Happy Reading
+++
Valerie masih terpaku di tempatnya ketika melihat sosok guru yang kini tersenyum ke arahnya. Gadis itu masih berdiri mematung di depan pintu kelas.
Hal itu membuat El mengernyit bingung di belakangnya. Sebegitu gugupkah gadis itu menghadapi orang baru. Iris kehitamannya menangkap dengan jelas tangan Valerie yang menggenggam erat kenop pintu.
Bukan hanya El yang kebingungan, tapi juga penghuni kelas sepuluh IPA empat yang mulai berbisik mempertanyakan siapakah gadis yang kini berdiri di depan pintu kelas mereka.
"Kamu anak baru itu, kan? Ayo masuk!" panggil Bu Anna dengan ramah.
Valerie belum juga beranjak dari tempatnya. Hingga akhirnya, panggilan El membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Woy! Ngapain masih bengong? Masuk sana! Gue juga mau ke kelas," gerutu El.
Valerie menoleh,"I-iya kak."
Valerie pun mulai masuk perlahan dengan gugup. Sedangkan El langsung beranjak pergi setelah gadis itu masuk ke dalam kelas.
Valerie kini berdiri tepat di depan kelas dengan tangan yang meremas kuat ujung hoodienya. Demi Tuhan, jantungnya bahkan berdegup sangat kencang.
Sekalipun matanya rabun, gadis itu masih bisa menyadari berbagai macam tatapan yang kini terpusat padanya. Ada yang terkagum-kagum melihat kulitnya yang kelewat putih, matanya yang berwarna abu-abu cerah disertai rambut pirang strawberry-nya yang terurai indah berhiaskan boby pins berwarna putih yang menyanggah poni-nya.
Namun ada juga yang menatapnya remeh, mencemooh atau bahkan tidak peduli. Dan itulah yang membuatnya sedikit menunduk gugup.
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan anggota kelas baru. Ayo, silahkan perkenalkan diri kamu."
Bu Anna kini berdiri di samping Valerie dengan tangan yang merangkul kedua pundak gadis itu. Berharap dengan begitu, murid barunya ini akan lebih percaya diri di hadapan anggota kelas lainnya.
Valerie menggulirkan pandangannya ke seluruh anggota kelas. Memang tidak semuanya dapat dijangkau oleh penglihatannya yang rabun. Namun, gadis itu meneguhkan hatinya.
Ini yang diinginkannya bukan? Belajar bersama di ruang kelas. Bertemu banyak orang. Ini keinginannya sendiri dan Valerie harus siap dengan konsekuensinya.
Gadis itu menarik napas lalu mennghembuskannya perlahan, "Nama aku, Aileen Valerie Gavaputri. Kalian bisa manggil aku, Valerie. Salam kenal."
Gadis itu mengakhiri perkenalan dirinya dengan senyum manis yang terukir di bibir mungilnya. Tampak ceria dan tentu saja menyebarkan aura positif di sekitarnya.
"Selamat datamg di kelas ini, Valerie. Nama saya Bu Anna. Saya yang akan menjadi wali kelas kamu setahun ini. Kamu nggak bisa liat dari bangku belakang, kan?" ucap Bu Anna dengan nada pelan di akhir kalimatnya agar tidak menyinggung perasaan murid barunya itu.
'Bu Anna? Tapi kok mirip tante Lusi, yah?' batin Valerie.
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum kikuk. Jujur, dia senang karena ada guru yang mengerti dengan keadaannya. Tapi entah kenapa rasanya agak canggung ketika harus 'diistimewakan' seperti ini.
"Kalau gitu, kamu duduk sama Kenan, yah?"
Valerie mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Bu Anna. Pandangannya terhenti pada seorang cowok yang tampak tampan namun terkesan cuek. Cowok itu duduk di barisan depan yang kini tepat di depannya.
Yah, dia harus duduk tepat di depan papan tulis. Tipe-tipe tempat duduk anak penurut.
Tapi yang membuat Valerie gugup adalah pandangan Kenan yang seolah tidak peduli dengan kehadiran Valerie di depan kelasnya. Cowok itu malah menunjukkan tampang sedingin es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare
RomanceBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!! Truth or dare? Bagi gue, orang jujur udah pasti nekat. Sedangkan orang nekat belum tentu jujur. Karena ada orang yang nekat untuk bohong, tapi nggak ada yang bohong untuk nekat. ~Adelard...