[S2] 7: Mr. Trouble is back!

2.2K 143 22
                                    

- Kalo sayang si kembar, vote dulu ya sebelum baca 🤗 -
.
.
.

Edgar tertegun begitu mendengar semua penjelasan dokter padanya. Ia yang baru saja menjalani pemeriksaan lengkap untuk mengetahui kondisinya, tentu tidak habis pikir. Ia jelas tak menyangka bahwa meski anggota tubuhnya sudah dapat bergerak normal, penyakit itu masih tetap betah bersarang di kepalanya.

"Edgar," panggilan itu sukses membuyarkan pikirannya.

"Jadi bagaimana?" pertanyaan Dokter tentu membuat kedua orang tua Edgar yang mendampinginya menatap pilu ke arah Edgar. Mereka jelas tidak dapat dengan mudah mengambil keputusan dari pilihan yang baru saja dijelaskan dokter.

"Ma.. Pa.. Edgar udah besar, bolehkan Edgar kali ini nentuin pilihan yang akan Edgar jalanin?" pertanyaan itu membuat Desi was was, ia tentu khawatir anaknya akan memilih untuk tidak melakukan satupun pilihan yang disarankan.

Melihat istrinya dengan wajah khawatir, Robert berusaha untuk menenangkan Desi dengan menyentuh pundaknya dan beberapa kali mengusapnya lembut. Ia arahkan tangannya menuju Desi melalui belakang tubuh Edgar, ya kini Edgar duduk persis diantara Papa dan Mamanya.

Helaan nafas kasar itu terdengar sebelum akhirnya Robert angkat suara.

"Apapun pilihanmu, Papa dan Mama akan tetap mendukung. Kami akan selalu ada di samping kamu dan Papa berharap kamu tidak mengambil keputusan yang membuat kamu merasa terpaksa. This is your life and you're right, kamu sudah besar untuk bisa menentukan pilihan hidupmu sendiri." Robert merangkul anak lelakinya sambil berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa keputusannya sudah benar.

"Tapi Pa--"

"Ma, kita sudah sangat lama mengabaikan Edgar. Papa gak ingin semudah itu mengatur kehidupannya setelah apa yang selama ini kita lakukan padanya, Papa yakin anak kita anak yang hebat dan mampu menentukan pilihan terbaik untuk hidupnya. Toh selama ini dia sudah sangat hebat bisa melalui semuanya hingga sejauh ini, bahkan tanpa kita yang seharusnya ada untuknya." ucapan yakin dari sang papa, membuat Edgar mengulas senyum getirnya.

Edgar merasa senang melihat bagaimana perubahan sikap Robert padanya.

"Edgar akan jalanin semuanya, semua pilihan terbaik yang dokter kasih untuk Edgar. Tapi Edgar mohon, izinin Edgar untuk kembali menjalani semua kehidupan Edgar seperti sedia kala. Sebelum semua rasa sakit itu muncul." pintanya hati-hati, ia cemas permintaannya tak akan disetujui oleh Mamanya.

"Tapi apa bisa? Mama hanya khawatir kondisi kamu--"

"Mama sayang kan sama Edgar?" pertanyaan itu membuat Desi dengan cepat menjawab.

"Tentu aja dong, Gar. Demi apapun, Mama sayang banget sama kamu, nak!" Edgar mendapat pelukan tiba-tiba dari Desi. Belaian lembut itu pun bisa ia rasakan di belakang kepalanya saat Desi memeluknya erat.

"Jadi Mama izinin Edgar ya? Edgar cuma mau ngabisin waktu yang Edgar punya bareng kalian dan yang lainnya. Dan banyak juga hal yang mau Edgar lakuin bareng Bisma. Mama juga pasti tau kan gimana kondisi Bisma?"

"Edgar gak mau nambah beban pikiran Bisma dan bikin kondisinya memburuk. Edgar mau Bisma fokus sama pengobatannya tanpa perlu khawatir sama kondisi Edgar. Jadi Edgar mohon--" ucapannya tertahan begitu sang mama menganggukkan kepalanya dalam pelukan, disusul dengan isak tangis yang terdengar memilukan.

Edgar lepas pelukan Desi lalu mempertemukan matanya dengan mata sang mama, "Mama ikhlas kan?" dengan berat hati Desi kembali menganggukkan kepalanya dan berusaha menghentikan tangisnya.

"Edgar janji Ma, Edgar akan berusaha semaksimal mungkin untuk lepas dari semua rasa sakit ini. Karena Edgar gak mau lagi liat tangis Mama yang bikin hati Edgar sakit tiap kali ngeliatnya." Edgar hanya bisa mengungkapkan semuanya dalam hati, lidahnya terasa kelu sesaat setelah melihat mamanya yang berusaha keras meredam tangisnya.

BAD GARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang