Kerumunan mahasiswa dari beberapa Jurusan sudah mulai berdatangan sejak pagi.
Mereka berkumpul untuk menyampaikan aspirasi tentang beberapa peraturan baru yang mereka anggap tak benar, dan bukti-bukti tentang korupsi yang dilakukan oleh Rektor kampus mereka.
Mahasiswa dari berbagai jurusan, program studi, saling bersatu mungkin untuk beberapa hari kedepan, sampai nantinya aspirasi mereka di dengar, dan Pak Rektor diberhentikan.
"Woy, Jim, mana yang lain?" Tanya Namjoon, selaku Presiden BEM dari Politeknik Bangtan.
"Masih di kelas." Ucap Jimin, sembari memakai almamater kebesaran kampusnya. "Dosennya pro Rektor, mereka masih nyoba berontak." Tambahnya lagi, yang di jawab anggukan saja dari Namjoon.
"Cuma segini yang ikut demo?" Tanya Jimin, setelah melihat sekeliling, tak begitu banyak mahasiswa dari kampusnya.
"Sebagian udah ada yang di depan gedung Rektorat, sebagian masih gw suruh beli minum. Ini sekalian nunggu anak jurusan Elektro yang belum nongol."
"Bukannya udah pada dikasih ijin sama kepala jurusan masing-masing?" Tanya Jimin, sembari kedua tangannya bertengger pada pinggangnya, santai. Khas sekali dengan preman kampus.
"Iya, cuma—"
"Sorry, Jun, pasukan gw telat." Potong laki-laki tinggi, berambut sedikit gondrong, dengan gaya casual andalannya, yang selalu jadi bahan teriakan dari perempuan Jurusan Akuntansi dan Niaga.
Namjoon dan Jimin menoleh bebarengan, melihat ke belakang, benar saja, sudah banyak mahasiswa Jurusan Elektro baru saja berkumpul.
"Santai, demo dimulai jam 10. Masih bisa ngumpulin pasukan." Jawab Namjoon, sembari merangkul Taehyung, penanggung jawab mahasiswa Jurusan Elektro.
"Lo mau demo, apa rebahan?"
Taehyung cengo. Sedikit bingung dengan pertanyaan Jimin, yang sepertinya menyindir gaya berpakaiannya. "Lo gak tau style, Tet." Jawab Taehyung, dengan cengiran tampannya, sekalian mengejek.
"Tat, Tet, Tat, Tet. Nama gw Jimin, bukan Bantet. Rusuh, lo." Ucap Jimin tak terima.
Taehyung hanya tertawa, sangat menyenangkan mengganggu kawan beda jurusannya ini. "Emang kita mau ngerusuh, kan." Lanjutnya lagi.
"Bodo am—buset, cakepnya itu orang."
Belum juga ucapannya selesai, Jimin sudah mengalihkan pandang ke salah seorang laki-laki yang mungkin akan atau bahkan sudah memikat hatinya sebentar lagi. Benar-benar tipe playboy.
"Siapa?" Tanya Taehyung, sembari ikut arah pandang Jimin.
Taehyung mengangguk-angguk, mengerti. "Ngapain lo ngeliatin Yoongi?" Ucap Taehyung, usil.
Jimin menoleh ke arah Taehyung, sekilas. "Namanya Yoongi?" Tanyanya.
"Lebih jelasnya Min Yoongi, anak dari DPA, lo." Jawab Taehyung santai.
Jimin mendelik ke arah Taehyung. "Yang bener lo, mana mungkin dia anaknya pak Sungchoi." Ucapnya ngegas, dengan mata lebar.
"Emang anaknya."
"Pak Sungchoi itu dosen tergalak, terkiller. Lo yang bener dikit, kek." Jelas Jimin, karena masih tak terima dengan ucapan Taehyung.
"Lo pikir Yoongi gak galak? Dia juga galak, ngalah-ngalahin ibu kos gw." Jawab Taehyung ikut ngegas.
"Gak mungkin, orang manis kayak dia galak. Diliat dari wajahnya aja keliatan kalem, adem. Jangan ngibul lo, Tae." Ucap Jimin, lagi-lagi masih tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demo || MinYoon
FanfictionTerimakasih, Pak Rektor. Berkat anda saya bisa bertemu dengan dia, sang pujaan hati.