"Percaya, kan? Setiap yang bernyawa pasti akan meninggalkan dunia?"
Taehyung dan cintanya- Itu, terlalu berlebihan, benar? Mengingat jika Taehyung itu sangat menyebalkan. Kelakuannya yang senang sekali membongkar aib Jungkook di hadapan para wanita sungguh membuat citra seorang Taehyung hancur seketika, jika dihadapkan dengan Jungkook. Adiknya itu pasti akan terpingkal, jika ada salah satu dari kalian menyebutkan Taehyung dan cintanya. Halusinasi!
Nyatanya, terhitung dalam kurun waktu tiga bulan, Taehyung sudah berganti pacar sebanyak lima kali. Ah! Jungkook saja tidak peduli soal sikap Taehyung yang selalu menyia-nyiakan wanitanya. Tetapi, mengapa Taehyung sangat sensitif sekali dengan kehidupan Jungkook yang sudah menyangkut Park Jimin, sih?
Lagi pula, si penindas sialan Kim Mingyu itu tidak akan berhenti memperlakukan Jimin layaknya binatang dan mainan yang pernah ia sentuh.
Jungkook rasanya ingin memukul Taehyung. Lihat saja kelakuan anehnya! Ia membuntuti seorang gadis pindahan di sekolahnya, yang Jungkook tahu, gadis itu bernama Min Hanna. Jungkook akui, jika gadis itu sangat cantik. Tak heran, Taehyung dapat tersenyum sinting hanya karena melihatnya. Menjijikkan. Jika Jungkook boleh memilih, ia tidak akan sudi mempunyai saudara idiot seperti Taehyung. Bahkan, Jungkook sudah mengikuti mereka berdua sejak satu jam yang lalu. Hanya karena penasaran dengan tingkahnya, lagi.
Ia mendengus pasrah, bahkan saat si gadis telah memasuki pekarangan rumahnya, Taehyung tetap menatap punggungnya yang perlahan menghilang. Jungkook hanya merotasikan bola matanya malas, sembari mengambil langkah panjang untuk memukul telak tempurung kepala Taehyung.
"Hoi! Berandal!" Satu pukulan keras mendarat tepat pada belakang kepala Taehyung. Kepalan tangan Jungkook tidak main-main rupanya. Taehyung membelalak, dengan gurat wajah yang menahan sakit dan umpatan. Katakanlah, jika Jungkook termasuk dalam jajaran adik yang tidak tahu diuntung, tetapi, Jungkook berani bersumpah, menjahili Taehyung merupakan suatu kebahagian tersendiri. Sungguh!
"Kau yang berandal, Jungkook! Menyebalkan! Mau apa kau mengikutiku!" Jungkook nyaris tertawa, rupanya, selain tingkah aneh Taehyung, ia juga sudah sedikit melupakan fakta, jika jalan yang diambil memang sepatutnya sama. Mereka tinggal satu rumah, benar? Lantas, dimanakah letak kesalahan Jeon Jungkook yang mengambil arah sama dengan Taehyung?
"Temani aku ke galeri seni, hyung!" Langkahnya terhenti, tangan Jungkook menggenggam lengan Taehyung, matanya berbinar, dengan lengkungan kurva bulan sabit yang menghiasi gurat wajahnya. Lucu. Seberapa bencinya Taehyung kepada Jungkook, ia tetap tidak bisa menolak permintaan adiknya, kan?
"Untuk apa? Kau kan tidak bisa membuat seni. Setahuku, kau hanya bisa makan, tidur, makan, tidur." Jungkook mencebik, tangannya dihempas, dengan kaki yang terhentak. Sebal.
"Ya sudah jika tidak mau! Aku bisa meminta bantuan kepada Yoongi hyung! Tidak butuh bantuan dari seorang pria aneh yang membuntuti gadis sepertimu!"
Jungkook yang seperti itu, memang menyebalkan. Mulutnya benar-benar sulit untuk dicekal. Seenaknya mengatakan orang. Untung, Taehyung tahu persis bagaimana tabiat sang adik. Jika sudah kesal, merajuk, lantas mengutuk orang yang membuatnya kesal. Seperti itu contohnya.
"Oke! Baiklah! Dua tiket masuk galeri!"
***
Mereka berada disana. Ditengah kerumunan pameran seni galeri. Taehyung sedikit menggerutu, sesak sekali rasanya, ketika ia harus menerobos mereka. Sedangkan Jungkook hanya tersenyum kikuk. Irisnya bahkan tidak lepas dari deretan patung yang berjajar rapi.
Satu ruangan kosong tanpa pengunjung menarik atensi Jeon Jungkook. Tangannya ia tautkan dengan Taehyung, menariknya paksa agar menjauh dari kerumunan.
Tidak salah sih, jika satu ruangan kosong tanpa pengunjung itu tidak tertarik. Disana, hanya ada lima lukisan terkenal. The starry night, Guernica, women III, Potrait of Adele bloch dan satu lukisan favorite yang selalu Jungkook kagumi. Momento mori.
Tentu, ia tak pernah melepaskan pandangannya dari lukisan memento mori-nya. Indah, setiap detail yang terlukis disana seakan mempunyai makna tersendiri. Persis dengan hidupnya.
Tengkorak, jam pasir, lilin yang padam, bunga yang layu dan serangga. Ingat? Setiap yang bernyawa akan mati, benar? Menjadi tulang belulang, yang diibaratkan seperti tengkorak. Dan, bunga yang layu, bukankah itu gambaran seperti, pemakamanmu yang akan dijenguk oleh banyak orang? Menunggu yang layu, tergantikan dengan yang baru. Hukum alam tetap akan berjalan dengan semestinya
Jungkook tersenyum getir, ada gelenyar aneh ketika ia menguak satu persatu makna lukisan tersebut.
"Ada apa? Kau ingin mati, setelah ini?" Taehyung menginterupsi, namun, suara kekehan Jungkook menjawab.
"Ya, aku akan mati. Kau, kita dan semua makhluk hidup pasti akan mati. Kenapa? Kau ingin mendoakan diriku agar cepat mati, ya?" Itu hanya, candaan Jungkook kepada Taehyung, namun, mengapa rasanya menyesakkan sekali ketika ia melontarkan setiap kata yang baru saja keluar dari mulutnya?
"Tidak masalah, jika itu maumu. Aku akan mendoakanmu agar cepat pergi dari dunia ini, Jungkook." Benar, Taehyung hanya bercanda. Jungkook tahu persis, nada yang ia keluarkan.
"Tidak perlu, kau hanya cukup mendoakanku saja setelah aku tidak ada di dunia ini, bagaimana?"
Sore itu, ditutup dengan candaan akan kematian. Konyol. Bukankah itu sama halnya dengan mereka yang saling mendoakan agar cepat mati?
Sincerly
-JINNI
KAMU SEDANG MEMBACA
Hej Då
FanfictionKetika melewati bait-bait tinta yang tergores pada lembaran kanvas suci disana, rasanya ia akan tetap menulis sesuatu yang sama. Perihal dari akhir rasa yang menjeratnya. Persis dengan tiap bayangan yang mengitari kepalanya. Ingin bertaruh? Started ...