Atu

329 41 5
                                    

Tirai kamarnya melambai tertiup angin saat jendela yang tidak pernah ditutupnya dengan rapat menampakan sinar matahari pagi yang selalu menyilaukan.

Wooseok menggeliat malas di atas ranjang masih terbalut selimut hangat dan enggan untuk beranjak memulai hari.

Dengusan keras terdengar bersamaan dengan ingatan tentang mimpinya semalam yang kembali terlintas. Apa-apaan itu! Wooseok tidak tahu bagaimana bisa ia bermimpi seaneh itu atau ... bukan?

Suara ketukan pintu memaksanya mendudukan diri dengan desisan kesal. "Siapa yang dengan ga tau diri bertamu pagi-pagi begini," gerutunya.

Langkahnya gontai saat kedua kaki kecilnya menapak pada lantai. Suara ketukan tidak kunjung berhenti malah semakin keras dengan intensitas semakin banyak.

"Iya sebentar!" Wooseok berteriak.

Begitu sampai ke sumber suara, pintu flat kecilnya ia tarik kasar. Kedua matanya mengerjap seakan baru mendapatkan kesadarannya secara paksa.

"Pagi, Kak Usok!"

Kang Minhee dengan surai pirang kotornya, melambai seraya tersenyum lebar.

"Minhee?" tanyanya dengan kening mengerut.

Cowok tinggi itu mengangguk lucu. "Iya, ini Mini. Masa kakak lupa, sih."

"Ngapain ke sini pagi-pagi?"

Minhee memiringkan kepala sambil menatap cowok yang lebih tua darinya itu dengan bingung. "Kak Usok, lupa?"

"Hah?" Wooseok masih tidak paham kemana arah pembicaraan adiknya itu.

Rengutan Minhee menjadi respon atas kebingungan Wooseok. "Ih, Kak Usok kok malah cosplay jadi tukang keong."

Tidak merespon ucapan Minhee, Wooseok malah menunjukan kernyitan yang semakin dalam di dahinya, masih tetap belum paham. Terlebih saat pandangannya menangkap dua buah koper besar di belakang tubuh jangkung Minhee.

"Kemarin kan Mini udah bilang," Minhee kembali bersuara saat yakin Wooseok takkan menyahutinya. "Mini udah lulus SMA, udah harus keluar dari panti. Jadi, Mini mau tinggal sama Kak Usok."

Hening. Wooseok masih belum menyadari benar apa yang baru saja Minhee katakan. Hingga saat ia akhirnya benar-benar paham, kedua matanya kembali membesar dengan denyutan pada kening.

Jadi ... itu bukan mimpi!

Wooseok rasanya ingin menangis setelah dikejutkan dua hari berturut-turut oleh adik kecil yang sepertinya telah tumbuh dewasa tanpa ia sadari.

Apa yang harus dilakukannya mengenai Kang Minhee dan ucapannya mengenai 'papa gula' kemarin?

****

Wooseok kini tengah membersihkan diri, mungkin juga bermaksud membersihkan pikirannya. Setelah menarik bocah tinggi imut—Kang Minhee masuk ke dalam flat kecilnya, ia bergegas memasuki kamar untuk bersiap karena pukul 8 nanti ia sudah harus pergi bekerja.

Persetan dengan ucapan Minhee mengenai papa gula! Lagipula harusnya sebutan yang benar bukannya papa manis?

Dari sejak masih tinggal bersama di panti asuhan, Minhee memang sangat dekat dengannya. Anak itu manis sekali walau lambat laun tinggi badannya semakin menjulang melebihi tinggi Wooseok sendiri.

Setelah mengenakan celana jeans hitam yang menempel pas pada kaki kecilnya, ia menarik sebuah kaos lengan panjang berwarna merah maroon dan mengenakannya sambil berjalan keluar kamar.

Minhee masih berada di tempat yang sama seperti perintah Wooseok sebelumnya, duduk manis di atas satu-satunya sofa yang Wooseok punya dengan sebuah televisi yang menyala menayangkan sebuah kartun yang dibintangi spons kuning dan teman-temannya.

Manis Gula - SeungseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang