Kafia kini berbaring di samping Naisya yang terlelap. Kafia sedari tadi melamun memikirkan nasibnya bersama kedua sepupunya. Saat sedang asik melamun ada seseorang yang mengetuk pintu.
"kak! Masih bangun? Ini Dewa!" ucap Dewa sambil mengetuk pintu. Dengan langkah yang gontai, Kafia membukakan pintu untuk Dewa.
"ada apa Wa?" tanya Kafia pada Dewa.
"gua pengen ngobrol, tapi di ruang tv aja oke!" Kafia mengangguk mengiyakan ajakan Dewa.
Kafia berjalan ke arah ruang tv dan duduk di salah saru sofa yang ada. Dewa berdehem dan mulai membuka pembicaraan.
"lo punya uang simpanan?" tanya Dewa yang di jawab anggukan oleh Kafia. "syukur deh! Ini gua juga ada kak! Lumayanlah ada sekitar 500 ribu, buat beli bahan bulanan!" sambung Dewa dan memberikan uang kepada Kafia.
"simpen aja! Uangnya buat beli kebutuhan lo aja!" Dewa menggeleng. "enggak! Ini buat kita aja!" Kafia menghela nafas berat.
"denger ya Dewaku sayang! Kalo duit ini di kasihin ke gua, entar lo mau beli buku buat UN gimana? Susah entar Wa! Mening lo simpen aja, kalo nanti ada keadaan darurat kan bisa pake duit lo!" jelas Kafia.
"emang sih! Tapi, nanti kita makan gimana? Kita nanti ga bisa bayar sekolah lagi! Gimana dong?" tanya Dewa pada Kafia.
"gausah di pikirin! Biar jadi urusan gua aja!" jawab Kafia.
"oke deh! Makasih ya kak! Lo masih mau nampung gua sama Isya, padahal lo udah banyak beban hidup dan gua malah nambah beban hidup lo!" ucap Dewa sambil memeluk Kafia dari samping.
"kalian berdua bukan beban, tapi kalian berdua itu kebahagiaan tau!" balas Kafia dan mencapit hidung Dewa gemas.
"lepas kak! Sakit ih!" Dewa memegangi hidungnya.
"gemes abisnya gua!" ucap Kafia dan tertawa.
Sejenak beban mereka berdua hilang. Mereka berdua melupakan yang membuat hati mereka nyeri. Mereka lupa akan luka yang ada di hati.
"yaudah, gua ke kamar ya! Mau bobo! Dadah!" pamit Dewa yang di angguki Kafia. Dewa melambaikan tangannya dan menutup pintu kamarnya.
"cape sih gua" gumam Kafia sendiri. "yeah, besok sekolah. Kudu bobo!" Kafia pergi ke kamarnya dan mulai tertidur.
🌈🌈🌈
Kafia melamun di saat pelajaran IPA, padahal guru yang mengajar itu terkenal galak. "Kaf! Fokus njir! Ntar bu Wiwit marah!" Rafka menyenggol tangan Kafia. "woy! Njir asik banget ngelamun! Serah dah!" Rafka kembali fokus kepada materi yang di jelaskan oleh bu Wiwit.
"ehm! Kafia Al-Khanza Maurer!" panggil bu Wiwit dengan nada yang sedikit marah. "Kafia Al-Khanza Maurer!" panggil bu Wiwit dengan tegas.
Rafka mengguncang tubuh Kafia pelan membuat Kafia langsung tersadar. "ah iya ada apa?" tannya Kafia dengan linglung.
"tolong jelaskan kembali materi yang ibu samapaikan tadi. Dari awal!" perintah bu Wiwit yang membuat Kafia melongo.
"ke depan ga nih?" bu Wiwit mengangguk. "siip deh!" Kafia maju ke depan kelas dan mulai menjelaskan kembali materi bu Wiwit.
"beres bu!" ucap Kafia lega. "kok bisa gitu ya?" gumam bu Wiwit yang masih bisa di dengar oleh Kafia.
"bisalah! Orang udah belajar!" jawab Kafia dan kembali duduk di bangkunya. Semua yang berada di kelas ternganga lebar. "asli itu Kafia?" tanya Febbi dengan tidak yakin. "iya lah, itu si Fia bego!" jawab Bianca.
"materi sudah beres oke? Sekarang kerjakan latihan halaman 338! Di kumpulkan sekarang! Ibu mau ke kantor dulu sebentar ya?" bu Wiwit lalu pergi menuju kantor yang membuat semua orang heboh.
"ada yang udah beres semua?" tanya Adel. Kafia mengancungkan tangannya. "nih! Salin aja!" mereka semua mengangguk cepat dan mulai menyalin jawaban.
"enak ya! Punya kelas solidaritas tanpa batas!" gumam Oji yang di angguki oleh yang lain.
"udah beres belum?" tanya Kafia.
"dikit lagi Fi!" jawab Rio.
"alhamdulillah, kelar akhirnya!" ucap mereka bersamaan.
Kafia tersenyum dan mengambil handphone yang ada di dalam tasnya. Saat mengecek, ternyata ada banyak panggilan dari nomor yang tidak ia kenali.
"siapa ya?" gumamnya. Kafia berfikir sesaat dan tiba-tiba bi Ijah menelfon.
"halo bi, ada apa ya?"
"............"
"beneran bi?"
"..........."
"yaudah Fia ke sana sekarang oke?"
"............."
"waalaikumsalam"
Kafia menghela nafas berat dan membereskan semua barang-barangnya yang berantakan di atas meja. "mau kemana?" tanya Rafka.
"mau pulang!" jawab Kafia.
"kenapa?" tanya Rafka sekali lagi.
"ada urusan, yaudah gua pamit ya! Tolong ntar bilangin ke bu Yani oke? Gua mau izin ke guru piket dulu!" Kafia melenggang pergi menuju pintu, tapi sebelum itu ia berteriak melengking.
"GUYS! GUA PULANG DULU YA! ADA URUSAN! BYEEE! JANGAN KANGEN, ENTAR MUKA KALIAN BULUK!" semua orang menuntup telinga rapat-rapat.
"najis banget kangen sama lu!" balas Roni jutek.
"maaf ya? Emang ke lo?" tanya Kafia yang membuat Roni terdiam seketika."HIYA SKAK MAT! LEBOK TAH! SI FIA DI AJAK DEBAT MANE MA! NYAHO BAKAL ELEH!" (hiya skak mat! Makan tuh! Si Fia di ajak debat lo ma! Udah tau bakal kalah!) ucap Rio mengejek Roni yang rahangnya suda mengeras.
Semua orang tertawa. "bacot lo semua!" Roni lalu duduk dengan wajah yang menahan marah.
"yaudah gua balik dulu ya! Dahh!" Kafia akhirnya melenggang pergi menuju guru piket dan sampailah dirinya di depan rumah peninggaln oma dan opanya.
Betapa terkejutnya Kafia melihat banyak mobil yang berderet di rumahnya dan ada beberapa mobil polisi juga.
Saat masuk Kafia merasa heran dengan rumahnya. Betapa terkejutnya Kafia saat melihat banyak orang yang sedang berbincang dan menatap Kafia remeh.
Vomentnya oke?
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Girl (hiatus sementara)
Teen FictionINI MURNI HASIL IMAJINASI SAYA SENDIRI!!! PELAGIAT DI HARAP MUNDUR!! WARNING!!! (JANGAN BACA INI, JIKA TIDAK INGIN SAKIT HATI BERKEPANJANGAN! DAN JANGAN BACA CERITA INI JIKA TIDAK INGIN SAKIT PERUT!) Ini bukan kisah cool boy atau girl. Ini kisah K...