Celia tutup rapat-rapat buku itu berharap Celia bisa melupakannya, apalagi Celia sudah berumur 15 tahun.
Celia berusaha memberhentikan main game Free Fire yang lagi heboh di masyarakat yang katanya bisa main bareng setim dengan orang yang jauh.
Celia bermain game Free Fire dengan alasan Celia ingin main bareng dengan Kakak kelasnya, tapi malah bermain dengan temannya dulu waktu SMP yang hampir Celia tidak menyangka orang yang selalu dapat peringkat umum ternyata mainnya lebih parah dari Celia.
Tapi kali ini Celia benar-benar ingin berhenti dari dunia game dan mulai sibuk dengan belajarnya sebagai Pelajar.
Agar Celia tidak merasakan yang namanya kejenuhan, disaat jam kosong atau jam istirahat. Celia luangkan waktunya untuk menggambar yang ada di pikirannya, kertas itu bercorak oleh tinta yang keluarkan dari pikirannya, mengurasnya hingga Celia merasa bosan menggambar dan melanjutkan membaca atau menulis pelajarannya.
"Wow... Bagus sekali, "ujar temannya membuat Celia kaget membuyarkan imanjinasinya.
" Ohh... Kenapa pit? "tanya Celia.
" Hanya ingin lihat Cel, "jawabnya lalu Pitri menarik bangku ke arah Celia dan duduk manis, Celia langsung tidak tahu apa lagi yang harus Celia gambar." kenapa tidak dilanjut Cel? "
" Aku bingung, "jawab Celia spontan, mata bulat hitam Celia menatap pintu kelas terbuka, seketika Celia tersenyum." Pit, mau ikut denganku."
"kemana?"tanya Pitri tapi Celia tidak mengubrisnya dan memilih saraf motorik Pitri bergerak mengikuti Celia sampai Celia berhenti di depan gerbang Sekolah. "Celia mau kekantin."
"Tidak. "
" Lalu? "
" Menggambar sekolah. "Celia mengambil posisi duduk yang sesuai dan nyaman sedangkan Pitri hanya memperhatikan temannya yang begitu semangat dan seceria ini sampai tak sadar bibir Pitri melengkung.
Horizontal, Vertikal, Horizontal lagi yang Celia lakukan selama hampir kurang lebih 20 menitan di karenakan kelas lagi jam kosong, tapi Celia sebenarnya kurang menuruti aturan sekolah sekali ini.
Di Kantor
Celia ketangkap, mungkin hari ini bukan hari keberuntungan Celia, buku gambarnya diambil dan di cek oleh guru-guru, karakter mereka berbeda-beda, ada yang biasa saja saat menatap apa yang Celia gambar, ada yang tercengang dan ada juga yang tersenyum sendiri.
Di bagian momen guru senang Celia tersenyum, tapi di momen orang biasa saja tepat di depan. Celia menurunkan bibirnya sambil menunduk.
"Kau tahu ini Sekolah punya aturan. "
" Tahu Pak. "
" Ini gambar untuk apa? "
" Mau gambar saja Pak. "
Bapak itu mengeleng, lalu berkata," Bapak tidak akan marah jika kamu gambarnya di kelas, ini malah di luar kelas pas jam kosong pula nanti teman-temanmu yang lain kamu di kira melakukan apa dan juga para tamu yang datang ke Sekolah ini di kira anak muridnya keluyuran, lain kali jangan di ulangi lagi ya. "
"Iya pak, terimakasih pak." kata Celia sambil mengambil buku gambarnya dan keluar dari kantor itu menuju kekelas.
Celia hanya tersenyum melihat gambaranya, Celia sampai tidak habis pikir bisa menggambar hampir seluruh yang ada di lingkungan sekolah dengan begitu cepat bahkan terciduknya tadi begitu pas, tapi kenapa Pitri tidak ketangkap padahal tadi Pitri selalu di dekat Celia.
Celia masuk kedalam kelas, terlihat Pitri lagi makan bersama teman-temannya.
"Makan tidak ngajak. "teriak Celia kepada mereka, tangan Celia mengambil bekal dan memasukkan buku gambarnya kedalam tas.
Celia mengambil salah satu kursi dan melengkapi bentuk lingkaran yang mereka buat, Celia mulai duduk sambil membuka bekal dan melepaskan plastik dari sendoknya, tidak lupa Celia membaca Do'a.
"hmm... Kei. "panggil Celia." aku habis menonton Miawaug yang game horror sedang ia mainkan. "
Celia selalu bercerita kepada Keila tentang youtuber gamer yang Celia sukai karena youtuber itu, sopan, tidak ngomong kotor dan tidak merusak speaker orang seperti berteriak saat di jumpscare hantu, tapi youtuber ini hanya tertawa sambil ngeleng-ngeleng kepala,tapi itu tidak setiap hari Celia selalu bercerita tentang youtuber itu.
Sampai tidak terasa waktu telah sore, Celia pulang kerumah yang langsung di sambut oleh adiknya, Celia membuka sepatu dan kaos kaki ke ruang keluarga menuju dapur untuk melihat lauk hari ini, pintu belakang terbuka pasti itu Ayahnya yang sibuk menyiram tanamannya. Sedangkan Ibunya duduk menonton tv.
Celia langsung kekamarnya membersihkan badannya dan juga menganti pakaiannya lalu membaringkan dirinya di kasur yang empuk karena seharian Celia tidak merengangkan otot oleh keseringan duduk.
Lalu Celia menatap langit-langit kamarnya membayangkan game Concrete Genie yang dimainkan oleh Miawaug, membayangkan gambaran yang barusan Celia gambar bisa bergerak.
"Andai gambaranku bisa bergerak. "
" Bisa. "
Itu bukan suara keluarganya, Celia langsung menatap asal suara itu.
" Ayah, Ibu ada maling. "teriak Celia sambil mundur sampai ke sudut ruangan.
Seorang pemuda bermata hitam dengan pakaian jaket hoodie hitam, mengingatkan Celia pada kartun creepy pasta Jeff the Killer.
" Jangan bunuh aku, aku masih mau hidup. "teriak Celia sambil mengibas dengan tangannya, tapi orang itu hanya tersenyum.
" Siapa juga mau membunuhmu, tidak ada gunanya yang ada aku malah rugi. "
Seketika Celia kaget dengan perkataannya, merugi.
" Maksudmu apa dengan merugi? "
" Kamu suka menggambar? "tanyanya dianggukan oleh Celia." ikutlah denganku, "
Pemuda itu keluar dari kamar Celia, Celia begitu penasaran sampai tidak sadar kalau lantainya berlubang lalu Celia terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
꧁Dalam Dunia Lain꧂
FantasySeorang gadis yang bernama Celia Azure harus memilih saat dirinya berumur 16 tahun. Apakah yang di pilihnya adalah yang tepat untuknya?