yang memang tak pernah secara gamblang memujinya didepannya namun selalu di elukan namanya untuk disombongkan pada tetangga dan saudaranya. Salah satu sifat yang tidak disuka Hana dari perempuan yang sudah melahirkannya ini.

Hana masuk ke kamarnya dan melepas satu persatu kain yang melekat pada tubuhnya, segera kemudian keluar membawa handuk dan baju ganti ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selepasnya di kamarnya sudah ada ibu dan kakaknya, Ditta.

"Gimana tadi?" Tanya Dita dengan mengebu, sangat khas Dita.
"Ya gak gimana-mana" jawab Hana sekenanya.
"Ih, seriusan.."
"Ya maunya Lo gimana? Gua sih gitu aja, biasa, tanda tangan kelar"
"Fee-nya berapa?"
"Tergantung sama jumlah target gua capai"
"Ih gak mungkin banget, itumah bonus kali"
"Ya gitu, kepo Lo"
"Jadi Lo ngantor mulai kapan?"
"Gak punya kantor gua, gua ambil laptop doangan Senen terus ngerjainnya suka-suka"
Bagi Hana, Dita memang kakaknya, seorang kakak yang juga menjadi temannya. Begitu juga ibunya.

Semenjak jatuhnya perekonomian keluarganya dan umur yang semakin bertambah, Hana sadar, keluarganya hanya punya satu sama lain saat ini. Hal ini menghilangkan sekat satu sama lain dan menurunkan ego masing-masing untuk kepentingan bersama saat ini. Hana memang sayang kepada keluarganya, tapi Hana memang agak tertutup untuk banyak hal. Salah satunya bagaimana dia mendapat pekerjaan ini dan lainnya, banyak yang Hana sembunyikan.

Kedua mata ibunya menatapnya dengan pandangan ingin tahu tapi tak memaksa, seakan tahu bahwa yang ditatap Takkan mengatakan apapun.
Perempuan paling tua di ruangan itu menatap putri keduanya dengan tatapan penasaran, sedih, senang, bangga bercampur. Dalam hatinya menyadari apa yang terjadi hari ini karna usaha keras Hana sendiri, dia senang dan bangga bahkan dadanya hampir meledak karna itu. Tapi dia sadar, Hana yang tertutup juga karenanya, karena dirinya yang selalu menutup mata kepada Hana didepannya.
...

Here sorry I told to you
But it's not enough too
To heal the scar I do
To you in past due

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sonic BlossomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang