2019年11月7日
Disinilah aku, digerai chatime untuk memesan segelas minuman berasa dan hangatnya senyumanmu.
---
Perkenalkan aku Park Dhila nama panggilanku Lelee, kalian boleh tertawa tapi memang panggilanku lelee. Sudahlah abaikan.
Aku ingin menceritakan kisahku, sebenarnya biasa tapi luar biasa bagiku. Dimulai ketika aku ke gerai chatime bulan lalu, disanalah dimulai kisah ini, aku bertemu dengannya 'abang chatime' karena tidak kuketahui namanya.
Bagaimana orangnya? hmm, Tinggi, Putih, Tenang, Datar, Tanpa senyuman.
Itulah caraku mendeskripsikannya melihat dari caranya menerima pesanan, sampai tiba waktuku untuk memesan.
"Atas nama siapa?" tanyanya
"Lelee bang" aku menjawab dengan tenang
"Siapa? Lele?" dia bertanya bingung
"Iyaa bang" Lalu kulihat dia mengangguk dan menyebut sekali lagi namaku dengan pelan 'Lele' sambil tersenyum. Dan aku terpana, aku tidak bohong senyuman itu keluar dari wajah datar tadi.
'Ganteng' itulah yang bisa kukatakan dalam hati, lalu aku menghampiri temanku
"Abangnya dari tadi mukanya datar terus, tiba kamu mesan langsung senyum njir" dan aku hanya bisa tersenyum.
Tak lama kemudian namaku dipanggil
"Kak Lelee" Abangnya manggil dengan senyuman itu lagi, aku pun mengambil pesananku dan aku tidak bisa untuk tidak tersenyum.
"Pake plastik kak?" katanya
'Ya Ampun bang, kok ganteng' telat sadarnya
"eh iya bang" Lalu abangnya memasukkan pesananku ke plastik dan aku pun pergi.
Sepanjang jalan temanku bercerita bagaimana perubahan sikap abang chatime tersebut dan itu membuatku salah tingkah, malu bercampur senang. Rupanya bahagia sesederhana itu.
Akhirnya setelah sebulan, aku dan temanku menginjakkan kembali kaki ke gerai chatime, bukan hanya sekedar membeli chatime tapi ingin melihat senyum itu.
Kali ini pesananku diterima oleh kakak-kakak, sedikit kecewa karena abang chatime sedang melayani pesanan orang lain. Kuperhatikan kembali, wajah datar itu, tanpa ekspresi bahkan saat bertanya 'Pakai plastik kak?' pada pelanggan.
Jujur, sedikit sedih karena pesananku dibuat oleh abang yang lain tapi kulihat ditengah pembuatan pesanannya diambil alih. Dan hatiku berdebar, sungguh.
Tak lama dapat kulihat pesananku selesai, dia memperlihatkan namaku ke abang yang tadi membuat minumanku lalu dia menatapku dan dia tersenyum dan aku yang merasa terpanggil auto berdiri mengambil pesanan dan ikut tersenyum.
'Kurasa dia ingat aku' kataku dalam hati, dan semoga begitu.
"Pakai plastik kak?" dia tersenyum, Senyuman itu kembali. Terima kasih Tuhan :"))
"Eh iyaa" aku gugup, dapat kurasakan darah menjalar ke pipiku, tandanya aku malu
"namanya beneran lele kak?" tanya abang yang satunya
"iyaa, lelee" kujawab begitu, masih dengan senyuman abang favoritku bertanya
"Nilanya mana?"
Oke. Oke. Sebentar aku blank, kudu jawab apa Gusti :")
"itu lagi duduk" kutunjuk temanku dan si abang pun tertawa lalu aku pergi dari gerai tersebut.
"Pipiku merah?" aku tanya ke temanku
"Iyaa merah, dasar bucin" lalu kami tertawa, sepanjang jalan aku hanya membahas si abang
Sungguh, jika ada kesempatan aku ingin bertanya
"bang, namanya siapa?"
The End.
Hai, balik lagi nih dengan cerita yang bisa dibilang aku alami sendiri. Semoga suka ya dan
Terima kasih untuk 500 followersnya dan 80k pembaca book complicated
Jangan bosan mampir kesini yaa..
Salam hangat,
Lelee.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Complicated | Bae Jinyoung
FanfictionApa jadinya kalau kau dijodohkan dengan musuh bebuyutanmu (?) Warning!! -cerita dari pemikiran absurd -rumor receh