Part 3

9 0 0
                                        

Arthur pergi menjauh dari wanita aneh itu. Wanita itu segera mengejar Arthur yang sudah didepan pintu gudang. "Hei tunggu!!" wanita itu menarik tangan panjang Arthur. Arthur berputar sekali menghadap wanita itu. Wanita itu terdorong sampai ketembok gudang. Arthur cemas dan pucat menatap dekat mata wanita aneh itu. Wanita itupun mendorong balik tubuh Arthur. "Maaf." Ucap mereka bersamaan. "Gue, Kansya. Salam kenal." Wanita itu menjulurkan tangannya. Arthur diam. Lalu pergi keluar gudang dengan beribu tawa yang ditahan. Kansya membeku ditempat.  

POV Farhan.

Gw rasa dilemari itu ada orang bersembunyi menghindari gua ataupun Nanda. Dan gw tau persis siapa dia. Tanpa pikir panjang gw menjarak dari segerombolan geng Nanda. Gw putuskan untuk mengawasi gudang sebelum pelaku itu pergi. Namun Qila menghampiri gw pada saat yang tidak tepat. "bodoh!" seru gw kepada diri sendiri. Dengan tingkah laku konyol Qila, pemikiran gw tentang gudang itu ambyar. "Han!!Farhan panda!!" tangannya menari nari seolah sedang ada pensi tari tradisional. Qila mendorong tubuh gw. Kaki gw yang sepenuhnya belum sembuh terasa lebih nyeri dari sebelumnya. "Ma maaf, Han. Gewe kira kaki lo udah utuhan semua." Gw hanya menjawab 'hmm' dan memperbaiki seragam gw yang rusak. Cewek yang ada digudang tadi melintas dihadapan gw juga Qila. Qila malah tersenyum dengan cewek super duper aneh itu. Cewek aneh itu kembali tersenyum kepada Qila tetapi melihat sinis gw. "Apa salah gw?" tanya batin gw. Qila mengajak gw kedalam kelas yang cukup jauh dari gudang. BTW, Qila ini adalah best sister gw walaupun kita tidak ada hubungan darah. Padahal gw lebih tua dari Qila tapi pemikiran Qila lebih tua dari gw yang masih alim. Yah, walaupun banyak gosip yang membicarankan kami sepasang kekasih gila. Dengan kepribadian Qila yang selalu ceria disetiap situasi membuat gw lebih tenang berada didekatnya. Pun juga gw tidak suka dengan Qila. "Han, lo udah makan?" tanya lembut Qila yang membawakan botol minum gw. Gw hanya mengangguk, entah mengapa malas untuk menjawab pertanyaan dari Qila menyerang gw pagi ini. Qila memperbesar langkah kakinya dan menghindari secepatnya. Dia tau apa yang harus dilakukannya disituasi seperti ini. Gw melirik lirik setiap kelas yang gw lewat. Kelas kelas itu sangat berisik akibat tidak ada guru yang mengajar. 4 langkah lagi gw sampai di kelas 11A, tempat dimana bidadari titipan tuhan gw bermungkim. Gw berusaha mencari bidadari imut gw akan tetapi tidak ada batang hidungnya. Dan gw coba sekali lagi untuk mencari, "Bhoo" kejut seorang wanita lebih pendek dari gw yang sedang memakan permen tangkai. Gw mengerutkan kening dan tersenyum lebar.

"Kemana aja selama ini? Jarang banget nyariin Niya." Gerutu sibidadari imut gw. Tampang Niya sih, pas pasan. Tidak cantik melainkan imut dan mempunyai karakter yang sangat unik. Berkulit sawo matang dengan mata sipit dan sedikit pendek, "Wajar, namanya juga cewek pasti lebih pendek dari cowok." Pertama kali gw ketemu Niya itu saat gw belum jadi anggota geng Nanda. Gw masih jadi atlet Volly kesayangan sekolah. Niya mendatangi gw untuk mendaftar menjadi calon makmum nya, eh, anggota Volly. Seketika mata gw melek melihat manisnya Niya. Suaranya yang lucu dan dia sangat pandai bernyanyi. Gw tidak tau persis ini adalah cinta pandangan pertama, karna gw akui gw kenal cinta sejak duduk di SMA dan dikenalkan oleh Nanda brengsek.

"Maaf, kakak lagi sibuk." Gw alihkan perhatian ke arah Frenz, adik angkat Zoy. Frenz terlihat sedang mengganggu anak perempuan yang lagi nonton oppa oppa-nya. "Kak! Bisa temani aku gk hari ini?" tanya Niya sambil mengibaskan tangannya di depan mata gw. Pandang gw teralihkan. Gw jawab asalan "Eh, ya. Kakak kekelas dulu. Bye Niyaa.." gw lambaikan tangan dan dibalas Niya. Kenapa hari ini gw banyak mikirin orang nya?

Gw sampai dikelas. Sumpah!! Kelas gw kayak kapal pecah. Sono sini berantakan. Dan untungnya gw gk sekelas dengan geng Nanda. Sebuah keberuntungan yang langka. "AASTAGAA!!" teriak ketua kelas gw. Dia menepuk dua kali keningnya. Gw duduk rapi di tempat gw dan mengusir anak cowok yang lagi main kartu. Tempat duduk gw memang paling VVIP, sangat dekat dengan AC, paling pojok, dikelilingi anak anak yang pintarnya sejak lahir, bersebelahan dengan cewek super bersih, dan bagusnya tempat duduk gw bisa tidur. Itno, ketua kelas itu mengusir para peyamun nakal yang menggoda anak perempuan kelas gw. Emak emak rempong itu mengutuk ngutuk Itno yang sembrono. Itno kebelakang dan melihat sekilas kenampakan gw. Lalu dia menendang kartu yang dimainkan para anak cowok yang gw usir beberapa detik yang lalu.

"YANG GK DUDUK DITEMPATNYA GW MASUKKAN JURNAL NEGATIV LO PADA dengan keterangan melawan perintah ketua kelas point 20!!" para bandit langsung beranjak duduk ditempatnya dan merapikan buku pelajaran kedua. "Memang harus diancam dulu." Batin gw. Gw melihat bayang Arthur yang mengendap ngendap dibelakang sekolah. Ekspresinya sedang kwatir atau apalah. Gw beranjak dari kursi dan melihat Arthur memanjat jendela kelasnya. "Dasar aneh!" gerutu gw. Pak Oku masuk membawa setumpuk buku matematika yang penuh dengan soal. Dasar otak aneh, bisa bisanya matematika dia jadikan hobinya. Kalau gw jadi pak Oku mendingan gw pergi jadi pegawai perusahaan. Waktunya melancarkan misi. Ketua kelas menyiapkan kelas dan pak Oku menyuruh anak kelas 12.A mengumpulkan pekerjaan rumah yang soalnya membuat orang gila menjadi lebih gila. Lasi menawarkan diri, "Nimbrung, cok?" gw geleng kepala. Dia mengerti dan gw kedepan. Pak Oku kewalahan menghitung jumlah buku yang terkumpul. Para emak emak rempong itu mengerumuni pak Oku yang kata mereka gantengnya mirip personil Be-te-es. Gw akui aja pak Oku itu ganteng tapi pendapat para emak emak itu berlebihan. Gw kabur dari kelas dengan iming iming sakit perut. Ketua kelasnya juga ikutan, kata dia mau ngeroko digudang D. Dia bilang ke sekretaris gw kalau gw sakit diare dan Itno demam. Wajar, ketua kelas gw bar bar memang dari jabang bayinya udah tawuran dengan perut si emak. Ngidam emaknya aneh aneh. gw sedikit akrab dengan emak si Itno karna rumah kami bersebelahan. Kata emaknya si Itno, "bebi Itno pernah ngidam sup kaki badak karena momy lagi jalan jalan kekebun binatang." Wah gilak, itu mah antimaenstrim. Untung aja emaknya pinter gk nurutin keinginan anaknya. Itno menepuk pundak gw. Gw reflek, "Hah?". "Cewek lo nyariin tu!" tunjukk Itno mengarah ke Qila. Gw pikir bidadari syurga tercantik, eh ternyata sinenek lampir. Kejam sih gw bilang Qila lagian siapa suruh dia ganggu kebahagiaan gw. "Han!!" teriak Qila didepan telingan gw. Untung aja gendang telinga gw gk pindah kehidung kalo iya, bisa bisa hidung gw multifungsi. "Apa boncel!?" gw menekak pelan kening Qila.

Qila langsung membalas, "Mau bolos? Ikutan dunkss?!" pupil matanya membesar seperti anime imut yang sering dibaca Zoy. Gw gak bisa terima kalo the best sister gw ikutan jadi bandit. "Mau ngeroko lo, Qil?" tanya gw. Sontak Qila berteriak "YA!". Gilakkk!! Gw gak bakal biarin sahabat gw ngeroko. "Hushh.. gk perlu semangat kalo jadi preman. Gk gak gak ada roko buat lo, beli sendiri!" Qila langsung beranjak pergi. "Oi han, si pasien RSJ beneran pergi beli roko?" pertanyaan Itno terus berputar dikepala gw. Nekat parah, apa yang dipikirkan Qila. Padahal dia anti fakgirl. Tanpa pikir lama gw mencari Qila. Namun terlambat, Qila berada di zona merah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The villian and supperWhere stories live. Discover now