Arthur memanaskan motor hitam merah dibalut dengan tulisan stiker 'G2 plus' dan ada tanggal lahirnya dibagian plat motor. Baru saja Arthur membeli motor pertamanya yang dia dapatkan dari hasil kerja kerasnya selama 5 tahun kurang lebih. Dan lucky-nya dia, umur Arthur sudah amat matang untuk mengendarai motor sendiri dan menjadi orang dewasa sesungguhnya. Arthur yang sejak dari tadi melakukan pemanasan tubuh telah selesai. Dia mengeluarkan motor pertamanya dari garasi rumah minimalis berwarna putih biru.
"GEGE, jangan mogok dijalan ya sayang. Nanti pacar kamu telat sekolah. Juga jangan malu maluin pacar kamu saat gombalin cewek lain.." ia mengelus body motornya yang sudah kinclong. Pintu garasi yang terbuat dari besi itu tertutup juga pintu rumah Arthur yang telah terkunci. Arthur meng gaspol penuh motornya. "Wahh, awannya udah mulai mendung. Jangan sampai aku kebasahan duluan sebelum tiba sekolah." Motor hitam merah Arthur terus meng gas, kecepatannya melebih dari siswa yang juga memacu motornya. Seolah mereka sedang berlomba lomba mengadu kecepatan motornya, "Apa sih mau dia? Songong amat punya motor model gua!" batin Arthur. Sedangkan sipengedara disebelahnya tampak santai mendengarkan lagu menggunakan headset ditelinganya. Sejak dari tadi emosi Arthur terus memuncak, namun sayangnya silawan bodoamat. "Bedebah gila, gua dari tadi esmosi. Lah dia enak enakan dengerin lagu." Arthur yang melihat untaian tali putih di luar helm pengendara disebelahnya. Karena muak dengan pengendara disebelahnya, Arthur langsung menyelip jalan sipengendara itu lalu meng klakson panjang. Seketika pengendara itu menoleh kearah sumber suara dan membuka kaca helm. Arthur juga melihat dengan jelas wajah dipengendara. Pengendara itu melambat dan memberi jalan untuk Arthur.
Arthur melaju kencang dijalan kecil selepas ia keluar dari jalan perdesaan Lukaces Barat. Pemandangan pagi yang tidak boleh ketinggalan sebelum sampai disekolah. Pegunungan Asri yang sangat hijau dan dikaki kaki pegunungan terdapat rumah penduduk desa Lukaces Zee. Dan dipinggir jalanan terdapat persawahan subur yang dialiri oleh air pegunungan. Tentram menerpa pagi Arthur, sebuah keniikmatan yang tak pernah dilewatkan. Apalagi bila ada para siswa kelas pertama yang berjalan menuju sekolahnya, "Mana bocil pendek kemaren? Kok belum kelihatan tas mereka?" biasanya para siswa kelas pertama akan bersorak melihat motor baru Arthur yang melintas keren. Rintik hujan mulai membasahi kaca helm Arthur, langsung arthur menambah kecepatannya dan menyela nyelip dengan kendaraan lain. Hujan semakin deras, para ibu ibu sibuk mengangkat jemuran kainnya. Baju rapi Arthur sudah basah kuyup. Dia menepi disebuah tongkrongan anak kelas atas di SLC. Sebuah tongkrongan anak anak nakal yang hanya mencari perhatian guru agar nilainya bagus tetapi dengan cara mengambil hak orang lain. Farhan, salah satu anggota tongkrongan sekaligus kaki tangan Nanda. Nanda, seorang kakak kelas yang pintar mengambil hati orang dan pintar mengalihkan pembicaraan. Kakak kelas yang paling dihormati se-SLC. Siapa yang tidak kenal dengan Nanda,Farhan dan Zoy. Tiga komplotan yang paling pandai berbuat dusta didepan orang. Padahal asli bar bar. Dahulu Zoy adalah sahabat dekat Arthur namun disaat Zoy memutuskan untuk bergabung di tongkrongan aneh itu hubungan mereka merenggang.
Seseorang berbadan tinggi setara dengan Arthur dan memakai hoody hitam memukul pundaknya, "Kalau lo mau gabung, silahkan. Jangan segan segan." Nanda tersenyum lebar kepada Arthur. Ia membalas dengan nada emosi "GAK! Trimakasi tawaran busuk lo!" Arthur membanting jok motornya. Nanda bertindak lagi "Slow bro. Gua tanya baik baik." Arthur berbalik badan dan membentak Nanda "Lo aja yang gak Slow!" Arthur menarik hoody Nanda sehingga lehernya sedikit terangkat. Hujan semakin deras, Arthur terpaksa menunggu beberapa menit lagi agar bajunya tidak basah kuyup "Wah, sepertinya hujan ingin kita berbincang lama." Arthur melihat sinis. Dengan tenang Nanda menjawab "Gua tanya untuk terakhir kalinya. Lo mau gabung?" sambil mengarahkan matanya kesamping. Arthur naik pita, dia semakin memegang erat hoody Nanda "Najis, gua gak mau satu tongkrongan dengan hewan hina seperti kalian!" Nanda menatap lemas. Matanya membara namun ditahan untuk tidak mencari masalah. Dengan keras Nanda menarik balik kerah baju rapi Arthur. "Gua gak sehina yang lo pikirkan!"Nanda menarik paksa dengan sangat emosi kerah baju Arthur. Akan tetapi Arthur melepaskan genggaman baju Nanda. "Kalian hanya bedebah nakal yang bisa manipulasi hidup orang!" Arthur langsung pergi agar tidak mengakibatkan perkelahian dipagi hari. Nanda berbalik badan dan duduk dikursinya semula. Menikmati kopi hangat dimusim hujan.

YOU ARE READING
The villian and supper
Teen FictionKisah mengharukan tentang percintaan antara Arthur dan wanita bersepeda. Memutar masa lalu yang terlupakan juga membuat masa kini menjadi kenyataan. Apa yang akan kalian lakukan jika berada didalam posisi Venelopi yang diperebutkan oleh 4 lelaki te...