Sesuai perjanjian, Lala pun bersiap-siap untuk pertemuannya dengan atasannya itu. Lelaki bernama Asta.
Sedikit nervous mungkin ? Entahlah. Tetapi Lala tetap antusias dengan pertemuannya nanti.."Asikk. Diajakin makan pisang goreng. Hihihi... Kesyukaan bangets lah. Semoga, sesuai yang diharapkan." ujar Lala dalam hati. Ada sedikit ketakutan? Atau lebih tepatnya rasa penasaran. Ya, baru kali ini ia memberanikan diri untuk pergi dengan seorang lelaki yang asing. Ditambah lagi dukungan dari teman-teman barunya yang sudah lebih mengenal atasannya itu, membuat ia yakin bahwa semua akan baik-baik saja.. Semoga
("Gimana, udah siap?")
("Iya udah kak. Aku nunggu di depan asrama apa gimana? Soalnya paketanku... Aku cuma hotspot kak. Wkwk")
("Pesan ojek online aja ke kampus deket situ. Tau kan ? Nanti kk menuju ke sana")
("Pesan aja ke Kampus Bakti")
("Y")
("Kok ga di bales?")
("Kasi tau ya kalo mau berangkat")(Iya iya kak, maaf. Ini lagi dikerumun sama anak-anak. Hehe")
Isi pesan singkatnya berakhir dengan jemputan ojek online yang muncul di depan asrama mereka.
"Jangan lama-lama ya kak. Hati-hati." ujar Mba Yana sedikit khawatir. Maklum, usianya lebih muda darinya.
45 menit kemudian...
"Hmmm.. Lama juga nih bapake." ujar Lala seraya berdiri menunggu di pinggir jalan. Yah begitulah dia, sangat enteng untuk berujar.. Polos iya, suka humor juga iya.
....cklitttt....
"Lama kali lah kak. Lama pake parfum ya?" ujar Lala memecah suasana usai menaiki motor yang cukup tinggi itu.
"Ini... Namanya keren. Tapi, malu juga diliatin banyak orang-orang tadi. Hmm.. Susah pula turunnya nanti. Tinggi euy" batin Lala meratapi nasibnya yang 'beruntung?'
"Wuaah, dingin.." ucap Lala tak sengaja. Iya, memang dingin.
"Eh? Bu-bukan... Kepalaku, kepalaku yang dingin. Ga ada helm" ujar Lala terbata-bata
"Oh? I-iya" jawab lelaki itu juga sedikit canggung.
Gimana ga canggung, lelaki itu hampir menarik tangan Lala untuk membawa ke pinggangnya.
"Hyaaaa! Ngapain sih. Kan malu... Tapi, nyaman sih.." batin Lala.
"Peluk, jangan?" (pertanyaan macam apa ini?)
"Boleh." (eeeeh?)
"Tapi baper jangan yak? Hehehe" ucap Lala mencoba memecah suasana canggung di antara mereka.
"Baper juga ga papa." ujar lelaki itu sambil menunjukkan senyum manisnya. Senyum manis ala-ala bad boynya. Senyum cool dan sangat manis di mata Lala. Mata cipitnya sungguh menawan.
"Omg. Come on La, jangan ngimpi deh. Ga salah denger? What? Baper juga ga papa? Apaan! Bikin deg deg aja.. Ga mungkin ga mungkin... Ehhh???" Batin Lala terpotong karena...
"Ke-kenapa?"
"...." tersenyum. Lelaki itu tersenyum di balik helm balap orange nya. Terlihat oleh Lala. Sangat jelas melalui spion kiri itu.
"Hangat..." ujar Lala dalam hati
Lala pun tersenyum. Hangat. Ia mengeratkan pelukannya.
Iya, lelaki itu memegang tangannya dan membawanya melingkar ke perutnya. Lelaki bernama Asta itu
menarik tangan Lala untuk memeluknya. Canggung? Tidak. Mereka menikmatinya."Lalalalalalaaa.... " teriak Lala di atas motor sambil melambai-lambaikan tangannya. Memalukan? Ya, tapi lelaki itu hanya tertawa kecil melihat tingkah kekanak-kanakannya.
"Aaaaaa" teriak Lala lagi kaget yang langsung spontan memeluk lelaki tersebut. Iya, atasannya, Asta itu spontan menarik gas motornya. Senang melihat perempuan itu tersontak kaget dan langsung kembali dalam posisi mereka sebelumnya.
Dasar anak muda.."Hahahahaa... Bilang-bilang dong kak, kan kaget. Kalo jatuh gimana?" jawab Lala yang sempat kaget namun akhirnya tertawa.
Lelaki itu hanya tersenyum. Entah apa maksud senyumannya. Yang jelas ia sangat wangi dan... Tampan
Ia tak membalas. Hanya semakin menambah kecepatan motornya. Maklum, ia adalah pembalap dulunya sebelum menjadi atasan mereka.
"Mmm. Penginapanku habis malam ini dek. Aku mau booking penginapan..." ujar lelaki itu menggantung
"Maksudnya gimana kak?" jawab Lala yang masih tidak paham
"Emm, kamu mau makan dulu?"
"Aku belum laper juga sih kak..." jawab Lala mulai ragu-ragu dan tampak hati-hati
"Sama kalo begitu, aku juga belum laper laper amat" ujar Asta santai.
"Hmm?" jawab Lala seperti tanda tanya. "Sebaiknya... Hmmm yaa. Ke tempat penginapan dulu , lalu ke tempat makan. Pasti ga papa kan? Kalo makan dulu baru penginapan, nanti bisa bisa... Haaah, Iya-iya, bener. Gitu aja. Biar terhindar dari marabahaya." ujar Lala membatin. Pikirannya mulai ga waras
"Ya udah, ke penginapan aja lah dulu kak. Aku temenin buat bookingnya." jawab Lala. "Orang kaya kayak gini tempat tinggalnya bukan rumah ya? Atau apartemen gitu atau mau tinggal di apartemen trus pindah-pindah? Waow." batin Lala. Seperti ada sesuatu yang janggal. Otaknya yang belum sempurna diakibatkan pengalaman merantau pertama kali hanya menganggap hal ini adalah hal biasa. Walau ada sedikit rasa gelisah...
"Mmm di sini?" batin Lala sembari lelaki itu memberhentikan kendaraannya di dalam parkiran sebuah motel yang sedikit... Tua atau bisa dibilang Klasik?
"Tinggi ya?"
"Iya.. Sakit dah kakiku." jawabnya. Lagi-lagi polos.
Lelaki itu membuka jaketnya dan helm balapnya itu.
Tinggi. Iya, lelaki itu cukup tinggi untuk ukuran Lala. Ia hanya sekitar lengannya. Cukup tinggi dan cukup kurus tapi tetap terlihat proporsional tentunya."Ayo," ujar lelaki itu sambil menaiki tangga menuju motel.
"...."
"Apakah bisa menggunakan atm?"
"...."
"Baiklah. Terima kasih."
Tampak Lala menyibukkan dirinya dengan memperhatikan berbagai bagai hiasan yang ada di dalam lemari tempat tersebut. Samar ia mendengar percakapan pemilik motel dengan lelaki itu.
Perasaannya sedikit kalut. Iya, dia takut."Semoga... Semoga.. Semoga saja tidak..."
"Emm, dek, aku mau narik duit di atm dulu.. " ujarnya terpotong
"Aku ikut." jawab Lala langsung tanpa ditanya.
Sepertinya dia telah berpikir keras untuk mempositifkan pikirannya.
##########
Taraaaa! Hehe, digantung dulu ya reader.
Dicomment sama vote ya kalo bisa.
Sama, ayuk saling invite. Biar semakin nambah temennya.Selamat menanti lanjutannya ya~
Hohoho~
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitle Life
PrzygodoweSebuah cerita antara nonfiksi dan fantasy yang dialami seorang remaja dewasa yang bingung untuk menentukan langkah hidupnya. Apakah meneruskan karirnya sesuai keinginan hatinya ataukah menjadi employe volunteer yang menjadi standar dalam kehidupan k...