Plan tidak henti hentinya mengusap kesal wajahnya ketika dia terbangun dari tidurnya dan menyadari dia ada ditempat asing.
"Oh shit....". Katanya semakin kesal setelah samar samar mengingat kejadian yang terakhir kali.
Dia saat ini berada ditempat yang tidak dia ketahui dengan pakaian yang tidak dia kenal.
Plan menatap sekelilingnya dan mendapati tidak ada apapun ditempat itu selain kasur hangat yang dia tempati, pendingin ruangan, lemari pendingin yang berisi makanan dan minuman, dan kamar mandi yang lengkap dengan peralatan mandi.
"Tsk!! Aku dan kebodohanku!. Semua usaha dan waktu yang dihabiskan sia sia hanya karna sebatang ganja. Fuck..!!". Plan berkata pelan mengutuki kebodohannya.
Plan berdiri menghadap ke cermin yang ukurannya cukup besar didepannya dan mendapati beberapa memar dibagian tubuhnya dan lehernya.
"Shit! Kenapa leherku selalu jadi korban? Hah.........!. Lalu apa setelah ini?".
Plan berjalan ke arah satu satunya pintu dan mencoba membukanya. "Kabur?". Kata plan dalam hati. Namun sayang, satu satunya pintu terkunci sangat rapat.
Dia berjalan kearah lemari pendingin dan kamar mandi mengecek setiap sudutnya. "Pura pura pingsan?". "Atau sekalian saja pura pura bunuh diri?".
Plan mengusapkan rambutnya kebelakang tanda sedikit frustasi. Dia baru bisa menyusun rencana jika dia tau dimana keberadaannya. Sekarang sudah tanggal berapapun dia tidak tau.
"Well, jika tidak dicoba kita tidak akan tau". Plan membuka lemari pendinginnya dan mengambil satu minuman kaleng dan meminum habis minuman itu. Setelah isinya kosong, dia menginjak injak kaleng itu dengan kakinya hingga rata kemudian kembali mengambil kaleng itu.
Plan mengarahkan tubuhnya ke arah cctv diruangan itu dan menjulurkan lidahnya kearah kamera itu. Kemudian dia mengiris pergelangan tangan kirinya dengan menggunakan sisi kaleng yang meruncing hingga beberapa kali.
Darah mulai keluar dari pergelangan tangannya dan kemudian dia mengulanginya pada tangan kanannya.
Serene berbunyi dilorong tepat didepan kamar plan, pertanda ada sesuatu yang darurat terjadi.
"Serene? Tempat apa ini?".
Plan mendudukan dirinya dikasur dengan gaya elegan dan menunggu siapapun untuk membuka pintu kamarnya.
*klik*
Pintu kamar plan terbuka dan ada 1 wanita dan 2 pria berseragam tentara membuka pintu kamarnya dengan panik. Dengan didahului oleh prajurit pria yang berjaga dipintu dan didekat plan, prajurit wanita itu dengan hati hati dan siaga mendekat kepada plan.
Mereka sempat bertemu pandang kemudian prajurit perempuan itu mengalihkan perhatiannya ke arah kedua pergelangan tangan plan yang sudah menetesakan darah.
Perempuan itu memeriksa status luka plan dan mencoba menghentikan perdarahannya. Beberapa kali dia melirik ke wajah plan yang sedari tadi tajam menatapnya.
*blush*
Wajah prajurit itu memerah setelah sekilas melihat plan tersenyim manis menatapnya.
"Aku tidak papa. Ini hanya luka kecil". Kata plan tanpa ditanya.
"Kita harus pindah ke ruang pemeriksaan. Disana ada obat yang lebih memadahi". Prajurit wanita itu berkata.
"Kau dokter juga? Wow.....". Lagi plan bertanya meskipun tidak ada respon.
"Berdiri dan ikut kami". Akhirnya prajurit itu berbicara pada plan.
Kedua tangan plan dibungkus dengan handuk dan oleh prajurit wanita itu, dia memegang kedua tangan plan dan mengangkatnya lebih tinggi. Kini secara tidak langsung mereka berdua jalan bergandengan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish you were here (End)
FanfictionSeandainya waktu bisa diputar. Aku akan menunjukkan padamu betapa aku menginginkan mu. Aku tidak akan membiarkan mu pergi sendirian Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi padamu. Aku akan berkata, aku sangat mencintaimu.