Iga

188 27 3
                                    

Ia sudah mengira bahwa kedatangan Minhee untuk tinggal bersamanya akan memberikan perubahan yang signifikan pada pengeluarannya minggu ini. Sedangkan gajinya tidaklah seberapa terlebih beberapa hari lagi ia harus membayar biaya sewa kamar flat-nya yang sebenarnya sudah menunggak beberapa bulan, juga tanggal pembayaran uang kuliah yang semakin dekat.

"Kamu ada info part time gak, Chan?" Wooseok kini tengah mengobrol dengan sang sahabat—Choi Byungchan yang mampir ke cafe di tengah jam istirahatnya.

Byungchan menyedot kuat es bubble miliknya hingga mengeluarkan suara yang cukup mengganggu sebelum menyahuti Wooseok, "Usok butuh uang?"

Wooseok mendengus sebal. Sahabatnya yang satu ini memang hobi sekali berbicara secara blak-blakan. "Retoris banget ya pertanyaan kamu."

Melihat respon Wooseok yang tidak bersahabat, pemuda tinggi itu malah terkekeh pelan hingga kedua lesung pipinya tercetak dalam. "Gaji di sini kurang?"

"Perlu banget aku jawab?" Wooseok mendelik kesal karena Byungchan sengaja bersikap menyebalkan. "Aku cuma mau kamu jawab pertanyaanku tadi, apa susahnya sih kok malah nanya muter-muter."

"Iya, iya. Ih, Wooseok jangan ngambek gitu aku gemes." Byungchan meletakan cup es bubble miliknya hanya untuk menarik pipi Wooseok gemas.

"Ya lagian kamu nyebelin banget sih, Chan. Aku lagi serius padahal."

Byungchan kembali tertawa kecil. "Part time ada, sih, kemarin kak Seungwoo yang cerita. Tapi mendingan gak usah, deh."

Wooseok merengut sebal, kenapa Byungchan selalu seperti ini sih. "Ih, kenapa? Kalo ngasih tau tuh jangan setengah-setengah!"

"Jangan deh, buat Usok yang lucu gini kayaknya gak cocok!"

"Gak cocok gimana?"

Byungchan terlihat sedikit berpikir sebelum menjawab, "Jadi, temen kak Seungwoo baru buka bar gitu. Butuh beberapa pegawai tambahan, gak perlu kualifikasi apa-apa juga tapi—"

"Aku mau kok, Chan!" Wooseok menyela dengan antusias.

"Aku yang gak setuju, Seok!"

Wooseok sudah siap membalas ucapan Byungchan, namun belah bibirnya yang sudah terbuka kembali tertutup saat sahabat jangkungnya itu melanjutkan, "Aku gak rela ya, Wooseok-ku yang mungil ini kerja di tempat begitu!"

"Tapi, aku butuh uang, Chan," lirih Wooseok. Ia bukannya tidak tahu bahwa bekerja di tempat seperti itu memerlukan

"Kamu bisa meminjam dariku jika benar-benar butuh."

Wooseok tersenyum tipis. Ia sangat bersyukur karena memiliki teman yang sangat peduli padanya. Namun, "Tidak apa-apa, Chan. Aku pasti bisa ngatasin itu kok."

"Tapi, kamu punya aku. Aku gak keberatan untuk membantu."

"Aku tahu," balas Wooseok. Namun, Byungchan sudah terlalu banyak membantunya dan ia tidak ingin lagi menerima uang dari teman dekatnya itu, karena ia pasti tidak akan membiarkannya mengembalikan.

Byungchan mendengus kesal, seperti ia dapat mengetahui apa yang ada di dalam kepala kecil Wooseok. "Okay, akan kubantu," ucapnya mengalah. "Ntar malem aku temani ngelihat tempatnya."

Kedua bola mata Wooseok yang sempat meredup mendadak berbinar. "Janji?" sahutnya antusias.

"Ya." Byungchan terkekeh pelan. "Namun aku tetap berharap kamu gak perlu kerja di sana."

"Chan!"

"Aku pergi dulu, jam istirahatmu udah habis kayaknya. Hangyul keliatan udah ngelirik ke arah kita beberapa kali," ujarnya sambil terkekeh kecil.

Manis Gula - SeungseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang