Bagian 3 (Menghancurkan tuk Bangkit)

8 1 1
                                    

Dibelakangku tiba tiba datang orang bernama Geraldi, Geraldi Sefriandi. Ya anak bermarga Sefriandi, dialah anak yang kaya disini. Dan dialah sainganku. Dia sainganku dalam mendapatkan Adira Sabila. Anak berparas tampan, tinggi, badannya kekar dan pastinya, dia kaya. Bagaimana tidak sekolah dia membawa motor ninja atau apa itulah, hpnya selalu hp terbaru, laptopnya pun ada banyak bahkan laptop seharga mobil pun dia miliki. Dan pada intinya semua yang ada di kehidupannya pasti selalu tentang kemewahan. Entah apa yang membuat orang sekaya dia ingin mengikuti organisasi dimana isinya hanya bersenang senang, berkotor kotoran, dan jauh dari kemewahan. Ya itu sudah pasti, dia hanya mengejar Bila saja. Sudah jelas dia hanya mengejar bila, hal tersebut terlihat dengan sangat jelas dari bagaimana dia mengikuti semua acara ini, dia hanya mau ikut kegiatan saat ada bila saja, dasar laki laki sampah, baru kali inilah aku melihat laki laki dengan sifat se pengecut dia.

Dia pun langsung bertanya kepadaku. "aldo, lu ngapain disini, jangan ganggu adira ku". Wah sombong amat nih aak, aku juga ganteng tau, ga hanya kamu. "apaan adiraku adiraku, jijik lu, kalua ini adira lu kenapa tadi waktu dia pingsan lu kaga ada", " wah lu ini memang minta dikasih pelajaran". "kalua lu berani jangan disini, biarin bila tidur, kasihan", "oke"

Nekat sekali, badanku se kecil ini, dia bsar seperti itu pasti aku akan di habisi sehabis habisnya nih. Tapi mau bagaimana lagi, sebagai seorang laki laki aku harus mempertahankan kehormatanku. Dan benar saja sesampainya di tanah lapang, dia langsung saja menonjokku, dan gigiku yang hampir saja lepas dari gusiku. Aku pun tak terima langsung ku ambil langkah untuk menjatuhkannya ke tanah, ya pagi itu habis hujan. Dan jelas tanahnya pasti akan basah, bahkan ada genangan air disana, dan setelah jatuh langsung saja ku injak kepala si laki laki laknat itu. Dan langsung ku teriaki di telinganya. "JANGAN GANGGU BILA LAGI!!"

Langsung saja dia balik membantingku dan aku pun ikut jatuh ke tanah, semua pakaianku basah. Dan tak lama kemudian datanglah senior kami memerintahkan kami untk berhenti, dan sudah jelas kami akan mendapat hukuman itu. Ya sudahlah, hari kedua ini akan ku lalui dengan penuh hukuman. Dan sayangnya hari itu adalah tanggal 24 Desember. Dan sudah jelas itu adalah musim penghujan. Meskipun kami ditengah huan, kami mendirikan tenda di tempat minim vegetasi atau tumbuhan. Dan pada malam itu kami diterpa hujan badai yang cukup mencekam. Dan kami tidak di perbolehkan mengungsi ke tenda evakuasi. Ya memang tendaku hampir hancur, tetapi aku lebih khawatir kepada bila di tendanya. Dikondisinya yang saat ini sangat tidak menguntungkan dan terjadi badai sederas ini. Semoga saja badainya akan berhenti. Semoga bila baik baik saja.

Dalam waktu satu jam hujan reda. Semua logistic atau perlengkapan kami basah, mulai dari kebutuhan kelompok sampai kebutuhan pribadi. Malam itu juga kami bergotong royong membersihkan kekacauan yang terjadi. Jika tidak malam itu besok pasti kami akan mati kelaparan. Dan keesokan harinya kami pun pergi ke hutan untuk mencari bahan makanan karena semua makanan kami sudah habis semalam dilalap oleh H2O semalam. Dan untungnya kali ini aku diperintah senior untuk pergi bersama bila, siapa yang tidak Bahagia ketika mendapat tugas dengan orang yang sangat kau cintai. Di hutan pun kam mengumpulkan semua yang bisa dimakan seperti daun daunan, tanaman liar yang tidak beracun, dan lain lain. Setelah selesai kami diperintah kembali ke tenda. Dan setelah itupun adalah saatnya memasak. Benar saja, makanan kami tak memiliki rasa apapun, kami sama sekali tidak menambahi bumbu kedalamnya, bahkan se cuil garam pun tidak ada. Ya sudah lah yang penting hari ini kami pulang. Tanggal 25 Desember tepat pada pukul 13.00 kami tiba disekolahan kami tercinta, dan pada pukul 13.20 aku pun dijemput oleh kedua orang paling menyebalkan dalam kehidupanku. Ya mereka adalah ayah dan ibu, ayah yang "katanya" menafkahi keluarga kami dan ibu yang "katanya" melahirkan dan membesarkan ku sejak masih bayi. Padahal dalam kenyataan nya dari kecil kakek nenekku lah yang merawatku meskipun aku tau ada kejadian seperti perang dunia sebelum masa kelahiranku. Tapi mau bagaimana lagi, daripada aku dikutuk menjadi batu. Aku pun bercerita bagaimana aku dididik disana. Sayangnya aku melupakan satu hal penting selama perjalanan ini. Aku lupa bila mana keluargaku membenci organisasiku ini. Ayahku hanya menganggap organisasi yang ku ikui ini membuang waktu, hanya untuk orang kurang kerjaannya, dan bahkan ia mengatakan bahwa kegiatanku ini useless atau tak berguna. Padahal dalam faktanya hal hal yang kulakukan lebih bermanfaat bagiku dan orang lain. Tidak seperti yang dilakukannya.

Kami tiba disebuah restoran mewah milik seseorang bernama A Liong. A Liong ini katanya teman ayah semenjak masih dalam kandungan, katanya sih. Kami pun membeli makanan yang ada disana. Dan saat itu aku baru bisa membuka telefon genggamku dan membuka group. Disana aku menemukan bahwa ada 600 lebih foto ditambahkan. Gila apa ini, cepat sekali. Akupun mencari satu per satu foto bila dalam album di group tersebut. Dan akhirnya aku menemuannya, ya salah satu potret dimana dia sedang membenarkan topinya, menganakan baju berwarna coklat, dengan rok coklat serta jaket kulit hitam. Parasnya yang anggun nan menawan, lirikannya yang elok bagai penari kecak bali. Tidak mungkin bila ada yang tidak jatuh cinta padanya pada pandangan yang pertama. Berkat penemuan foto itu pun aku langsung saja mengirimkan pesan ke line-nya. Bodohnya aku, aku lupa kalua aku tidak punya ­line-nya. Disini lah jiwa-jiwa detektif ku muncul, aku langsung saja membuka anggota yang berada di group itu, sayangnya ternyata dia belum dimasukkan kedalam group itu. Dan aku pun ingat dengan seseorang yang sangat dekat dengannya. Namanya adalah Ratu Dharmawati. Ya anak kelas Ipa yang sangat baik kepada siapapun, tak memandang kaya atau miskin, tampan atau jelek, bahkan ia tak memandang laki-laki, perempuan, maupun campuran keduanya. Aku biasa memanggilnya wati, dialah seseorang yang pertama kali memanggilku "beb" dalam obrolan group line kami. Ya sedikit senang sih. Aku langsung saja to the point meminta ID Line bila kepadanya

"Eh ti, gua minta linenya si bila dong"

"Apaan coba, lu naksir sama bila ya, hayo ngaku deh"

"Kaga, cepetan dah gua ada bawa barangnya dia nih

"okelah, nih"

"MAKASIH WATIKU" jawabku karena terlalu senang dapat mengirim pesan ke bila.

Langsung saja pada hari itu juga pukul 15.02

Sekarang nan EsokWhere stories live. Discover now