5. Wanita kuat ~~~

15 4 0
                                    

Sejalur dengan khalayak manusiawi, aku juga bukan hewan dalam sangkar duri, aku juga ingin sejalan dengan alur dan tema pikirku sendiri, bukan bak pion melaju sesuai tuan seiring sisi.

~~~ Aytya ~~~

  Denting senja berlalu, sejak langit petang Khiya terus merenung, ingin rasa ia kabur dari keluarga yang terlalu arogan ini, tetesan rinai hujan seakan mendukung Khiya menyesapi dingin sepilu hujannya menusuk kulit juga penghayatan hening malam membuat ambisinya semakin beradu. Khiya rasa, ia pantas menjadi manusia yang selayaknya.

"Khiya...sudah sholat isya belum?", tanya Bundanya dari balik pintu.

"Iya Bun, sebentar....", ucap Khiya sembari menjepit gerai rambutnya lalu membukakan pintu.

"Sholat jama'ah yuk!", ajak sang Bunda.

"Ayukk",

  Khiya melaksanakan sholat berjama'ah dengan semua anggota keluarga, meskipun kesan keluarganya berantakan, namun tetap ibadah mereka perkuat.

"Nek....", ucap Khiya setelah menyalami semua anggota keluarga dan kini hanya tinggal menyalami neneknya.

"Mesya...saya ingin berbicara empat mata denganmu", ucap Marlia tak menghiraukan Khiya yang mengulur tangannya.

"Iya nek", jawab Mesya.

"Sabar ya sayang", ucap Meira pada putrinya Khiya.

"Gapapa kok Bun",

"Khiya besok abang anter ya?", ucap Zey mengalihkan pemandangan yang horor.

"Boleh bang, kalo gak ngrepotin", sambil mengulur tangan menyalami Zey.

"Apa sih yang gak buat Khiya tersayang", ucap Zey mengelus puncak kepala Khiya.

"Sudah saya bilang berkali-kali! khiya sudah besar, biarkan dia mandiri", tegas Marlia.

"Nenek ini kenapa sih! Habis sholat saja masih bernada panas", sindir Zey secara spontan.

"Zey! Jaga mulut kamu, tak sopan!", bentak Hendra.

"Ayah juga pemimpin keluarga, tapi masih tercuci otaknya oleh nenek", ucap Zey malah berlalu meninggalkan pekik bentakan Hendra.

"Ajari anak laki-laki mu sopan santun Meira! Jangan sampai seperti anak sial ini!", ucap Marlia angkuh menyorotkan mata keji pada Khiya.

Meira hanya mengangguk, sedangkan Khiya sukses mengalirkan bulir bening dalam pangkuan Mesya.

"Tak usah banyak drama! Anak pembawa sial!", bentak Hendra.

"Sudah nak, buang-buang waktu kamu, lebih baik kita makan malam", ajak Marlia pada Hendra.

"Dan...Mesya jangan lupa ke ruangan saya", timpalnya.

Mesya hanya mengangguk.

Berlalunya Hendra dan Marlia membuat Khiya hati semakin tersayat, tak bernilaikah ia di mata ayah dan neneknya.

"Bun, kenapa sih ayah dan nenek membenci Khiya?", tanyanya pada Bunda.

"Stttss...mereka sayang banget sama Khiya. Buktinya semua kelakuan Khiya selalu diperhatikan sama mereka", ucap Meira berusaha menenangkan hati putrinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be Yourself [UPDATE WEEKLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang