"Menyelami sisi kelam manusia? Maka, kau hanya akan menggenggam bayangan."
Hal, yang paling menyebalkan ketika Yoongi berhasil melihat sinar mentari saat ia membuka matanya adalah setumpuk berkas para pasien rumah sakit yang berada diatas meja. Sesi konseling bersama dua pasien hari ini agaknya sedikit membuat Yoongi harus menghadapi mood yang akan mudah berubah.
Yoongi bahkan sudah terlihat sangat- lebih tampan dengan setelan coat lab miliknya. Kaca mata yang bertengger manis, menghiasi wajah menawannya, dengan satu berkas pasien pertamanya yang sudah ia tangani selama dua minggu terakhir ini. Jarinya bahkan mengikuti netranya yang membaca bait demi bait keluhan dari pasiennya. Mengesankan, sih. Lagi pula, siapa yang tidak ingin dekat dengan pria tampan dan manis bernama Yoongi? Bukankah ia sudah masuk dalam daftar paket komplit jika dijadikan suami?
Lantas, tak lama setelahnya, terdengar ketukan pintu yang mengusik ketenangannya. "Masuk,"
Kepala seorang remaja menyembul dari balik pintu bercat putih, tepat di depan ruangan Yoongi. Dengan senyum lebar, beserta deretan gigi putihnya. Berniat menyapa Yoongi, yang hanya ditanggapi dehuman dengan tatapan yang sudah kelewat sinis. Mengerikan, persis ketika Yoongi mendapati Jungkook yang diam-diam mengambil camilan favoritnya- ups! Jungkook lagi!
"Ah, menyebalkan! Inilah, mengapa aku senang sekali memanggilmu dengan panggilan Duty." Pemuda tampan itu bahkan hanya, mengerucut sebal, ketika Yoongi dengan santainya tidak menanggapi guyonannya. "Jadi, berapa jam aku akan berada bersamamu, tuan Duty?" Oh, pasti kalian sangat penasaran, kan, mengapa pemuda tampan itu memanggilnya seperti itu? Konon katanya, ketika mereka pertama kali menyapa, Yoongi itu mempunyai wajah flat, datar, dan menyebalkan. Duty berasal dari plesetan kata datar, agar terlihat keren, begitu katanya.
Dari sudut kaca matanya, Yoongi rasanya sudah enggan sekali untuk menanggapi leluconnya. Lagi pula, mana sudi, Yoongi mau menghabiskan waktu selama berjam-jam dengannya. Itu sama saja dengan menceburkan diri pada waktu yang telah diatur oleh orang asing. Pasti rasanya akan membosankan.
"Sesi konselingmu, akan segera berakhir, jika keluhanmu hari ini dapat terasi olehku. Jadi, jika kau juga ingin segera keluar dari ruangan yang menyesakkan seperti ini, kau harus menceritakan semuanya kepadaku, paham?"
"Ya, apapun yang kau inginkan, tuan Duty. Aku akan menurutinya. Termasuk keluar dari sini dalam kurun waktu tiga puluh menit." Yoongi berdehum, membenarkan letak kaca matanya.
"Jadi, apakah hari ini kau sudah dapat makan sesuai porsi yang telah aku tentukan, Hyunjin?"
Kekehan kecil keluar dari bibir pemuda bermarga Hwang. "Wah! Dokter kira, makan sehari tiga kali itu semenyenangkan kita mengunyah permen cokelat ya? Mama pasti akan memukulku jika aku ketahuan mengambil omelat di atas meja miliknya."
"Jadi?"
"Aku hanya melaksanakan makan siang. Oh, dengan satu gelas lemonade dan dua bungkus roti gandum. Bukankah itu lebih baik, ketimbang minggu lalu yang hanya memakan satu batang cokelat dalam sehari?"
Yoongi mengangguk, tangannya sibuk mencatat hasil konsultasi. Meskipun tak banyak perubahan dari seorang Hwang Hyunjin, sepertinya, memang itu lebih baik dari hasil-hasil sebelumnya.
"Kau, masih menerima perlakuan kasar dari ayahmu?"
"Jika yang kau tanyakan minggu ini, sepertinya, ia tidak menghajarku." Yoongi mengernyitkan dahinya, sedangkan Hyunjin hanya tertawa dengan kaki yang mulai ia lipat. "Ayah sedang berada di luar kota. Jadi, ia tidak bisa menyentuhku, kan?"
Yoongi kembali mencatat jawaban dari Hyunjin. Benar, setidaknya minggu ini Hyunjin tidak harus mendapatkan luka baru pada tubuhnya. Dan itu sedikit membuat Yoongi sedikit bahagia. Kau tahu kan, ketika seseorang menjadikanmu tempat untuk menggantungkan seluruh keluhan, kau juga pasti merasakan penderitaan mereka. Mempunyai kekhawatiran terhadap mereka.
"Baiklah, hari ini, kau terselamatkan karena ayahmu sedang berada di luar kota." Hyunjin mengangguk, "sesi konselingmu berakhir, Hyunjin. Silakan kembali minggu depan."
"Ah, tentu dok! Semoga harimu menyenangkan. Pasienmu yang terakhir ini Yang Jeongin, kan? Kau harus menjaga sikap jika menanganinya." Hyunjin memelankan suaranya, tangannya sedikit mengatup, menutupi bibirnya agar meredam suaranya, lantas melanjutkan ucapannya, "dia sedikit sensitif jika telah menyinggung tentang kondisi mentalnya."
Dan satu catatan terakhir; kehidupan Hyunjin diatur oleh Yoongi. Termasuk pola makan dan juga semua tentang dirinya. Hingga waktu yang mengatakan jika mereka sudah tidak akan saling membutuhkan lagi.
-JINNI-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hej Då
FanfictionKetika melewati bait-bait tinta yang tergores pada lembaran kanvas suci disana, rasanya ia akan tetap menulis sesuatu yang sama. Perihal dari akhir rasa yang menjeratnya. Persis dengan tiap bayangan yang mengitari kepalanya. Ingin bertaruh? Started ...