Ujian akhir semesterpun tiba, Loisa mematut penampilannya didepan cermin besar.
"Aku pasti bisa. Semangat!" katanya sembari tersenyum cantik manatap pantulan wajahnya dicermin.
Setelah sarapan ia menyiapkan semua keperluannya, saat akan melangkah keluar pintu utama apatemen ia berbalik menatap kamar yang sudah seminggu lebih ini tak berpenghuni.
"Om dimana? Aku merindukanmu. sangat," lirih Loisa.
Setiap terlelap ia akan memimpikan kehadiran om Brian disisinya. Apakah pria itu benar-benar tak ingin bertemu dengannya lagi sebelum ia kembali ke Indonesia. Loisa pernah berencana mencari ketempat kerja pria itu, namun ia baru sadar jika ia tak mengetahui apapun tentang Brian selain namanya dan ia adalah paman Evan. Sunggu sial.
******
"Bagaimana tadi ujianmu?"tanya Viona yang sedang merapikan riasannya. Loisa mengangkat bahu cuek sibuk mencuci tangan. Mereka sedang berada ditoilet kampus setelah ujian berakhir."Biasa saja. Bagaiman denganmu?"
"Luar biasa, miss Ayumi sangat bersemangat membuat mahasiswanya K.O," jawab Viona kesal. Loisa terkekeh sambil mengeringkan tangannya.
"Itu bagus. Berarti dia melakukan pekerjaannya dengan baik," Viona memukul lengan Loisa agak keras.
Plak...
"Aau, kau sangat kasar," Viona memutar mata malas melihat reaksi sahabatnya yang berlebihan. Namun melihatnya seperti ini membuat Viona bersyukur setidaknya ia sudah tak seperti beberapa minggu lalu.
"Apa ia belum ada kabar apapun?" Viona bertanya lembut, Loisa yang mendengarnya tersenyum sedih lalu menggeleng. Ia mempercepat aktivitas membenarkan riasannya lalu melenggang meninggalkan toilat wanita, Viona yang ditinggalkan begitu saja menjerit mengutuk gadis yang adalah sahabatnya sendiri.
"Kau sangat jahat," Mengerucutkan bibir protes ke arah Loisa yang berjalan tepat disampingnya. Loisa hanya meliriknya acuh. Mereka menuju kantin untuk mengisi perut lapar mereka setelah melewati ujian yang menurut Loisa biasa saja tapi tidak dengan gadis cantik disampingnya.
*********
"Dad, aku akan pulang minggu depan tepat setelah ujian,""Benarkah? Daddy akan menjemputmu nanti," jawab David Swan senang. Pria tampan yang diusianya tak muda lagi itu tersenyum kecil. Putri kecilnya yang sedang menlanjutkan pendidikan dinegri orang akhirnya kembali.
"Yes daddy. Kau memang harus menjemputku." Kekeh Loisa lembut. David tak berhenti tersenyum, ia sangat sayang pada putrinya ini. Setelah kematian istri tercinta, Loisa menjadi gadis tertutup dan pendiam yang saat itu masih berusia 11 tahun. Namun lambat laun putrinya mulai sedikit terbuka setelah kenjungan dari keluarga Wjiaya.
Loisa berteman baik dengan putra keluarga Wijaya bernama Evan. Sifat manja Loisa dan sifat dewasa Evan menjadi keunikan tersendiri dalam hubungan anak-anak itu. David tersenyum saat mengingat masa lalu. Ia berharap Evan bisa menjaga Loisa sebagai pasangan hidupnya kelak.
*******
Di Club.Diruangan sempit dan gelap itu suara rintihan sakit terdengar menyedihkan, bau amis darah dapat tercium satu meter jauhnya dari sana.
"Kau seharusngnya tidak membuatku rugi, Sira," kata pria yang sedang duduk santai dikursi kebesarannya. Walaupun ia masih terlihat tampan dengan stelan lengkapnya namun dapat dilihat jika ia memiliki sedikit jejak kelelahan diwajahnya.
"Tuan, Aku minta maaf. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku janji tak akan melakukan kesalahan tuan. Aku mohon," tukas pria yang bernama sira. Ia berlutut membenturkan kepalanya dilantai berharap pria dihadapannya merasa iba.
Brian menatap datar. Ia melihat pamandangan didepannya dengan jijik, "Sayangnya aku tidak memiliki stok kesempatan kedua untukmu," perkataan tajamnya membuat pria itu menahan nafas takut. Penyesalan dirasakannya sekarang, jika tahu begini akhirnya ia akan melarikan diri dari negara ini setelah mengambil uang dari ruang penyimpanan bossnya, bersembunyi dimanapun yang jauh dari jangkauan monster kejam ini.
"Josh, selesaikan. Aku ingin istirahat," Brian pergi meninggalkan ruang penyiksaan bagi orang-orang bersalah. Ia berencana ingin sedikit tidur lalu pulang untuk mengecek Loisa. Beginilah pekerjaannya sekarang, mengurus usahanya dan membius Loisa disetiap kesempatan. Tentu saja, Loisa tak akan sadar.
*****
"Vio, kau yakin disini aman?" kata Loisa gugup. Bagaimana tidak, disetiap langkah kakinya ia pasti akan diperhatikan oleh pria-pria hidung belang. Sangat tidak nyaman."Umm, ini Club sayang bukan gereja,"
Dua wanita cantik ini duduk dikursi lalu memesan minuman pada bartender. Saat kesadaran keduanya mulai menipis Loisa sudah tak melihat Viona disisinya ternyata ia sedang berdansa heboh difloor dance dengan seorang pria yang memeluk pinggang wanita itu dengan posesif.
Loisa hendak berdiri menghampiri Viona namun keseimbangannya sedikit kacau dan akhirnya ia tersendung. Loisa hanya mampu menutup mata dan pasrah akan rasa sakit yang akan datang pada tubuh mungilnya.
Brukkk..
"Kau sangat nakal yah, tak bisakah kah duduk tenang dirumah menungguku?" bisik seduktif pria yang menangkap tubuh Loisa yang tadi terjatuh. Loisa merinding mendengar suara berat pria yang sangat ia kenal. Mendongkak lalu sesekali cegukan, ia sudah sangat mabuk."Kau!!!! Jahat, jahat, jahat!!!" Memukul dada kekar pria didepannya. Mata indahnya berkaca-kaca, "Kau pria jahat om. Loisa benci om," Kata Loisa dengan lantang. Karna tempat ini sangat berisik sehingga tak ada yang memperhatikan perdebatan sayang keduanya.
"Ayo kekamarku,"
"Tidak mau. Lepas. Lepaskan tanganku om," Loisa memberontak. Karna Brian sudah sangat kesal akibat penolakan Loisa, ia mengangkat Loisa dibahunya tak mengindahkan tatapan tanya pengunjung lainnya.
"Josh, cungkil mata orang yang melihat wanitaku," Kata Brian geram saat melihat tatapan lapar dari beberapa orang yang melihat paha mulus wanitanya. Mengapa Loisa harus menggunakan pakaian mini ini ditempat umum.
Pengunjung yang diberi tatapan peringatan langsung menunduk dan beberapa pula mengalihkan tatapan asalkan tak menatap Brian yang sudah terkenal kekejamannya.
Brian berjalan santai dengan sesekali mengelus bokong Loisa. Sesampainya dikamar pribadinya ia menidurkan Loisa lembut. Pantas saja Loisa sudah tak memberontak, ternyata wanitanya tertidur. Menatap wajah damai wanitanya membuatnya merasa tenang.
"Sweety bagaimana ini. Sepertinya aku akan menanam bibit lagi disini," sambil mengelus perut rata Loisa yang dibalut gaun mininya.
********
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicious Girl
Romance(Warning 21++) Loisa Swan "Aku membutuhkan alasan agar kekasihku cepat menikahiku, Dan dia datang memberikan ide yang menurutku patut dicoba" Brian Wijaya "Aku memberinya ide itu, namun aku tak percaya. Dengan wajah polosnya ia malah menyutujuinya...