[Hanya Aku]1. Antara Taruhan & Wasiat

512 35 13
                                    

:)Happy Reading"-

Sebuah gedung besar bergaya arsitektur modern yang merupakan salah satu cabang perusahaan terbesar di Jakarta. Beralih kepada seorang pemuda Beralis tebal yang tengah berkutat dengan map kantornya. Matanya terus terfokus dengan berbagai tulisan yang tertera didalam map-map pentingnya itu. Tanpa merasa bosan ia tetap setia dengan pekerjaannya karena hanya ini yang dapat menghilangkan stressnya dan juga  rasa rindu terhadap neneknya.

Jam dinding yang terpaku di tembok dengan polesan cat berwarna putih menunjukan pukul 13.00 sore dimana hari sudah semakin panas. Pemuda itu pun masih setia duduk dimeja kebesarannya sebagai presdir perusahan Saktana Crop. Perusahan yang ia rintis bersama sang ayah dari nol.






Tok! Tok!

Tiba tiba sebuah suara mengalihkan pandangan pemuda itu, alisnya mengeryit "Masuk!" Perintahnya.








Ckeklek

Pintu itu pun terbuka menampilkan seorang pria kekar dengan hidung mancungnya, ia memperlihatkan senyumnya sekilas kepada Ali.
"Nggak bosen lo duduk aja dikursi itu aja li? " Tanya seorang pemuda yang memiliki tahi lalat diatas bibir kirinya.

Ali tersenyum sinis dan mengerjapkan mata indahnya beberapa kali "kenapa harus bosen, ini kan emang kursi gua" Sinisnya. Ali menyatukan kedua tangannya. "Oh ya ngapain lo kesini? Kalo mau ganggu gua, mending lo keluar" Ucap Ali dengan wajah judesnya.

"Jangan judes gitu kali abang, kalo bukan sepupu udah gua gibeng lo" Ucap pemuda bertahi lalat itu

"Lagian siapa suruh lo gangguin gua?" Tanya Ali kesal.

"Ye abang, jangan marah-marah dong nanti cepet tua" Sindir pemuda itu dengan penuh penekanan dikata tua.

"Apa lo bilang! Rasya  kalo lo nggak ada kerjaan mendingan lo bantuin gua buat metting besok" Marah Ali, Ali mulai merasa sangat kesal dengan pemuda tampan didepannya ini, mengapa dia selalu mengejek Ali dan selalu membahas hal tidak penting? Apakah dia kurang kerjaan pikir Ali.

Rasya tersenyum mengejek "kayaknya lo kurang kasih sayang deh li, Mending lo cari cewe sana biar hidup lo nggak sebatas map tebel sama pulpen aja" Sindir pemuda bernama Rasya itu.

Ali memutar bola matanya sendu lalu ia tersenyum kecil "lo bercanda? Mana ada cewek yang mau sama cowok lumpuh kayak gua" Tatap Ali sambil melirik sendu kakinya.

"Kalo gua nemuin gimana? " Tanya rasya spontan yang dibalas tawa mengejek oleh saudara sepupu nya ini. "Gua serius" Ucap rasya yang tak Terima ditertawai seperti itu.

Ali menghentikan tawanya lalu memberikan sebuah nota kecil seperti sebuah Cek, Ali mengambil pulpen mahal yang tergeletak didekatnya lalu menuliskan nominal uang pada kertas tipis yang sering disebut Cek tersebut.
"Kalo lo bisa gua bakal ngasik nominal uang yang tertera di Cek ini"

Mulut Rasya mulai menganga Seketika setelah melihat nominal yang ditulis Ali, Tak tanggung-tanggung pemuda berdarah Arab itu menuliskan 6 Milayar rupiah diCeknya. "Lo yakin li mau ngasik gua segini kalo gua berhasil? " Tanya rasya dengan penuh semangat.

"Yakin! Lagi pula buat apa gua bohong? Tapi ada syaratnya lo harus nemuin cewek yang bener-bener sayang sama gua dan nggak tergiur sama harta gua, bisa? "

Rasya menggaruk kepalanya yang gatal. "Lah kalo itu sih susah li, jaman sekarang mana ada sih cewek tulus"

Ali tersenyum "nah itu tantangannya, kalo lo berhasil nemuin lo dapet 6 milyar itu"

Raut wajah Rasya perlahan berubah, ia mulai ragu apakah ia bisa membawa kan gadis seperti yang diminta sepupunya?

Tapi demi 6 milyar, ia sanggup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang