Berteman

2 1 0
                                    

Aza terkejut ketika tangannya tiba - tiba ditarik oleh Irish. Dia hanya menurut ketika Irish mencoba membawanya pergi dari kantin, namun gertakan dari Rose membuat Aza menghempaskan tangan Irish yang menggenggamnya.

"Rose .."  entah dorongan dari mana, Aza mencoba memberanikan diri untuk mendekati Rose

"Diem! Diem disana! Jangan coba deketin gua, sampah!"

"Gue peringatin sekali lagi jangan ada yang berani mungut sampah kaya dia dari gue! Huft huft .. akhh" Rose mulai roboh, tangannya mencoba menahan sesak di dadanya.

Semua siswa yang berada di kantin saat itu menyaksikan perdebatan hebat tersebut. Tak ada yang bersuara, semua bungkam seperti tertimpa oleh bebatuan.

Rose melihat Aza yang melangkah ragu ke arahnya, dia juga melihat gadis yang menyebabkan emosinya meluap - luap seperti tadi. Rose berusaha mencari oksigen, namun nampaknya itu semua sulit ia dapatkan sekarang.

Setelah insiden tersebut, jam pelajaran pun berlangsung kembali. Kelas tampak begitu hening, tak ada yang berniat menegur Aza seperti biasanya. Walau biasanya Aza pun tak mempedulikan teguran mereka.

"Kalian bisa bersikap seperti ini. Jangan berpura pura peduli dan jangan mengasihani" Ucap Aza sembari melepaskan tas di gendongannya.

Ada yang iba ada yang benar benar tak peduli juga. Aza hanya satu dari sekian banyak murid di sekolah ini yang datang ke sekolah untuk belajar, bukan dijadikan bahan pembulyan. Mereka semua tau itu, tapi apa yang bisa mereka lakukan jika Rose sudah menghendaki Aza sebagai mainannya?

Irish benar - benar tak percaya dengan sikap Aza. Dia sepertinya mulai menyerah untuk berteman dengan Aza. Andai Aza tau selama ini Irish diam - diam memperhatikan Aza, bahkan terang - terangan membela Aza dari tekanan dan bulyan Rose.

※●※

Hari minggu seperti biasa Aza akan pergi ke sebuah panti asuhan untuk menjenguk saudara - saudaranya.

"Padahal aku udah janji buat beliin mereka kue. Tapi uang aku gak cukup buat mereka semua" Dompet tipis Aza hanya menyisakan beberapa lembar kertas uang di dalamnya.

Aza pun beranjak dari toko kue tersebut dan pergi mencari makanan kecil lain untuk anak - anak panti.

"Aza!" Yang dipanggil pun menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

"Aza kamu ngapain disini? Mau beli kue?"

"A .. Irish"

"Ayo masuk Za, aku sering beli kue disini jadi aku bakal kasih rekomendasi buat kamu" Irish yang notabenenya adalah gadis dingin dan cuek kini sedikit banyak berbicara dengan Aza.

"Maaf Rish, aku gak .. "

"Jangan buat mereka kecewa gara - gara kamu gak nepatin janji, Za" Irish pun menarik Aza masuk ke dalam toko kue.

※●※

Siapa sangka Irish yang terkadang malas dengan anak kecil kini suka bermain dengan mereka. Aza mengajak Irish untuk mengunjungi rumahnya dulu, sekalian sebagai tanda terima kasih karena Irish telah memberikan banyak kue secara cuma - cuma untuk Aza.

"Ibu kamu baik sekali Rish, terima kasih"

"Sama - sama Za. Ehm jadi kamu dulu tinggal disini?" Irish yang sejak awal sudah penasaran kini semakin penasaran dengan Aza.

"Iya"

"Owh .. dari kecil?"

"Iya"

"Maaf yah"

"Kenapa Rish?"

"Dari tadi aku nanya mulu" Aza pun tersenyum. Ini kali pertama Irish melihat Aza tersenyum, dia begitu senang entah karena apa. Dia benar - benar ingin lebih dekat dengan Aza, dia ingin berteman dengan Aza.

Irish dan Aza menghabiskan hari minggu mereka bersama di panti asuhan. Tanpa terasa Aza mulai luluh dengan Irish.

"Rish, nanti kalo kamu mau pulang ngomong sama aku ya. Seharian ini kamu udah nemenin aku, jadi gak enak kalo kamu bosen disini pengen pulang - pulang tapi gak bilang sama aku"

"Oke Za" Irish paham dia mulai berhasil mendekati Aza, baru kali ini Aza berbicara cukup panjang dengannya.

Anak - anak panti merasa senang dengan kehadiran Aza dan Irish. Mereka bermain bersama hingga sore tiba, benar - benar waktu yang menyenangkan bagi mereka.

"Kak Aza jangan lupa main kesini lagi ya"

"Iya kak, biar disini rame kakak jangan lupa bawa kak Aris juga"

"Irish ca, namanya kak airis bukan aris. Kalian semua harus inget jangan manggil dia kak aris tapi panggil dia kak ..."

"Airissssssssss"

"Iya nanti kakak bakalan sering - sering main kesini sama kak Aza. Jadi tunggu aja ya adek adek"

Mereka berdua pun berpamitan dengan anak anak panti dan juga ibu serta pengurus lainnya.

Di dalam bus mereka berdua duduk bersebelahan. Canggung memang, tapi karena tak tahan dengan kecanggungan itu pun, Irish membuka pembicaraan.

"Besok udah senin, masuk sekolah upacara lagi"

"Iya"

"Za, ngomong - ngomong kamu betah apa duduk sendiri di kelas?"

"Ehmm. Entahlah"

"Duduk sama aku aja gimana? Nanti biar Cahyo aku suruh pindah"

"Gak usah Rish. Duduk sendiri biar lebih konsentrasi belajarnya"

"Owhh gitu yah. Ehm eh Za bentar lagi nyampe halte, aku turun duluan yah. Aku mau ke toko bantuin ibu aku dulu"

"Iya Rish. Hati - hati ya"

Kemudian Irish turun dari bus dan melambaikan tangan ke arah Aza yang berada di dalam bus.

"Makasih ya Rish" ucap Aza di dalam bus

Irish yang tak mengerti dengan apa yang diucapkan Aza hanya tersenyum dan melambaikan tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An AdolesensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang