24: Hidup hanya sekali bukan?

2.6K 172 42
                                    

Foto diatas itu profile picture whatsapp Bisma dengan rambutnya yang cepet banget, udah hampir panjang aja. Ganteng banget kan? 😂

-
-
-

Bisma mengerucutkan bibirnya saat melihat status whatsapp kembarannya. Segera ia melirik ke arah Edgar yang duduk di bangku sambil memainkan ponselnya. Bisma memperhatikan Edgar yang mengenakan seragam rumah sakit yang sama persis seperti yang ia kenakan. Jika saja rambut Bisma sudah sepanjang rambut Edgar kini, mungkin orang lain tidak akan bisa membedakan mana dirinya dan yang mana Edgar.

Bisma yang merebahkan tubuhnya di ranjang rumah sakit segera memiringkan tubuhnya ke arah Edgar. Ia hanya bisa melakukan hal itu, jika dirinya bangkit dari rebahnya, sudah dapat dipastikan ia akan mendapatkan death glare dari kembarannya yang memintanya untuk tetap diam di ranjangnya.

"Lo beneran jadian sama Kak Icha, Bang? Kok bisa sih?" Bisma begitu heran dengan hal yang terjadi begitu tiba-tiba.

Edgar hanya mengangguk singkat sambil tetap sibuk dengan handphonenya.

"Dyna gimana?"

"Ya gak gimana-gimana. Gue kan sama dia emang gak ada apa-apa." Edgar menjawab acuh hingga sukses membuat hati seseorang yang berada di ambang pintu begitu hancur.

"Lo sama Kak Icha bukan settingan kan?"

"Dyn, sini masuk!" Edgar cukup terkejut mendengar Bisma menyapa seseorang yang bahkan memutus telponnya saat Edgar mencoba menghubungi.

"Anjir, emang lo pikir gue selebritis! Lagipula Icha itu baik, selalu ada buat gue, dan gak ninggalin gue gitu aja karena masalah sepele yang sebenernya itu bukan ide gue." mendengar ucapan Edgar, Dyna hanya bisa bungkam sambil menahan kesal.

"Bang, jangan gitu dong!" Bisma sadar betul bahwa ucapan Edgar sengaja untuk menyindir Dyna. Bisma tentu khawatir, ia khawatir Dyna akan kembali marah, sebab ia sudah susah payah membujuk Dyna untuk menemuinya.

"Dyn, sorry ya atas ide konyol gue tempo hari! Gue nyesel banget--"

"Gak apa-apa, gue udah maafin lo kok. Gimana udah mendingan?" Bisma menganggukkan kepalanya dan memunculkan senyum di depan Dyna.

"Ini baju lo gue taro di lemari ya? Bude sebentar lagi dateng. Tadi dia harus ke rumah lo buat beres-beres rumah dulu, jadi gue di suruh kesini duluan." Dyna segera merapikan satu per satu baju Bisma dan menaruhnya di lemari kecil yang ada di ruang rawat Bisma.

"Bang, mau kemana?" Bisma segera angkat suara begitu melihat kembarannya bangkit dari kursi dan mendorong tiang infus yang terhubung pada selang infus yang menancap di punggung tangannya.

"Balik ke kamar, males sama suasana awkward begini! Disini kan udah ada Dyna, jadi gue balik ya. Sebentar lagi pacar gue dateng soalnya." Edgar berlalu tanpa berpamitan dengan Dyna, tentu saat ini Edgar sangat bingung bagaimana harus bersikap. Disatu sisi ia cukup senang mengetahui fakta bahwa Dyna sudah memaafkan Bisma, tapi di sisi lain ia cukup kecewa atas sikap Dyna yang bahkan mengabaikan semua pesan dan telponnya kemarin.

Edgar berjalan gontai menuju ruangannya, tiba-tiba pikiran aneh itu kembali muncul di kepalanya. Apa yang harus ia lakukan di sisa waktunya kini. Haruskah ia terus menerus terbelenggu di tempat ini bersama rasa sakitnya, atau ia perlu melakukan semua hal yang ingin ia lakukan sejak lama di waktunya yang semakin berkurang.

"Woy!" tepukan pada kedua pundaknya sukses membuat Edgar kaget.

"Anjir! Ngagetin gue aja lo, Cha!" ocehan Edgar sukses membuat Karisa mendenguskan nafas kesal.

BAD GARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang